Saat pandangan pertama, tepat pada saat aku merasakan getaran yang kau getarkan tepat pada jantung hatiku. Sinar matamu yang indah kau pancarkan tepat pada bola mataku. Aku Disya, ya namaku. Saat itu,,
Kesiangan, ya kesiangan sudah menjadi rutinitasku datang ke sekolah dan duduk di kelas XIA2 dengan waktu yang relatif siang. Ya, walau ga siang-siang amat sih.
Waktu itu, aku lari-lari setengah mati, keringatku bersatu dengan perasaan yang dag dig dug tak menentu. Satu hal yang membuatku seperti itu, yaitu kesiangan. Di koridor sekolah terdengar hentakan kakiku yang berusaha menghambat waktu. Usahaku sia-sia saat aku tabrakan dengan seorang laki-laki yang entah siapa dan dari mana dia berasal. Tapi yang pasti dia datang dari arah yang berlawanan denganku. Aku tak tau pasti akan hal itu, karena di sepanjang jalan, aku hanya melirik jam di tanganku.
Braaaaaak, suasana tabrakan itu memecahkan suasana koridor Sekolah yang hening.Aku melirik sinis, buku yang aku peluk berhamburan kemana-mana. “Kalau jalan pake mata dong” hentakku kesal.
“Mata? Gue jalan pake kaki..” ucapnya kesal dan sinis. Aku tatap matanya dalam. Aku kaget karena yang tengah berdiri di hadapanku kini adalah seorang Angga, pemain Basket terpopuler di sekolahku. Sepertinya aku mulai malu dengan sikapku yang terbilang ga sopan. Tapi semua itu rasanya telah terlambat. Ya sudah, aku beranikan saja diriku untuk menentangnya.
“Nyolot lagi” kataku memberanikan diri melontarkan kata-kata itu kepada pemain Basket terpopuler ini. Pasalnya aku juga tambah kesal karena buku ku yang berhamburan, tak ada hasrat sedikitpun darinya untuk menolongku membereskannya.
“Nyolot? Heh, gue tanya, yang lari-lari ga jelas tuh siapa? Hah?” pertanyaannnya simple tapi mampu membuat nyaliku menciut seketika dan tak berdaya aku malu dibuatnya. Aku sadar dari pertanyaannya itu memojokanku bahwa memang aku yang salah akan hal yang terjadi ini. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk pergi meninggalkannya. Setelah ku lirik jam di tanganku, tak terasa sudah pukul 7.35. Gawaaat, gara-gara cowok ini aku jadi makin kesiangan pikirku. Aku lekas berlari dengan ekspresi wajah tanpa dosa. Terdengar suaranya yang memanggilku engan sebutan kata “GILA”. Tak aku perdulikan suaranya. Aku hanya membalasnya dengan juluran lidahku “Bleee” kataku dan lekas pergi menuju kelas.