Peristiwa ketiga

366 8 0
                                    

Hari ini hatiku sangat senang, tepat pukul 14.00 aku mendapat berita bahwa Sekolahku menang tanding Basket. Hari ini pula aku akan bertemu dengan pengagum rahasiaku tepat pukul 16.00 di Taman Kota.

***

Entah berapa lama aku harus menunggu disini. Semakin detik terasa semakin cepat untukku. Semakin sore tampaknya. Tapi, belum ada tanda-tanda seseorang yang menghampiriku. Handphoneku berdering, dengan seyakin-yakinnya aku angkat teleponnya.

“Hallo” sapaku

“Hallo,” sapanya balik “Maaf, tolong secepatnya anda lekas menuju Rumah Sakit Cempaka, ruang 6 Kacapiring” suara khas ngebass laki-laki di ujung sana. Teleponnya terputus sebelum ku jawab. Aku penasaran dan bingung dengan semua ini.

Aku segera menuju Rumah Sakit tersebut yang kebetulan jaraknya tak jauh dari tempatku menunggu. Segera ku berlari memasuki Rumah Sakit tersebut setelah aku turun dari taxi yang aku tumpangi. Aku ketuk pintu ruang Kacapiring no 6. Dan apa yang ku lihat? Seorang pasien yang tertutup kain, dan disebelahnya ada seorang laki-laki yang tak aku kenal. Pria berumur 3 tahun lebih tua dariku.

“Anda siapa?” tanyaku

“Saya hanya menolong orang ini. Dan saat saya tanya siapa keluarganya yang harus saya hubungi, dia hanya meminta saya untuk menghubungi seseorang yang bernama “First Time” di kontaknya. Selain itu, dia memintaku untuk memberikan bungkusan ini untuknya. Dan yang aku lihat, dia juga sempat menulis sebuah surat untuknya pula, untuk Disya katanya” jelasnya panjang lebar lalu menyerahkan bingkisan serta surat padaku. Dia pergi meninggalkan ruangan itu. Kini hanya aku dan seorang yang masih terbungkuskan kain di ruangan ini. Aku masih enggan untuk melihat dan membuka kain tersebut. Nyaliku kalah rasanya. Ku buka bingkisan itu dengan perlahan, ku lihat sekotak cokelat ditemani setangkai bunga mawar merah tanpa duri. Sepertinya dia telaten untuk membersihkan mawar itu dari duri-durinya. Lalu ku buka suratnya,,

Dear, Disya..

Disya, sebenarnya tanganku ini tak mampu menahan lagi hasrat untuk memberikan bingkisan ini untukmu. Bibir ini mencair untuk ucapkan sebuah kata cinta untukmu. Tapi, apa mungkin? Apa mungkin ku dapat lakukan itu semua di saat nafas ini terengah? Saat ragaku lemah dan tak mampu bergerak? Saat mulutku membeku seketika. Bagaimanapun caranya, aku ingin kau menerima bingkisan ini walau dari tangan yang berbeda. Sekali lagi maaf telah bersembunyi dari kemelut perasaan yang tertunda. Maaf pula, aku tak dapat menemuimu di tempat yang ku janjikan..
First Time
 
Angga

Surat itu terjatuh dari tanganku. Seolah mimpi menghampiriku saat ku lihat nama yang tertera di bawah tanda tangan itu, Angga. Bingkisan yang ku genggam pun ikut terjatuh. Ternyata, julukan First Time adalah seseorang yang juga aku sayang.  Fisrt Time karena kami pertama bertemu.

Cinta Pertama Di SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang