Di dalam hati Deeva masih memaki-maki seseorang yang berdiri disebelahnya di bawah tiang bendera, karena hukuman akibat dia telat datang sekolah di dalam hati pula Deeva bertanya-tanya.
Sebenernya dia kelas berapa sih? Kok berani nyolot banget ke Ketua OSIS. Atau jangan-jangan ia juga kelas 12 sama seperti Ketua OSIS itu tadi! Tapi itu nggak mungkin soalnya tadi gue sempet denger kak Rivan nyebut dia adek kelas. Au ah gelap!
Berjemur ditengah lapangan dengan cukup lama membuat wajah Deeva mulai memucat. Sementara orang disebelahnya mengabaikannya. Jam makan siang telah usai, Gilbert dan Deeva melanjutkan hukumannya yaitu, lari keliling lapangan 10x. Ketua OSIS itu memang nggak punya hati, yang bener aja dia ngasih hukumannya, ya kali dari pagi sampek siang disuruh berjemur tanpa ngasih istirahat terus suruh lari keliling lapangan, sekalian aja nyabutin rumput lapangan sekolahnya biar mereka mati berdiri sekalian.
"Oi mending lu istirahat aja dulu. Wajah lo udah pucet kayak mayat idup!.", saran Gilbert
"Gue.. g..ue..", Deeva berusaha mengatakan apa yang ingin ia katakan, Namun, mata nya mulai mengabur-mengabur dan tubuhnya jatuh ke tanah. Untungnya tangan Gilbert masih sempat menagkap tubuh Deeva.
"Lo, Lo nggak pa-pa?", masih nggak ada jawaban.
"Oi lo nggak pa-pa? bangun dong! Nggak usah becanda! Ini nggak lucu!", Namun masih nggak ada jawaban
"bangun dong! Gak usah modus deh lo! Gue tau lo pura-pura kan biar gue yang ngerasa bersalah terus minta maaf ke lo?!! Gitu kan? Gak usah mimpi deh lo"
Kok nggak ada jawaban sih?apa jangan-jangan dia beneran pingsan? Atau dia mati?
Gilbert pun mulai panik karena merasa ocehannya tidak ada respon. tanpa berfikir lagi Gilbert langsung membawanya menuju UKS, meletakkan tubuh Deeva di ranjang UKS dan menyuruh seseorang yang lewat di depan ruang UKS untuk segera memanggil anggota UKS. Tak lama kemudian salah satu anggota UKS yang culun datang, namanya tertera di badge seragamnya yaitu. Rio.
"ada yang butuh saya?", Tanya Rio dengan polosnya
"menurut lo ngapain gue panggil lo? Lo punya mata kan? Buruan obatin dia", perintah Gilbert.
"baik. Lo minggir sekarang biar gue yang tanganin!"
"iya buruan!", Gilbert manarik tubuhnya mundur memberikan celah untuk Rio menangani Deeva. Sementara Rio sibuk nanganin Deeva, Gilbert meneguk segelas air yang ada di meja UKS yang nggak tau siapa pemiliknya.
"Dia nggak pa-pa. mungkin dia cuman kecapean. Biarin aja dia istirahat dulu"
"Oke thanks"
"yeah. Gue pergi dulu", pamit Rio
"Eh, tunggu!", tahan Gilbert
"apa?"
"Gue minta tolong beliin the anget sama roti dikantin. Nih duitnya", menyerahkan uang tanpa mau mendengar jawaban dari Rio.
"tapi....tap-", belum selesai ia ngomong langsung dipotong oleh Gilbert.
"Gue gak peduli. Cepet beliin!",mencengkram kera baju Rio
"Oke tu.. tu..tunggu sebentar", jawab Rio dengan takut.
Kekhawatiran Gilbert mulai mereda, memberanikan diri nya mendekati gadis yang tergeletak lemah tak berdaya di depannya. Memandang wajahnya yang memucat pasi. Keheningan melanda ruang itu. Hanya suara nafas tak teratur yang lama kelamaan berubah teratur terdengar.
***
Akhirnya Deeva sadar pandangan yang awalnya mengabur lama kelamaan terlihat jelas. Berbagai macam pertanyaan ingin ia ucapkan. Namun, hanya beberapa kata yang dapat ia ucapkan
"G..gu..gu e ada dimana?", Tanya Deeva dengan tenaga yang tersisa.
"Lo di UKS!", sahut Gilbert dengan santainya. Langsung saja mata Deeva terbelalak melihat Gilbert ada disebelah ranjangnya.
"Ngapain lo disini?", jawabnya dengan kaget
"lo modusin gue disini? Habis lo apain gue?", nggak ada respon dari Gilbert.
"woy jawab gue, ngapain lo disini!!", masih tak ada jawaban. Sementara lawan bicaranya justru terlihat tenang seperti tidak terjadi apa-apa.
Tok Tok Tok
"Permisi, sorry ganggu. Gue cuman mau nganterin ini doang!", kata Rio yang datang mencairkan suasana yang tegang diruangan itu. Langsung saja Gilbert mendatangi Rio di depan pintu.
"Mana?"
"Nih, the anget sama rotinya. Dan ini kembaliannya!"
"Oke. Thanks", mengambil roti dan the hangatnya.
"Lo ambil aja kembaliannya! Dan lo sekarang boleh pergi", melanjutkan perkataanya
Gilbert menuju kembali ke Deeva yang masih syok dengan keadaan sekitarnya serta memberikan teh hangat dan roti yang ada ditangannya.
"Nih minum teh nya ntar keburu dingin wajah lo pucet banget dan ini rotinya gue tau perut lo lagi kosong!", menyodorkan the hangat dan rotinya.
"tau aja gue laper, thanks ya!", mengambil roti dan the nya.
"Soal pertanyaan lo tadi gue jawab sekarang"
"Kenapa nggak dari tadi?" ngejawab dengan mulut yang penuh dengan roti
"lo tadi pingsan dan gue bawa lo kesini. Udah jelaskan gue gak ngapa-ngapain lo? Yaudah gue pergi!", langsung pergi tanpa mendengarkan jawaban Deeva.
Deeva sendirian di dalam ruangan UKS itu dengan berjuta pertanyaan yang menghujam dirinya.
Siapa namanya ya? gue lupa?
dia kelas berapa?
terus alasan dia nolongin gue apa?
atau ini permintaan maaf dari dia setelah apa yang ia lakuin ke gue tadi?
terus kenapa dia langsung ninggalin gue?
ah masa bodo' ya kali gue mikirin dia orang gak jelas kayak gitu. males bingit.
bangkit dari ranjang UKS itu dan pergi untuk melanjutkan Masa Orientasinya di hari pertama.
***
=====================================================================================
A/N
waduh sorry banget nih kata-katanya masih abal banget maklumim aja ya baru pertama soalnya. oh ya makasih banget buat yang udah nyempetin baca cerita ku
oh ya jangan lupa VOTE dan COMMENT nya ya ditunggu.
Jangan Lupa dukungannya.
makasih makasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Kan Ada Lagi
Teen FictionCinta itu Tak Kan Ada Lagi untuk mu. Karena kesalahan mu yang terlalu lama untuk menyadarinya. Jadi jangan pernah kau mencari Cinta itu kembali, karena itu semua sia-sia. "Jika dengan kesabaran yang ku miliki tak mampu menyadarkan mu. Mungkin dengan...