Bab I : Melodi Kehidupan

358 27 52
                                    

"Eternal Blast!" ucap salah seorang siswa SMA dikelasnya yang terlihat sedang mengulurkan lengannya lurus ke depan, saat itu keadaan kelas yang ia tempati sedang sepi penghuni karena saat itu bertepatan dengan jam istirahat, namun karena suara teriakan yang tidak jelas artinya itu melengking memantul pada dinding ruang kelas dan membuat kebisingan seketika.

"Sudahlah Fi, kekuatan magis seperti itu tidak akan ada di dunia nyata."

Kemudian orang yang dipanggilnya 'Fi' itu pun menaikkan alis mata kanannya dan berkata selayaknya menghina, "Tidak ada? Apa kamu bisa menjamin ucapanmu, De?"

Orang yang suka berkhayal itu bernama Lutfi, selalu membayangkan dan berkeinginan bahwa dirinya mempunyai kekuatan diluar nalar manusia pada umumnya. Seorang yang satunya, selaku sahabat Lutfi yaitu Dede yang memiliki nasib yang hampir sama seperti Lutfi, yaitu seorang pengkhayal tingkat atas.

"Lagi pula, jika didalam dunia nyata ada kekuatan seperti itu, aku pasti sudah mempelajarinya dari dulu, Fi." lanjut Dede dengan sangat percaya diri.

Lalu secara tiba-tiba terdengar sepatah kata dari arah pintu masuk, "Akh! Kalian berdua sama saja." sebut Renald yang baru kembali dari kantin yang secara cepat merespon apa yang diucapkan Dede.

"Memangnya kalau beneran ada, kamu tidak mau punya kekuatan seperti itu, Ren?" tanya Dede pada Renald yang sudah duduk dibangkunya, yaitu tepat berada disamping tempat Lutfi sedang duduk menikmati kursinya.

"Tidak, aku sudah sibuk dengan urusan dunia yang kusebut kenyataan ini, aku tidak punya waktu untuk mengurusi hal semacam itu."

Kesimpulannya, Renald bukanlah seorang pengkhayal seperti Lutfi dan Dede, hanya saja mereka tetap bersahabat satu sama lain meski perbedaan yang mereka tonjolkan sungguh sangat terpapar dengan jelas.

Dan beginilah keseharian mereka di sekolah tanpa adanya konflik.

******

Sepulang sekolah Lutfi berdiri diteras rumahnya, ia menatap langit sembari bersandar pada tembok disampingnya, berharap supaya keinginannya memiliki kekuatan magis menjadi nyata.

Memang sangat konyol dan tak masuk akal, jika orang awam tahu apa yang sedang dilakukannya saat ini pasti dia akan dipandang tidak waras, bahkan dia sendiri pun menyadari akan itu semua, namun lebih gilanya lagi dia tetap saja menginginkannya.

"Semoga saja... Aku punya kekuatan seperti yang kubayangkan." ujarnya seraya menatap langit sore yang nampak cerah berwarna jingga, tidak lain merupakan cahaya sang mentari yang bertanda akan hilangnya dia tak lama lagi.

Lalu seketika, seluruh langit menjadi sangat terang menyilaukan, bahkan cahaya tersebut sampai-sampai menghapus semua penglihatan Lutfi.

"Cahaya apa ini? kenapa muncul cahaya seterang ini secara tiba-tiba?"

Disitu juga ia mengangkat sebelah tangan untuk menutup sebagian sinar yang menyorot kearahnya.

Cahaya itu semakin terang dan semakin terang, lalu selang beberapa detik setelahnya, Lutfi pun tiba-tiba menjadi pingsan oleh sesuatu yang ditimbulkan dari terangnya cahaya itu.

******

Saat Lutfi telah siuman dan membuka kedua matanya, ada seorang perempuan yang duduk menunggu disampingnya, menunggu ia tersadar dari pingsannya.

"Um... permisi, apa benar namamu Lutfi?"

"I-Iya benar, ada perlu apa mencariku?"

Mendengar respon Lutfi, perempuan misterius postur pendek itupun menggambarkan senyum pada wajah polosnya.

Partner | The Release of Shadow ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang