Bab IV : Tragedi di Luar Akal

115 8 10
                                    

Matahari yang bersinar terang sungguh menerangi pagi hari kali ini, Lutfi terbangun di sofa biru muda panjang yang menjadi tempat tidurnya malam tadi.

"Hngg!!..."

Dia mengucek-ucek matanya sambil terbangun dengan rasa sangat segar di badannya.

"Apa itu nyata? atau cuma mimpi?"

Itulah ucapan pertama darinya dalam hati sembari memegang kening dengan tangan kanannya, pusing itu dia rasakan sangat menusuk, terasa olehnya terus-menerus dan sangat menekan.

Lalu sambungnya,

"Agh... kok bisa lupa ya."

Otaknya terus berusaha untuk berpikir, berat dia lakukan hal tersebut karena amnesia ringan yang sering terjadi padanya.

"Selamat pagi, kak."

"Oh, selamat pagi, Syifa."

Adiknya itu datang dari arah yang berlawanan dengannya, namun setelahnya dia tidak duduk disebelah kakak yang baru saja terbangun itu, melainkan yang ada hanya terkejut darinya.

"K-Kenapa kakak bisa tidur disini? u-um... pasti karena aku yang selalu mengganggu ya, maaf."

Dia berbicara seperti kebiasaannya, terlalu peka. Berhubungan dengan adanya seorang anggota keluarga tambahan membuat kejadian malam kemarin terulang, namun kali ini, Lutfi membiarkan adiknya untuk tidur seorang diri di ranjangnya, dan rasa bersalah dalam diri Syifa ikut muncul seiringan dengan itu.

"N-Ngga usah dipikirin, lagi pula aku tidur nyenyak di sini; Ah, dan juga... sekarang masih pagi, jangan membebankan otakmu dengan masalah kecil."

Senyum lembut dari Lutfi membuat Syifa tertunduk kepalanya, tanpa pikir panjang sang kakak kemudian mengusap lembut rambutnya yang masih sedikit kusut itu.

"Kenapa, Fa?"

"Ngga apa-apa."

"Duh... dasar gadis."

Tak lama kemudian, Lucky tiba-tiba saja melewat secara dinginnya di samping mereka berdua sambil terbuka menguap mulutnya.

Secara cepat Lutfi menahan langkahnya dengan menarik paksa pergelangan tangan kirinya, dan dia menengok ke arah Lutfi karena itu. Terasa panas suhu tangannya, itulah yang dirasakan Lutfi selewat saat menyentuhnya, namun pikirnya singkat, itu hanya karena Lucky yang baru saja terbangun.

Matanya terlihat masih sedikit memaksa untuk terpejam, dan terlihat juga rambutnya yang berantakan memberi pertanda sang rekan yang baru saja tersadar dari tidur lelapnya.

"Ada apa, kak Lutfi?"

"Katakan jujur, kamu benar-benar bisa mengeluarkan kekuatan?"

"Baru saja kuperlihatkan kemarin malam, masa udah ga inget lagi, suram kak Lutfi."

Matanya berubah, tatapannya menjadi tajam, mungkin dia sangat kesal karena tidak di percaya untuk ke sekian kalinya.

"Jadi benar-benar nyata ya."

"Apa ada masalah yang kulewatkan?"

"Ah tidak, hanya untuk memastikan saja."

******

Lutfi yang sedang bersiap untuk sekolah pun sempat terhenti prosesnya di ruang keluarga karena suara berita pagi dari televisi yang dinyalakan Syifa sejak tadi.

Berita itu mengumbar tentang...

"Sekitar jam 3 dini hari, telah terjadi suatu kejadian aneh, sebanyak 3 lubang hitam besar misterius dilaporkan tiba-tiba saja muncul di tanah, tepatnya di kaki bukit Nadure, di dalam hutan Pine, dan di tengah kota Nadure, entah bagaimana bisa muncul, yang pasti satuan gabungan sedang memeriksa kedalaman tiga lubang itu saat ini, dan ada perkiraan bahwa lubang ini berujung ke perut bumi, di perkirakan sejauh ini telah terhitung 233 jiwa tewas dalam tragedi aneh ini."

Partner | The Release of Shadow ImagineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang