Habis (2)

9 1 0
                                    

di beberapa kata, aku suka mengucapkan manis untuk mendiskripsikan dirimu. senyum itu selalu saja jadi poin penting saat kamu berbicara. kata orang kamu ini anak rajin, kalau kata ku kamu itu anak baik.

tapi, kata-kata itu meluap bersama apa yang ku lihat. meluap bersama retaknya hati ku yang sudah mengering. hampir sebulan tak berjumpa dan sehari kau remukan rasa ku. sakitnya tak terucap, sungguh.

penting untuk kau tau, ini pertama kali nya ku belajar untuk percaya pada yang namanya hubungan. ini pertama kalinya aku belajar menyayangi seseorang yang katanya mau berjuang untuk ku. BOHONG! DAN SEMUA ITU BOHONG!

harusnya rasa itu memang hanya 2% tapi kini menjadi jadi, tumbuh dengan sendirinya. dan sakitnya lebih dari itu.

harusnya rasa itu habis saat terakhir kami berjumpa di jaringan telpon.

menyebalkan, kenyataan itu menyebalkan.

ingin ku muntahkan segala maki untuknya, untuk semua kata manisnya, untuk semua cicit palsunya.

kenapa?

kenapa harus sebenci ini? kenapa harus sejijik ini?

bukankah harusnya sudah habis tapi kenapa rasanya masih sesak sekali.

apa karena semua ini belum berakhir?

pengecut itu bahkan belum ucapkan kata selesai.

pengecut itu bahkan masih berkoar tentang diriku.

dia pengecut. dia pendusta. dia penghianat.

aku akan habiskan rasa ku dan saat kau terangkan segala kabut itu.

rasa ku habis di sana.

lupakan surat cinta dan kado kecil itu.

lupakan segala manis kue untukmu.

kau melukai ku dan ku dengan sempurnanya terluka olehmu.

jadi, biarkan segalanya mati dan habis saat kau merengek kembali.

Salah TaruhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang