Angel pov-
Hari yang terlalu indah untuk mendapat olokan dari orang lain. Aku tahu aku sudah tidak memiliki orang tua untuk menyayangiku, tapi bukan salahku kalau mereka sudah tiada. Apa hak mereka membully ku?
"Heh anak aneh, orangtuamu pasti bersyukur tidak perlu hidup bersamamu lagi!" olok gadis yang kutahu bernama jean. Aku hanya bisa menunduk saat mendengar perkataannya.
"Apa hakmu untuk menghakimi Angel hah? Dia lebih baik dari pada kalian yang hanya bisa tergantung pada orangtua kalian!" entah sudah berapa kali Rose membelaku.
''Sudahlah, nanti juga capek sendiri!'' ucapku sambil menenangkannya. Aku tidak ingin terjadi keributan hanya karena masalah sepele begitu.
Aku pun menyeret Rose menjauh dari mereka. Yah aku tidak ingin Rose terlibat masalah hanya karena aku.
Sesampainya di kelas-
"Angel, kadang-kadang mereka itu perlu digertak supaya diam! Apa kamu tidak lelah mendengar perkataan mereka tentangmu? Aku saja sampai emosi mendengarnya!" nasehat atau lebih tepatnya omelan Rose kepadaku.
"Sudahlah, aku tidak ingin terlibat masalah karena membalas omongan mereka yang tidak penting itu." balasku. Beberapa menit kemudian, mr. Jones masuk ke dalam kelas dan memulai pelajaran.
End Angel pov-
Xander pov-
Sudah lewat semalam setelah aku menemukan mateku, calon luna dari packku, tapi mengapa hari ini aku malah di sini? Disibukkan dengan tumupukkan pekerjaan yang membuat kepalaku pusing dan tentu saja membuat Ian terus mengoceh di kepalaku.
'Bodoh, bukannya menemui mate kita, kau malah terjebak dengan tumpukan dokumen yang bodoh itu!' omel Ian kepadaku.
'Aku tahu, tapi mau bagaimana lagi, aku harus menyelesaikan ini semua!' balasku.
'Apa menurutmu aku peduli? Mate kita lebih penting!' omelnya lagi.
'Diamlah kalau kau ingin ini cepat selesai!' balasku lalu memutuskan mindlink kami.
Tak lama kemudian, Justin masuk sambil membawa sebuah map di tangannya.
"Ini semua hal tentang luna yang anda minta, alpha!" Justin menyerahkan map tersebut kepadaku.
Aku pun dengan begitu tertarik, membuka dan melihat isi map tersebutt. Tidak kusangka, orangtua Angel sudah meninggal 5 tahun lalu dalam sebuah kecelakaan. Ia juga bekerja paruh waktu untuk membiayai kebutuhan hidupnya. Aku jadi semakin ingin segera membawanya ke dalam pack ini dan membahagiakannya. Dalam dokumen ini juga disebutkan kalau ia mendapat perlakuan buruk dari murid-murid di sekolahnya.
'Berani sekali mereka melakukan hal yang buruk pada mateku!' omel Ian.
'Berapa kali harus kubilang kalau dia mateku juga?' Aku memutar mataku malas.
'Terserah kau. Cepat selesaikan pekerjaanmu! Aku ingin segera menemui mate kita!' ucap Ian.
Aku pun bergegas menyelesaikan pekerjaanku dan bergegas pergi ke kampus tempat adikku dan mateku mengejar ilmu.
End Xander pov-
Author pov-
Terlihat di kamar mandi wanita, angel sedang berhadapan dengan beberpa orang. Mereka membawa ember yang berisi entah cairan apa yang penting itu sangat menjijikan yang siap disiram kepadanya.
"Heh jalang, ini adalah hadiah dari kita, tidak tahu malunya dirimu. Sudah tidak punya orangtua, masih sombong lagi!" ucap seseorang dari antara mereka.
Tepat sebelum mereka melemparkan cairan menjijikan itu ke arah Angel, sebuah suara menghentikan mereka.
"Berani kalian menyiramnya, kalian akan menyesal!" terdengar suara seorang pria menghentikan pergerakan mereka.
Pria itu yang saat diperhatikan baik-baik merupakan Xander terlihat geram melihat matenya mendapat perlakuan seperti itu dari orang lain.
"Siapa kau? Jangan ikut campur urusn kami!" ucap seorang gadis kepada Xander.
Xander pun menatap mereka dengan taham yang tentu saja membuat mereka ketakutan setengah mati. Lalu memutuskan untuk pergi dari tempat itu.
Xander pun mengahampiri Angel yang terlihat meringkuk ketakutan di pintu toilet.
"Kamu baik-baik saja?" tanya Xander kawatir. Angel menggeleng menandakan kalau dia baik-baik saja.
"Terima kasih sudah membantuku. Jujur aku sudah sangat lelah mendapat perlakuan buruk dari mereka! Aku tidak menyangka kakaknya Rose yang membantuku." ucap Angel masih tidak percaya kalau Xander sudah membantunya.
"Apa kamu mau aku antar pulang? Aku tidak ingin mereka melakukan sesuatu yang buruk kepadamu." Xander terlihat kawatir padanya.
"Terimakasih. Tapi apa aku tidak merepotkanmu?" Angel terlihat ragu.
"Tentu saja kau tidak merepotkanku. Aku malah senang kalau bisa mengantarmu pulang." Xander berhasil membuat wajah Angel memerah seperti tomat. Xander pun mengantarnya sampai ke kamar apartementnya. Selama itu juga Xander menggenggam tangannya seperti takut kalau tangan itu akan terluka bila ia lepas sedikit saja.
End Author pov-
###
Maaf ya kalau jelek. Masih baru soalnya. Semoga kalian suka dengan chapter ini. Tunggu chapter selanjutnya ya. Terima kasih sudah bersedia membaca.

KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Mate [COMPLETE]
WerewolfAngeline Green adalah anak yatim piatu yang selama ini hidup bergantung pada gaji yang dihasilkannya dari bekerja di sebuah kafe. Uang yang dihasilkannya cukup untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari. Di sekolah ia mendapat perlakuaan buruk dari ana...