"Gapapa, kok", jawabnya.
Setelah Rara perhatikan baik-baik, ternyata yang ia tabrak adalahBintang.
"M..ma..maafin a..ak..aku, Tang", sahut Rara minta maaf dengan gagap, efek berbicara sambil menangis sekaligus kaget karena yang ia tabrak adalah Bintang.
"Gue kan tadi udah bilang gapapa. Kok lu nangis gini sih? Ada apa?",tanya Bintang sambil memegang kedua pundak Rara, mencoba menahan Rara yang terlihat tak sanggup untuk berdiri.
"Maafin gue, Bintang. Gue gabisa cerita. Gue pergi dulu",jawab Rara dengan singkat dan menepis tangan Bintang yang berada di pundaknya. Lalu berlalu dari hadapan Bintang dan memeluk Anissa yang menunggunya sedari tadi di koridor, yang berharap agar Rara membawa kabar baik, yang meskipun ternyata jauh dari perkiraan Anissa.
"Raraa!",teriak Anissa sembari menghampiri Rara yang kacau dan langsung memeluk Rara.
"Tang, malah melamun lagi lu. Liatin siapa sih? Katanya mau ke kantin, ayo dong gercep!", sahut Arya, teman sebangku Bintang. Akhirnya Bintang menyadari bahwa sedari tadi ia melamun semenjak Rara pergi dari hadapannya.
"Tang, tadi siapa sih yang nabrak lu? Kok gue kasian ya liatnya. Sembab banget matanya", tukas Arya sambil melahap baso di kantin.
Bintang yang sedari tadi menikmati teh es nya pun langsung menjawab"Si Rara. Kayanya dia lagi ada masalah",jawabnya.
"Yaelah, gimana sih bro. Itu sih, pasti. Yakali dia nangis tanpa sebab!",sahut Putra yang duduk di sebelah Bintang. Ketika Arya sedang melahap baso-nya yang terakhir, datanglah gerombolan anak-anak kelas X IPA 7, gerombolannya Adit, lebih tepatnya.
"Dit, jadi lu baru aja mutusin si Rara nih? Asik, Rara buat gue lah ya!", sahut Dika asal. Adit hanya nyengir mendengar candaan Dika tersebut.
"So ganteng lu pake mutusin dia segala, masih mending dia mau tahan sama lu selama ini!", sahut Alfian. Teman akrab Adit.
"Berisik lah berisik!", jawab Adit sambil duduk di meja persis di depan Bintang, Arya dan Putra.
Ohh, jadi gitu.
------
"Kalian udah dibagi kelompok kan? Nah, ibu mau ngasih tugas sama kalian. Kalian buat yoghurt ya! Dikumpulkan minggu depan beserta laporannya!", perintah Ibu Sophia, guru biologi yang sekaligus menjadi walikelas X IPA 3.
Anak-anak pun hanya manggut-manggut tanda mengerti. Biasa lah, efek jam terakhir. Semua tenaga sudah dipakai di jam istirahat kedua, istirahat yang paling lama dibandingkan istirahat pertama. Anak-anak pun pasti sudah lelah, sudah menanti-nanti kapan bel pulang segera berbunyi.
"Nis, kenapa sih kita ga sekelompok aja gitu?",tanya Rara.
"Eh, gue udah duduk sama lu, masa harus sekelompok terus sama lu. Bosen kali. Lu lagi lu lagi yang gue liat", jawab Anissa sewot, tapi bercanda.
Teeetttttt....
Bel pulang pun berbunyi. Sontak gerombolan Bintang dan kawan-kawan paling gaduh.
"Yeeee pulang bu pulaaang!", teriak Putra kegirangan.
"Okey, sekian ya. Assalamu'alaikum"
Akhirnya Bu Sophia pamit dan langsung keluar kelas."Ehhh, jangan pulang dulu dong kelompok guee!", teriak Mega.
"Besok kan, Sabtu. Kita coba dulu yuk bikin yoghurt. Mau di rumah siapa?", tanya Mega.
"Bintang aja Bintang!",jawab Farid terlalu bersemangat.
"Dih kok gua? asal lu Rid!"
"Ih yang bener dong, kok jadi ribut!", teriak Mega kesal.
"Udalah, Meg. Di rumah lu aja", saran Fathya.
"Okey, di rumah gue ya! Jam 10, jangan ngaret!", teriak Mega lagi. Sontak anak itupun langsung batuk-batuk. Efek berteriak dengan kekuatan getaran mencapai ultrasonik, mungkin.
"Siaap! Berangkat subuh deh gue biar ga telat!", teriak Bintang. Seperti biasa, dengan gaya menjawabnya yang asal dan pecicilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling Star
Teen Fiction"Dia itu seperti bintang. Tepatnya, bintang jatuh. Dia lewat dihadapan seseorang dengan menebarkan pesona nya yang indah dan membuat banyak orang berharap padanya. Sayangnya, dia hanya lewat lalu pergi meninggalkan kenangan indah dihati para manusia...