Hari ini hari hari baruku. Hari dimana aku pertama kali menginjakan kaki sebagai anak SMA. Yah anak SMA.
Kata orang orang masa SMA itu menyenangkan dan memiliki banyak kenangan. Katanya disini kita menemukan yang namanya cinta pertama, banyak tertawa dan semua hal yang menyenangkan.
Tapi bagiku ini masih sama. Saat aku masuk kesini tidak ada yang berbeda dari SMPku dulu. Aku mungkin orang paling tidak peduli disini. Karena dari masuk gerbang sekolah semua orang seperti memiliki dunianya sendiri mereka berbincang bincang dengan teman baru, berlarian saling kejar, menertawakan hal hal yang pantas ditertawakan, atau bahkan sibuk dengan dunianya sendiri.
Ah iya sibuk dengan dunianya sendiri. Seperti saat ini mataku tertuju pada seorang remaja laki-laki yang tengah duduk bersandar di tiang lorong kelas dengan headset yang menyumpal ditelinganya. Dia seolah asik sendiri, tidak peduli dengan orang yang disekitarnya. Asik bersenandung tanpa malu. Entah lagu apa sampai dia bisa mendengar dan bernyanyi dengan bahagia begitu.
Dari samping dia terlihat berbeda dengan anak lain. Rambutnya coklat pekat seperti dark coklat yang meleleh. Alisnya tebal kelihatan lebih dominan. Matanya sedikit belor dengan bulu mata cantik.
Ahh aku gemas hanya liat bagian itu saja. Ingin rasanya aku pegang. Dan aku bawa pulang.
Aku putuskan berhenti menatap laki laki itu yang tak kunjung menyudahi acara bernyanyi solonya.
Kakiku berjalan menyusuri lorong sekolah menuju kelas baruku. Aku belum banyak teman disini karena aku memang bukan orang yang mudah bergaul dengan orang lain. Kakiku terus melangkah mencari kelas 10 MIA 2. Sepertinya aku salah gedung karena dari tadi aku tidak menemukan kelas itu.
Aku berbalik untuk mencari kelas hingga-
Jeduk!
"Aww!" Sahutku bersamaan dengan yang kutabrak meringis sambil memegang dahi yang bersamaan membentur. Aku mendongak sambil menatap laki laki berkacamata itu
"Maaf gasengaja. Sakit banget ya?"ucapnya meminta maaf. Hanya ku balas dengan anggukan kepala.
"Lo gapapa?" Tanyanya lagi. Aku hanya mengangguk sambil terus memegang dahiku. Sepertinya benjol dan ketika aku tekan ternyata benar benjol.
Sial! Sakit sekali lagi. Saat kulihat dahi laki laki itu cuma merah saja. Gila kali ya cuma merah sedangkan aku benjol sampe segede biji pete.
"Bener lo gapapa?" Tanyanya dengan nada khawatir. Nih orang kayanya lemot atau bagaimana sih aku sudah mengangguk dan itu artinya gapapa malah nanya lagi. Minta dijedotin tembok kali ya tuh jidatnya biar benjolnya segede jengkol.
"Gue gapapa" ucapku datar. Sepertinya dia tidak cukup kaget menyadari aku hanya bisa bicara 2 kata seperti itu. Dan sekarang sepertinya dia mengerti dan hanya mengangguk angguk saja.
Akhirnya aku tinggal untuk mencari kelasku karena bel masuk sudah hampir berbunyi. Aku bersiap berlari namun cowok itu menahan lenganku.
"Gue minta maaf soal jidat lo. Gue Junna" ucapnya sambil menyodorkan tangan. Aku hanya melihatnya sekilas dan mengangguk kemudian berlari. "WOY NAMA LO SIAPA?"dia berteriak keras sekali. Hanya ku abaikan.
Kakiku terus berjalan menyusuri koridor dan akhirnya aku menemukan kelasku. Aku bernafas lega setidaknya aku bisa duduk manis dikelas sambil mengobati benjol pete di jidatku. Ihh rasanya kesal mengingat kejadian tadi.
Aku memutuskan untuk masuk. Mataku bergerak menyusuri kelas mencari tempat kosong untuk aku duduki. Kelas sudah cukup ramai karena memang bel sebentar lagi sepertinya akan berbunyi.
Aku menemukan satu bangku kosong disamping anak perempuan dengan kacamata dan rambut dicepol yang sedang sibuk membaca buku. Ahh aku sepertinya akan nyaman duduk dengan dia. Aku berjalan menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ours and Time
RomanceSemua keputusan tergantung kita. Kita yang menjalani semuanya. Kita yang melakukannya. Kita yang menunjukan pada dunia bahwa kitalah yang pantas. Namun jika waktu dan sang pencipta berkata tidak. Aku dan kamu juga tidak bisa berkata apapun Semua...