Tak terduga

17 3 1
                                    

"Assalammualaikum. Aku pulang" teriakku sambil membuka pintu. Aku masuk dan melihat mama sedang duduk di sofa membaca majalah kesukaannya dengan secangkir teh dan sepiring kecil berisi biskuit.

"Wa'alaikumsalam. Gimana sekolahnya anak mama yang satu ini? Suka?" Beliau menutup majalahnya dan berpaling ke arahku. Aku mencium tangannya.

"Suka kok ma. Iyya dapet temen baru disekolah. Oiya kok mama udah dirumah?" Ucapku sambil duduk disampingnya. Biasanya mama jam segini masih di butiknya atau sibuk di cafe kecil dekat sekolahku yang baru. Beliau bisa menghabiskan waktu seharian penuh kemudian pulang pukul 7 malam.

"Ah mama capek sekali. Kemarin kan habis liburan panjang makanya cafe sama butik mama rame. Jadi mama pulang duluan deh hari ini buat istirahat"jelasnya "kamu sudah makan?" Tanyanya.

Aku hanya menggeleng. Perutku sudah berontak. Cacingku berlarian kelaparan. Aduuhh aku lapar sekalii.

"Mau mama masakin lasagna?" Aku mengangguk cepat. Mamaku hanya terkekeh melihat anak perempuanya seperti seorang yang tidak pernah makan dengan muka melas kelaparan. Dia berjalan menjauh dariku menuju dapur.

Aku kekamarku. Kemudian melempar tasku asal dan melepas sepasang kaos kakiku. Aku merebahkan diri diatas kasur menatap langit langit kamar yang dipenuhi gambar kupu kupu warna warni.

Kedua sudut bibirku tertarik keatas membentuk senyuman. Aku teringat kejadian tadi disekolah rasanya memori itu tidak berhenti berputar seperti kaset film yang tidak bisa berhenti. Pipiku memerah. Aku malu. Bagaimana bisa ya cowok itu tau namaku.

Aku terus bertanya tanya dalam hati tentang dia. Sampai--

"Alliya!" Teriak mama dari dapur

"Iya ma"ucapku tak kalah kerasnya

"Kesini sebentar mama minta tolong!" Kok sepertinya suara mama bertambah keras ya. Aku terkikik geli mendengar mama berteriak seperti itu. Aku disekolah memang bukan diriku dirumah. Disekolah aku suka dengan diriku yang pendiam dan sedikit bicara. Entah kenapa aku suka. Kalau dirumah wah jangan ditanya ya, kalian akan tahu nanti.

***

Mama menyuruhku untuk memberikan lasagna tadi yang baru dimasak ke tetangga baru disebelah rumah. Aku tidak tau kalau aku punya tetangga baru kalau mama tidak menyuruhku.

Aku berjalan menuju gerbang menenteng seplastik berisi sekotaak lasagna. Baru berjalan beberapa langkah dari pintu gerbang tiba tiba dari samping ku ada mengendarai sepeda cukup cepat.

Aku ga bisa ngehindar. Dan jadilah kecelakaan mengenaskan didepan rumah. Aku hanya jatuh ditempat sementara pengendara sepeda gila jatuh tersungkur di trotoar jalan 3 meter dariku.

Aku meringis saat melihat luka disiku dan lututku. Aku bersyukur karena lasagna yang mama berikan untuk tetangga masih utuh tidak rusak sama sekali.

Aku mengalihkan pandangan dari sekantong lasagna tadi ke pengendara sepeda gila itu. Aku melihat dia masih tersungkur dengan tengkurap. Jangan bilang dia mati. Terus terusan aku beristighfar sambil melangkah ke samping pengendara itu.

"Heh" aku mengguncang-guncangkan badannya.

"Bangun woy" yang benar saja kalau sampai dia mati. Nanti bagaimana kalau aku dihantui bayang bayang arwahnya. Sedari tadi bahkan dia tidak bergerak. Yaampun bagaimana ini. Aku panik

"Jangan mati disini dong. Bangun kek. Woyy" terus terusan aku menggoyang

Saking paniknya aku sampai menangis sambil berjongkok disampingnya menelungkupkan kepalaku diantara lipatan tangan. Aku takut dia mati. Kalo mati gimana? Nanti kalo gentayangin aku mulu gimana? Batinku

"Gausah nangis juga kali" aku kaget. Ternyata dia masih hidup.

"Lo masih idup?"

"Yang lo liat kaya apa"ucapnya ketus. Menyebalkan ternyata. Aku masih belum mengenali wajahnya. Dia seorang cowok sepertinya aku tau.

Dia medongak dan

"Elo?!" Teriaknya nyaring. Aku cuma diam merutuki diriku yang bertemu dengannya lagi.

"Daritadi mata lo kemana? Gak disekolah di luar sama aja"

Ketus banget sih! Rutukku kesal sambil mengerucutkan bibirku sebal.

"Gue ngomong sama lo kali"

Aku menatap manik hitamnya itu. Dia menatapku balik. Aku berjalan mengabaikannya lagi.

"Gue juna yang tadi pagi"serunya

Aku berhenti kemudiian berbalik.

"Gue tau"

Aku berjalan meninggalkannya menuju rumah yang aku tuju tadi. Dia bahkan tidak lecet atau kesakitan sama sekali. Sial aku bertemu dia terus hari ini.

Didepanku berdiri kokoh gerbang hitam yang tinggi yang menutupi rumah berkesan klasik berwarna putih itu. Aku memencet bel dan keluar seorang laki-laki berperawakan tinggi besar. Dia mempersilakanku masuk.

Ketika berjalan menuju pintu aku disuguhkan pemandangan taman yang asri. Sangat terawat dan wangi semerbak bunga yang mekar. Aku mengetuk pintu berkali kali sambil mengucapkan salam.

Lama sekali membuka pintu. Aku memutuskan untuk mengetuknya kembali. Dan keluar seorang cowok. Dan aku menatap pas dimanik matanya.

Aku terkejut setengah mati. Sampai mataku rasanya mau keluar. Yaampun dia disini. Aku tidak salah rumah kan ya?

"Alliya lo ngapain?" Tanyanya yang aku dengar sedikit terkejut mendapati aku yang ada di dahapannya

Aku masih bungkam. Takut berbicara dan menyodorkan plastik yang aku bawa tadi.

"Disuruh mama"kataku pelan.

Aku berbalik berniat pulang sebelum suara itu menghentikan langkahku untuk pulang.

"Jangan pulang dulu, tunggu disini" dia berlari masuk kerumahnya. Aku terus memegangi lukaku yang makin lama makin perih.

Dia kembali dengan sekotak P3K dan semangkuk air beserta handuk.

"Lo duduk disini" aku mengangguk dan mengikuti langkahnya menuju bangku panjang. Dia meletakkann barang barang itu dimeja. Kemudian menarik kakiku yang tadi terluka.

"Kok bisa sih? Lo abis ngapain?" Tanyanya.
Aku diam dan hanya menggeleng. Sesekali meringis merasakan perih.

"Jawab kek elah" dia sepertinya kesal karena aku sedari tadi berbicara sedikit sekali.

"Tadi jatoh didepan ketabrak sepeda"

Dia bergumam sambil menarik lenganku yang terluka tadi. Suasana kembali hening dia serius sekali membersihkan lukaku. Aku memperhatikannya sesekali. Memperhatikan betapa sempurna wajahnya yang sampai saat ini aku tidak tau namanya. Aku sedikit tersenyum melihat itu.

"Ngeliatin guenya biasa aja kali"dia terkekeh pelan. Sambil memplaster lukaku. Aku gelagapan saat dia tau kalau aku memperhatikannya sejak tadi.

"Selesai"ucaapnya riang

"Terimakasih.."

"Allan, nama gue Allan" dia menyambung kalimat yang menggantung tadi. Aku tersenyum

"Makasiih Allan"ucapku sambil tersenyum.

Aku berdiri bersiap untuk pulang.

"Gue pulang dulu"

"Gue anter"cegahnya

"Gausah disebelah doang kok"dia tersenyum dan mengangguk.

"Assalammualaikum"

"Wa'alaikum salam"

Aku berjalan sambil terus terasenyum. Aku tidak menyangka ternyata aku bertetangga dengannya.

Hari ini adalah hari terindah yang pernah aku alami. Aku bahkan tak henti tersenyum karenanya.

Ours and TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang