Pagi itu saat aku berangkat ke sekolah, berjalan kaki seperti biasa. Aku mendapati Allan sedang memanaskan motornya didepan rumah. Ah pagi pagi saja sudah ada pemandangan indah seperti ini. Aku senang.
Moodku membaik sejak kemarin, sejak dia memanggil namaku ketika aku menabraknya di kantin siang itu, kemudian ketika dia dengan sabar dan teliti membersihkan lukaku dan membalutnya. Sehingga aku bisa melihat karya Tuhan lebih dekat.
Pagi ini pun sama. Mungkin aku terlihat seperti remaja alay yang jatuh cinta pada pandangan pertama namun, itulah kebenarannya. Aku bahkan sangat sangat bersyukur kepada Tuhan karena dipertemukan dengannya. Ah sampai aku tidak bisa tidur rasanya.
Aku berjalan melewati rumah Allan menelusuri trotoar jalan menuju jalan besar di depan komplek untuk naik angkutan umum. Aku naik bus seperti biasa kemudian turun di salah satu pemberhentian kemudian aku naik angkutan umum yang biasanya disebut angkot itu.
Awal hari itu semuanya baik baik saja. Sampai aku tiba di sekolah, seperti biasa duduk di samping Lenna yang selalu datang lebih cepat.
" Eh lo tau ga al, yang kemarin lo tabrak itu anak geng motor yang suka nongkrong di warung sebelah" serunya dengan heboh
" Hm terus kenapa?"
" Lo gatau apa? sumpah? demi? dia tu ya katanya banyak banget musuhnya"
" Ya terus kenapa ih? kan gue ga kenal lennaa"
" Iya juga sih, tapi ya lo ati-ati aja deh sama dia. Soalnya gue liat kemaren dia nggak berhenti liatin lo dari meja kantin pojok itu"
Aku terdiam dan mencoba tidak peduli dengan apa yang berusan Lenna sampaikan, karena menurutku itu nggak penting. Walaupun penasaran sih, tapi tetap aku berusaha mengenyahkan pikiran itu dari kepalaku sewaktu melihat Pak Budi masuk kelas dengan wajah juteknya itu.
--------
Siang ini, rasanya panas sekali. Apalagi ditambah berdiri tegak di bawah tiang bendera sambil hormat karena Pak Budi yang menagih tugas Ekonomi yang sudah aku kerjakan tapi ketinggalan di atas meja belajar. Sialan! Padahal tadi pagi aku sudah bangun pagi, lebih pagi dari biasanya malah. Tapi namanya kelupaan, manusiawi kan ya?
Panas terik ini rasanya membakar kulitku seiring bajuku yang basah karena keringat, bukan burket ya! Tapi lamunanku buyar ketika aku melihat Allan sedang bersama teman-temannya dibawah pohon yang ada di depan kelasnya. Tawanya menggema sampai terdengar olehku. Wah, walaupun nggak peduli, tapi suara tawanya berasa me-recharge energiku yang terserap teriknya matahari. Sampai, aku lihat salah satu temannya berbicara pada Allan sambil menunjuk-nunjuk tangannya padaku.
Perasaanku entah kenapa tidak enak. Lalu, aku buru-buru mengalihkan pandanganku dari mereka yang aku rasa sedang memperhatikanku yang sial hari ini.
"Alliya mau digantiin gak?!" teriak salah satu teman Allan yang aku tidak tahu namanya.
" Iya nih masa cewek cakep panas-panasan, nanti item lho"
"Mau ga neng?" tawar salah satu temannya lagi yang aku tau berperawakan gendut itu.
Tidakku sangka ada salah satu dari mereka mendekat.
"Nih minum" sodornya dengan sebotol air mineral dingin yang rasanya akan sangat menyegarkan itu. Iya itu Allan, Allan yang menabrakku kemarin, Allan yang membersihkan luka di keningku kemarin, iya dia Allan! Aku ragu-ragu menerima minum itu, aku sebenarnya sih tidak mau menerima. Hanya saja pikiran ketika pingsan kemudian ditolong oleh teman-teman Allan sepertinya pilihan terburuk saat ini.
"Makasih" lantas aku tenggak air mineral itu hingga tandas setengahnya. Sungguh melegakan!!
"Pak Budi ya? Kenapa? Pasti lupa ngerjain PR kan?" cecarnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Ours and Time
RomanceSemua keputusan tergantung kita. Kita yang menjalani semuanya. Kita yang melakukannya. Kita yang menunjukan pada dunia bahwa kitalah yang pantas. Namun jika waktu dan sang pencipta berkata tidak. Aku dan kamu juga tidak bisa berkata apapun Semua...