*di mulmed itu Caca
Caca Pov.
Setelah kejadian dirumah Bella waktu itu, gue jadi sering melamun. Gue jadi sering kepikiran sama Nando. Ya, lelaki kemarin dirumah Bella itu Nando.
Flashback on
"Loh ada Caca" kata Nando. Seketika tubuh gue kaku, kemana aja dia selama ini? Apa dia lupa dia pergi ninggalin gue. Apa gue tetep harus bersikap seperti biasanya.
Gue sekarang bener bener bingung harus respon dia kayak gimana. Jujur rasa itu belum hilang. Apa gue pantas ngebuka hati gue untuk dia. Gue takut dia menghancurkan kepercayaan gue lagi.
"Ca lo kenal sama Nando" kata Bella. Ya, mereka semua nggak ada yang tau tentang kedekatan gue dengan Nando -kakak Bella-
Gue hanya mengedikkan bahu menjawab pertanyaan Bella.
Pandangan gue nggak lepas dari Nando. Sungguh gue bener bener kangen yang dulu, waktu gue sama Nando sering main bersama. Tapi apa gue kuat untuk tetap bersama dia.
Gue udah nggak kuat disini, rasanya air mata gue mau jatuh saat ini juga. Tapi nggak boleh jangan sampe air mata ini jatuh. Ya Caca kuat.
Gue akhirnya memutuskan pandangan dari Nando dengan cepat gue berjalan keluar dari rumah Bella. Gue udah nggak peduli terikan Bella dan Fathia memanggil gue.
Gue lari kedepan komplek. Keberuntungan lagi bersama gue. Kerena tiba tiba taksi lewat didepan gue, dengan cepat gue memberhentikan taksi itu dan naik ke dalam taksi untuk pulang kerumah. Pertahan gue ancur karena sekarang air mata gue udah tumpah membasahi pipi gue.
Flashback of
Pintu kamar gue diketuk. 'Pasti Iqbal' batin gue. Jam sudah menunjukkan pukul 7 pasti gue disuruh makan malem.
"Ca lo ada didalem kan". Kata Iqbal. Gue pura pura tidur ajalah.
"Ca itu ada temen lo. Lo ngapain si Ca dikamar keluar napa. Dari tadi sore lo ngurung di kamar" hah. Temen siapa? Bella? Fathia? Siapa ya. Dari pada penasaran gue keluar ajalah.
'Klek'
bunyi pintu kebuka. Muncullah Iqbal, tapi dia keliatan beda. Apaya? Rambut. Iya gaya rambut dia berubah jadi lebih klimis. Tumben tumbenan nih orang rapi begini mau kemana dia?."Hoi. Malah bengong lagi. itu ada temen lo di bawah." Kata Iqbal menyadarkanku.
"Siapa Bal?" Kata gue
"Nggak tau." Katanya. Udahlah gue langsung aja kebawah. Siapa yang dateng ya?
Ketika sampai diruang tamu. Pertanyaan yang sedari tadi memutar di otakku terjawab dengan jelas siapa yang datang ke rumahku. Buat apa dia kesini? Mau minta maaf? Atau mau pergi lagi?.
"Hai" katanya gue hanya tersenyum kaku.
"Apa kabar?" Katanya. Cih apa dia masih nggak tau keadaan gue waktu ditinggal dia. Fimana saat gue lagi cinta cintanya sama dia. Dia pikir setelah itu gue masih baik baik aja.
"Seperti yang lo liat sekarang. Gue nggak baik baik aja setelah lo pergi ninggalin gue" kata gue sambil menekankan kata 'ninggalin'.
"Aku nggak maksud ninggalin kamu Ca. Ada alasan aku kenapa aku saat itu pergi ninggalin kamu." Katanya meyakinkan gue.
"Apa alasannya!" Bentak gue. Sumpah gue udah nggak tahan rasanya gue pengen nangis sekarang juga.
"Belum waktunya kamu tau Ca." Katanya. Gue berusaha mati matian untuk nahan air mata ini supaya nggak turun dan gue nggak kuat. Air mata ini udah turun saat Nando meluk gue. Pelukan yang sangat gue rindukan 3 tahun terakhir ini. Rasanya masih sama hangat dan menenangkan. 'Sadar Ca dia udah nyakitin lo' dengan cepat gue berusaha melepas pelukan ini. Tapi nihil tenaga gue nggak lebih besar dari tenaga Nando.
"Plis Ca. Biarin gini dulu. Aku kangen sama kamu, jangan jauhin aku Ca. Aku tau aku emang salah sama kamu, aku udah ninggalin kamu. Tapi tolong jangan giniin aku." Kata nya yang sukses buat gue nggak bisa apa apa sekarang air mata gie yerus mengalir nggak berenti berenti sampai gue rasa baju yang dipake sama Nando sekarang basah karena air mata gue.
"Setelah lo ninggalin gue. Waktu gue lagi cinta cintanya sama lo. Sampe sampe gue nggak bisa ngelupain lo. Dan sekarang dengan mudah nya lo minta maaf sama gue." Kata gue sambil memukul dada nya. Gue masih dalam pelukan Nando. Sampe dia mulai ngelepasin pelukan ini. Dia pegang tangan gue. Di genggamnya erat.
"Aku bener bener minta maaf Ca. Aku akan cerita sama kamu kenapa aku pergi gitu aja ninggalin kamu. Tapi nggak sekarang. Kamu belom siao denger penjelasan aku." Katanya. Sumpah gue udah nggak tqhan gue langsung menhentakkan tangan gue dari tangannya dan langsung bangkit dari duduk gue. Tanpa memperdulikan Nando gue lari ke rumah pohon.
Sekarang gue hanya membutuhkan ketenangan. Satu satunya rumah pohon. iya. Rumah pohon selalu bikin perasaan gue tenang.
Gue terus nangis. Gue nghak peduli dengan perut gue yang udah bunyi karena memang gue dari siang belum makan.
"Kenapa Nando.. hiks.. kenapa lo kembali lagi.. hiks.. hiks.. saat gue udah mulai membuka hati untuk orang lain.. hiks
disaat gue udah hampir berhasil ngelupain lo.. hiks..hikss. lo malah kembali lahi di kehidupan gue. Gue nggak tau harus sedih apa seneng sekarang.. hikss gue sedih karena kejadian waktu itu.. gue seneng lo balik lagi.. tapi hiks hiks.. gue nggak tau meski gimana sikap gue ke lo...hiks hiks hiks" teriak gue dari rumah pohon.
Tiba tiba gue ngerasa ada yang narik badan gue ke pelukan seseorang. Gue mendongak betapa kagetnya gue ternyata itu Nando. Aduh apa Nando denger teriakan gue tadi. Sumpah gue sekarang udah deg degan banget
"Aku denger semua nya Ca. Kamu nggak mesti bersikap gimana mana ke aku. Aku ngerti kamu pasti sakit hati banget. Anggap aja kejadian hari ini tidak pernah ada. Kalau kamu memamng nggak mau neriman aku lagi di kehidupan kamu. Aku mundur" kata Nando sambil melepas pelukannya. Tapi aku menahan.
Bukan ini yang aku mau.
"Nando..hiks. bukan ini yang aku mau..hiks.. maaf karena aku udah egois nggak mau dengerin penjelasan kamu dulu.. hikss aku mau kamu terus ada di samping aku. Hikss jangan pergi lagi Nando.." tangis gue pecah di pelukan Nando. Gue semakin mempererat pelukan gue ke Nando. Gue bener bener nggak mau Nando pergi lagi. Persetan dengan kepercayaan. Sekarang gue bener bener hanya ingin Nando.
"Maafin aku Ca. Aku nggak bisa janji aku akan selalu ada disamping kamu. Aku takut nggak bisa nepatin janji aku" katanya sambil mengusap halus pangkal kepala gue.
"Janji sama aku Nando. Apa jangan jangan kamu mau pergi lagi.. iya" kata gue sambil melepas pelukannya. Gue nggak rela kalo sampe Nando pergi lahi nggak gue nggak mau.
"Aku nggak bisa janji Ca" katanya
"Nggak aku nggak bakalan rela kalo kamu sampe pergi ninggalin aku lagi Nendo. Aku nggak rela." Kata gue sambil menggeleng gelengkan kepala.
"Janji Nendo" lanjut gue. Dia mengehela nafas berat sambil menganggukan kepalanya. Dengan cepat gue kembali memeluk Nendo demi apapun gue sangat sangat kangen sama Nendo.
"Jangan tinggalin aku lagi." Kata gue. Dia mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope
Teen FictionHanya seorang wanita yang memiliki sejuta harapan dalam hidupnya