SIX - It's hurt like hell

215 49 19
                                    

Yes, double update. You deserve it, guys! So, don't forget to leave vomment, okay? Okay. #salahfandom

***

Bagaimana cara mendeskripsikan bahagia yang teramat sangat-sangat? Apa itu seperti kau tengah memakan es krim hasil perdebatanmu dengan saudara yang sangat menjengkelkan? Atau seperti meneguk es jeruk di tengah musim panas? Atau apa mungkin juga hal sederhana yang lainnya? Well, oke lupakan, yang jelas aku amat-sangat bahagia malam ini.

Malam ini aku bertingkah layaknya seorang idiot. Terus menerus tersenyum sepanjang perjalanan bersama Harry. Oh ya, kami sedang berada di tengah perjalanan menuju festival malam di tengah kota.

Begitu momen berpelukan itu aku lepaskan, aku teramat sangat malu. Ku kira tadinya keadaan akan menjadi canggung, tapi kenyataannya tidak. Lihat kami, aku dan Harry tengah berjalan sambil bercanda satu sama lain.

"Ingat ketika kau memakai kacamata hitam mu itu dan menghampiriku?" aku ikut-ikutan membuat Harry jengkel, setelah apa yang tadi ia lakukan; ia mengingatkan ku tentang kejadian saat dompetku hilang.

"Ya, dan kau terpana begitu pertama kali melihatku, ya?" Harry menaik-turunkan alisnya. Dan aku hanya memutar kedua bola mata.

"Kau tampak seperti gelandangan!" aku tertawa puas.

"Uh-huh?" Harry ikut-ikutan tertawa, "dan kau terus memanggilku 'penjahat kelamin'." kali ini Harry tertawa dengan puas.

"Karena memang begitu lah tampangmu!"

"Penjahat kelamin, oh God, aku tidak tahu apa yang terlintas dipikiranmu saat itu." Harry menggeleng-gelengkan kepalanya, dan aku tertawa keras.

"Oh, maafkan aku!" pekikku di sela-sela tawa kami.

"No," kata Harry yang lalu meberhentikan langkahnya, "you must pay for it."

Dan aku ikut berhenti di sampingnya, sembari menatap Harry dengan cemas. Oh, apa yang dimaksud Harry?

"Apa?" tanyaku pelan. Harry perlahan mendekatiku dan menatapku. Oh, apa-apaan ini?

"Aku haus. Belikan aku minuman?" kata Harry akhirnya setelah kami beetatapan selama kurang-lebih 10 detik. Dan aku bersumpah, jantungku berdegup begitu kencang.

"O-okay," aku menatapnya bingung.

"Haha, tidak. Aku hanya bercanda. Biarkan aku yang membelinya, dan kau bisa menunggu di sini." kata Harry yang menurutku itu sama sekali tidak lucu.

Tentu tidak lucu, aku hampir mati karena tatapannya!

Harry kemudian perlahan meninggalkan ku dan menuju ke seberang jalan, untuk masuk ke kedai kopi di sana. Seperti apa yang Harry katakan, aku menunggunya.

Aku menatap sekeliling jalanan yang sepi. Ini mungkin sudah pukul 10 malam, dan itu mengapa jalanan Paris kali ini terasa sepi. Sampai-sampai, aku dapat merasakan angin yang menyentuh kulitku perlahan.

Aku segera merapatkan kardigan yang tengah kupakai, dan melihat ke seberang jalan. Mengapa Harry lama sekali?

Aku hendak menyusul Harry ke dalam kedai kopi itu, sampai seseorang menarik rambutku perlahan. Aku meringis kesakitan, dan mencoba untuk berteriak. Hell, siapa yang melakukan ini?

"Go away from Harry Styles, you bitch!" serunya yang masih berada di belakangku dan masih menarik rambutku. Aku dapat mengetahui ia seorang gadis dari mendengar suaranya.

Aku memberontak, namun yang ada ia hanya tambah memnuat rambutku perih.

"You don't deserve Harry fucking Styles!"

"Please, stop it!" aku menahan tangannya dan mencoba menendang dengan asal ke arah belakangku.

Gadis itu menarik rambutku lebih keras, dan aku menjerit kesakitan. Mengapa tidak ada yang melewati kami? Kemana orang-orang? Kemana Harry?

Harry...

"Just get away from Harry!" katanya berteriak, dan ia kemudian melepaskan tangannya dari rambutku. Dan tanpa diduga, ia mencakar leherku yang membuat aku lagi-lagi, berteriak kesakitan.

"You deserve it, bitch." lalu tidak ada lagi tanda-tanda bahwa ia masih ada di sampingku. Gadis itu pergi. Meninggalkan ku dengan beberapa luka, yang bahkan aku tidak tahu sama sekali siapa dia.

Aku menunduk lemas. Kulit rambutku masih terasa sakit, dan leherku terasa perih. Aku dapat merasakan mataku yang sembab dan tengorokanku yang sakit akibat berteriak.

Siapa itu tadi? Aku tentu tidak mengenalnya, tapi aku tahu pasti semua ini ada sangkut pautnya dengan Harry (bisa dilihat dari gadis misterius yang terus berteriak nama Harry). Dan aku mulai bertanya-tanya, siapa Harry sebenarnya?

Isak tangisku pecah. Aku duduk di pinggir jalan dengan rambut yang benar-benar berantakan dan dengan maskara yang luntur. Aku benar-benar kacau.

"Drey? Ya Tuhan! Apa yang terjadi?!" suara Harry terdengar begitu terkejut. Ia perlahan-lahan menghampiriku dengan kedua tangannya yang memegang cup kopi.

"For God's sake Harry, jangan mendekatkiku!" aku menjerit, sambil masih terus terisak.

"A-apa?" Harry berhenti dan menatapku bingung, "kenapa?" tanyanya pelan.

Aku menggeleng cepat sambil (masih) terus menangis. "No, just- dont."

"Aku tidak mengerti Drey, kenapa? Siapa yang berani melakukan ini padamu?" tanya Harry yang masih berdiri beberapa meter di hadapanku.

Aku hanya menangis dan tidak bisa menjawab pertanyaan Harry.

"Drey," kata Harry perlahan, yang ternyata sudah berada di sampingku. Ia menaruh kopinya, dan merangkulku. Aku masih saja terus menangis.

"Ssshh... It's okay, aku di sini. Aku di sini." Harry menenangkanku, dan tangannya perlahan membawaku ke pelukan hangatnya.

Isak tangisku kembali pecah di dalam pelukan Harry. Dan Harry membiarkan aku membasahi kemeja yang tengah ia gunakan. Harry menepuk-nepuk pelan punggungku dang terus berbisik bahwa semuanya akan baik saja. Semuanya baik saja. Dan faktanya, semua tidak baik saja.

"Harry, maafkan aku..." akhirnya aku bersuara setelah mungkin kira-kira 5 menit aku menangis.

"Apa? Tidak, Drey. Kau tidak perlu meminta maaf. Aku yang seharusnya meminta maaf padamu." jawab Harry.

Aku perlahan melepaskan pelukan Harry. Dan tanganku segera menepis sisa-sisa air mata yang ada di pipiku.

"Drey, katakan, siapa yang melakukan ini padamu?" kata Harry yang kali ini terdengar tegas. Dan aku hanya menggeleng pelan.

"Drey, kumohon..." Harry meraih daguku, membuatku mendongak menatapnya. "Aku menyesal," katanya lagi.

Aku mengangguk pelan, mengisyaratka Harry bahwa aku baik-baik saja.

"Siapa?" tanya Harry lagi.

"Gadismu." jawabku akhirnya. Aku tidak tahu ia siapa, tapi kemungkinan besar ia kekasih Harry kan?


***

A/N:
Si Andrea greget, sotau bgt. Jhaha.

Menurut kalian, itu siapa?

5+ votes for next chapter!

TWO SIDES | Harry Styles [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang