Kisah Baru, Dimulai

279 20 5
                                    

Aaahhh... XI IPA 1.

Kelas ini dihuni oleh 33 helai eh orang manusia manusia ngenes. Tapi ke-ngenes-an ini nggak berlaku untuk seluruh anggota kelas sih. Prediket ngenes itu hanya berlaku untuk beberapa orang saja. (Termasuk aku).

Berawal dari pembagian lokal kelas XI. Nama siswa dan siswi berturut turut disebutkan untuk menentukan dilokal apa mereka akan bersarang selama 1 tahun. Siswa siswi dengan perasaan gusar, perut mules, wajah pucat, bibir pecah pecah, dan nafas bau jigong duduk dilapangan menunggu nama mereka dipanggil. Emang sih, situasi yang begini emang bikin asam lambung naik. Saking nggak tahannya sama perasaan gegana yang begitu membuncah, beberapa siswa siswi ada yang mengisi waktu luang mereka dengan melakukan sholat tarawih berjamaah disisi lain lapangan sekolah. Eh enggak ding.

Saatnya, pengumuman untuk kelas XI IPA 1 disiarkan. Kami, para alumni XA semakin gusar aja. Kegusaran tersebut bahkan menyebabkan produksi getah empedu kami semakin banyak yang menyebabkan lebatnya produksi bulu ketek(?). Nama pertama yang dipanggil untuk menghuni kelas XI IPA 1 adalah si Ian. Lanjut ke Afri. Dan eh ternyata penghuni XA yang lama mayoritas tetap berada di 1 lokal yang sama. Perasaan gusar pun menghilang. Seiring dengan hilangnya perasaan gusar itu, bulu ketek yang sudah lebat itu ternyata menyusut kembali. Masuk menyusuri kejamnya dunia metropolitan per-bulu-ketek-an.

Tapi, ditengah gegap gempita riuh anggota mantan XA yang kini menjadi XI IPA 1, ada perasaan sedih yang nyelip di bulu ketek eh di hati kami yang lembut ini.

"Yah si Kia woy," pekik salah satu member XI IPA 1 She Can! Eh bukan bukan.

"Si Vina dan Tika juga woy!" ujar yang lainnya disela sela keriuhan kami.

"Yah nggak ada lagi virus Trojan yang bakal mengusik ketenangan kita." Fira mulai mellow.

Kami berbalik (berhubung kami udah baris didepan lapangan), menilik dari kejauhan. Sesekali memicingkan mata untuk mempertajam fokus ke objek yang dituju.

"Kia!" ujar kami nyaris bersamaan sembari melambaikan tangan.

Tak terasa air ingus netes eh air mata netes membasahi seragam putih abu abu kami. Beberapa anggota kelas XI IPA 1 mulai lunglai, lantas menjatuhkan diri dan ah nggak gitu juga sih.

"Eh si Putra ternyata bener masuk lokal kita!" Yoni menggeliat mendekati kami yang lagi break dance.

Emang sih, gosip si Putra yang bakal masuk lokal yang sama bareng alumni XA udah mencuat dari jauh jauh hari. Cuma kami sih kaget aja biar lebih dramatis gitu.

Pengumuman anggota kelas XI IPA 1 udah kelar. Wah aku bisa bernafas lega. Ternyata ini lah temanku yang akan menemani belajarku selama setahun kedepan. Semoga kelas ini kedepannya bakal nggak ngenes.

Selanjutnya, Pak Udin akan mengumumkan siapa Wali Kelas yang akan mendampingi kami ke pelaminan.

"Baiklah, Waki Kelas untuk kelas XI IPA 1 adalah Ibu Sari,"

"WOOOOOOOOOO!"

"YEEEEAHHH!"

"YEEE BUK SARI"

"AYE!"

Sorak sorai kemenangan mulai bergema di lapangan sekolah. Kenapa kami senang? Karena kau telah mencuri hatiku. Hm, karena beliau termasuk guru teladan dan welcome sama murid. Jadi, kami berpekik ria yang mungkin murid lain bilang lebay sih. Ah bodo amat.

Finally, akhirnya masuk lokal juga. Saat menginjakkan kaki di kelas XI IPA 1. Dih, ini lokal kita? "Dulu kelas XA kelas bekas ruang OSIS, nah sekarang kenapa dapet lokal yang lecek begini sih?" Aku mengompori kawan kawan.

"Kok gini ya, apa pihak sekolah dendam sama kita karena kita terlalu babyface?" ah ini ngaco.

"Biarlah guys, kelas yang lecek ini akan berwarna dengan kenangan indah kita selama setahun." Duh ini siapa lagi yang sok puitis, aku membacot didalam hati.

"OOOOOO!" dengan ritme yang seirama, segerombolan anak ayam yang seperti kehilangan induknya menyampaikan respon dari kalimat sok puitis dengan irama rendah diawal diakhiri dengan irama tinggi. (FYI, kata ini emang selalu muncul kalau ada kalimat yang sok puitis. Udah jadi tradisi tems).

"Woy ibuk woy ibuk woy!" Koor membahana didalam lokal. Semuanya duduk dibangku masing masing. Eh belum bagi tempat duduk sih, maksudnya duduk dibangku terdekat.

Buk Sari masuk ke kelas dengan sumringah. Duh manis banget ibu.

"Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh." Ujar beliau, berdiri didepan kelas.

"Waalaikumussalam warrahmatullahi wabarakatuh." Jawab kami bersamaan. Cie sama cie.

Selama beberapa menit, kami mendengar pidato singkat dari Buk Sari. Tapi bedanya, di pidato beliau kali ini, nggak ada 'Yang Terhormat' dan 'Hadirin yang berbahagia'.

"Ibuk harap, kelas XI IPA 1 dan Ibuk bisa menjalin hubungan yang baik. Seperti hubungan orang tua dan anak." Ujar Buk Sari dipenghujung pidato singkatnya.

Kami manggut manggut.

Sehabis berpidato, beliau memerintahkan kami untuk membersihkan lokal kami yang emang kayak becak pecah karena kapal pecah sudah terlalu mainstream.

"Siapa nih ketuanya?" Pini membuka obrolan, ditengah repotnya beresin lokal karena banyaknya pecahan kaca becak disini. Eh.

"Si Putra aja gimana?" usul Yoni.

"Jangan dia masih baru, harus di MOS dulu lah,"

"Ian aja," usul yang lain.

"Hm, emang Ian sih yang paling cocok sekarang,"

"Nah, yaudah Ian aja,"

Semua mengangguk. Sesekali ngedipin mata kearah Ian yang lagi ngupil.

"Karena kalian sudah besar, kalian pilih Ketua Kelas dan yang lainnya sendiri ya," ujar Buk Sari lalu pergi keluar kelas.

"Gimana nih cara milihnya?" Yoni membuka suara.

"Voting aja," usulku.

Akhirnya voting pun berlangsung. Suasana voting ini lebih kayak ulangan Sejarah. Ngintip nama siapa yang ditulis teman sebelah. Terus nyontek. Yaelah.

Gulungan kertas kecil itu pun dikumpulkan ke meja guru. Yoni dan Faya bertugas sebagai pembuka gulungan kertas itu. Sedangkan Gina bertugas sebagai pencatat nama nama yang tertera dikertas tersebut. Sedangkan yang lain? Yah cuma duduk dibangku masing masing sambil cengo dan.. ngupil tentunya.

"Ketua kelas, Ian. Wakil ketua kelas, Putra. Bendahara, Faya. Sekretaris Gina" Ujar Yoni. Wah isi gulungan pertama aja udah Ian.

"Ketua kelas, Ian. Wakil ketua kelas, Putra. Bendahara, Yoni. Sekretaris, Amel." Wah Ian lagi.

Kelas mulai ribut. "Cie Ian cie."

"Kenapa aku woy?" Ian sok polos. Padahal terjadi pelebaran secara siknifikan dikedua sisi hidungnya.

"Ketua Kelas Valencia..." Lah kenapa nama aku woy? Cie siapa yang milih aku cie. Ah jadi malu.

Oke. Setelah pembukaan gulungan kertas kecil yang bersejarah itu berlangsung, diperoleh hasil akhir bahwa Ian sebagai Ketua Kelas, Putra sebagai Wakil Ketua, Faya sebagai Bendahara I dan Yoni sebagai Bendahara II. Gina sebagai Sekretaris I dan Amel sebagai Sekretaris II.

Struktur organisasi kelas udah kepilih. Tapi satu yang masih jadi pertanyaan aku. Siapa ke 4 orang greget yang milih aku jadi Ketua Kelas?

Cesio Itu... Lokal NgenesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang