Berkenalan Dengan Bambang

177 7 10
                                    

Cerita yang lain aja belom selese udah bikin cerita baru lagi-_- kala ide lari di depan mata gitu aja :")
Hope you like it

Suasana lingkungan sekitar rumah Adel begitu ramai akan anak kecil yang bermain bersama-sama. Waktu sudah menunjukan pukul 9 tetapi Adel tak melihat sedikitpun keramaian di jalan depan rumahnya akan sepi. Bukan karena Adel tak menyukai anak kecil, sesungguhnya, Adel sangat menyukai anak kecil. Selama anak kecil tersebut polos dan nakal sewajarnya. Hanya saja, Adel merasa asing dengan keramaian ini.
Senyum Adel terukir sempurna di wajahnya saat ia melihat semua anak kecil tersebut ramai mempermasalahkan tinggi tiang gawang khayalan mereka. Menurut beberapa anak kecil, tendangan tersebut dianggap gol karena tidak keluar dari gawang, sedangkan sisanya menganggap bola tersebut keluar dari lapangan karena terlalu tinggi. Adel ingin turun tangan menyelesaikan masalah tersebut. Tetapi Adel adalah warga baru di sana.

Ya, baru seminggu ini Adel pindah ke rumah yang sekarang ia pijak. Makanya Adel merasa asing dengan suasana ramai di lingkungan rumah barunya. Pasalnya, rumah Adel yang berada di Jakarta, kota tempat tinggalnya dulu, merupakan rumah yang berada di perumahan sepi namun aman. Walau suasana yang tampak berbeda drastis, tetapi Adel merasa kedua lingkungan rumahnya sama amannya.

Seorang lelaki yang Adel tebak sepantaran dengan Adel, memakai kaos berwarna biru, dengan celana pendek berwarna hijau datang menghampiri kelompok anak kecil yangmasih asyik berdebat tentang tinggi gawang khayalan yang mereka buat sendiri. Ia berbincang dengan mereka sambil sesekali bercanda dan tertawa. Adel mendengar semua obrolan mereka dengan jelas. Tentang bagaimana menentukan tinggi gawang khayalan itu.

Lelaki itu bersender di pagar rumah Adel sambil melihat ke arah 2 anak kecil yang akan melakukan pinalti sebagai penentuan apakah masuk atau tidak. Punggung lelaki itu menyentuh pagar besi rumah Adel. Membuat Adel menatap punggung lebar itu tanpa henti. Adel tak peduli apakah tendangan pinalti itu masuk atau tidak lagi. Adel bahkan tak peduli dengan keramaian depan rumah Adel yang selama ini asing tapi Adel suka. Yang ada di otaknya hanya lelaki yang ada di depannya.

Tidak, Adel tidak merasakan cinta pandangan pertama pada lelaki itu. Bagi Adel, cinta pandangan pertama itu tidak ada dalam hal jodoh. Menurut Adel, cinta pandangan pertama hanya manusia rasakan saat mereka melihat ibu mereka di hari pertama mereka lahir. Adel yakin kalau cinta tumbuh karena terbiasa seperti kata orang zaman dulu. Seperti ucapan nenek serta kakeknya setiap mereka bercerita tentang kisah cinta mereka. Jadul memang, Adel akui itu. Tapi Adel tak masalah dengan pikiran kuno miliknya itu.

Adel hanya merasa penasaran dengan lelaki yang sekarang sedang berlari dan berteriak senang bersama semua anak kecil di jalan depan rumah Adel. Lelaki yang asyik dengan goyang itik yang membuat semua anak kecil ikut bergoyang mengikutinya. Suatu pemandangan yang mengocok perut Adel hingga Adel tertawa terbahak-bahak.

"Neng, ketawanya heboh banget. Mbak Kunti nanti kesaing atuh sama Eneng," ucapan lembut namun sarat kejahilan terdengar jelas di telinga Adel. Membuat Adel berusaha keras menghentikan tawanya dan segera menatap ke arah suara tersebut. Lelaki yang membuat Adel penasaran sedang menatap Adel dengan senyuman yang terlihat jahil tapi manis.

Adel berjalan ke arah pagar hingga jarak Adel dengan lelaki berbaju biru tersebut tak sampai 1 meter. Adel baru menyadari betapa tingginya lelaki yang menyapanya dengan usil tadi. Wajah lelaki tersebut terlihat jelas dengan jarak sedekat ini. tidak, wajahnya tak tampan dan rupawan seperti yang biasanya ada di dalam novel percintaan. Wajahnya juga tak jelek pemeran acara komedi yang biasanya ada di TV atau bioskop. Wajahnya biasa saja dengan khas sunda seperti semua orang yang ada di Bandung pada umumnya.

"Duh malah disamperin sama Si Eneng hehehe. Jadi malu disamperin begini. Belum sempat nyisir abdi teh." Tangan lelaki di depan Adel sibuk menggaruk belakang kepala lelaki tersebut yang Adel yakini tak gatal sedikitpun.

Tangan lelaki di hadapan Adel terulur hingga masuk ke dalam pagar, "Kenalin, nama abdi teh Bambang." Adel tersenyum dan menyambut uluran tangan lelaki bernama Bambang yang berdiri di hadapannya. Jemarinya yang panjang terlihat jelas karena terbuka lebar di hadapan Adel. Bahkan saat bersalaman, Adel merasakan dengan jelas jari panjang milik Bambang meggenggam erat tangan Adel yang termasuk golongan pendek dan bulat.

"Kak Bejo!" Panggil semua anak kecil di sekitarnya ramai. Membuat Adel mengerutkan kening bingung. Adel yakin sekali kalau lelaki di hadapannya mengenalkan diri sebagai 'Bambang' sekian detik yang lalu. Tetapi dipanggil 'Bejo' oleh semua anak kecil di sekelilingnya.

"Panggil aku Bambang saja ya? Walau semua warga kampung panggil aku Bejo hehe." Cengiran Bambang yang terlihat lebar dan seperti anak kecil membuat Adel ikut tersenyum lebar sambil mengangguk pasti.

"Kok semuanya panggil kamu Bejo? Kenapa kamu malah ngenalin diri ke aku Bambang bukan Bejo?" tanya Adel yang membuat Bambang senyum-senyum sambil menaruh jari telunjuknya di dagu. Seakan Bambang sedang berpikir apa secara kritis.

"Kasih tahu gak ya..." Bambang masih berlagak seperti berpikir keras. Berbanding terbalik dengan nada suara yang ia keluarkan dari mulutnya. Membuat Adel gemas ingin sekali mencubitnya. Sayangnya Adel baru mengenal Bambang sehingga ia mengurungkan niatnya.

"Soalnya aku beruntung terus. Buktinya sekarang bisa kenal kamu hehehe." Bambang tekekeh setelah berkata hal yang berisi setengah gombalan. Kenapa hanya setengah? Karena menurut Adel, Bambang juga memberitahu alasan nama panggilannya adalah 'Bejo' ke Adel.
Adel membuka pagar rumahnya dan berjalan keluar setelah Bambang memberitahu rumahnya yang ada di ujung jalan. Hari ini, Adel mendapat teman di lingkungan baru. Teman yang unik dan hobi bercanda bernama Bambang. Orang yang umurnya sepantaran dengan Adel tapi lebih suka bermain dengan anak kecil. Alasannya sih cukup konyol menurut Adel.

"Aku suka anak kecil. Pengen banget punya, tapi harus nikah dulu kan berarti. Males ah aku."

Hai.-. Maaf banget aku hilang lama.-. Aku kira file ceritaku ilang semua abis un ternyata engga. Iya un, aku baru lulus SMA dan SMA ku milih UN CBT tapi pake laptop murid :") secepetnya aku update semua cerita. Thanks^^

Guitar BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang