Tanpa ku sadar mata ibuku menjadi hitam seluruhnya, dan hanya pupilnya saja yang merah menyala. Ia menatapku tajam sambil terkekeh bak orang gila, itu membuatku takut dan mundur beberapa langkah. Ibuku mulai bangkit dari duduknya, aku tak tahu apa yang harus kulakukan.
Tanpa aba-aba aku langsung berlari menjauh, dan menelusuri jalan raya.
Aku menangis sambil berlari, hal ini mengingatkan ku akan seseorang.
Seseorang yang sangat kusayang, Jane Smith. Kakakku satu-satunya, yang pernah menghilang secara misterius. Aku rasa ini ada hubungannya dengan kesurupan itu.
Aku berhenti di persimpangan jalan dengan napas terengah-engah, kuusap air mataku yang tak berhenti selama aku berlari. Seakan-akan aku sedang bermain film drama, tapi ini bukan drama. Ini nyata! Aku diam sebentar untuk menenangkan diri, setelah kupastikan aku benar benar sudah tidak menangis.
Aku berjalan menjauh dari tempatku berhenti, kemudian langkahku kembali terhenti di depan subuah bangunan indah nan megah, layaknya sebuah istana. Itu adalah Masjid.
Kemudian terdengar suara panggilan indah kepada umat islam untuk menunaikan ibadah, banyak orang islam yang berbondong-bondong memasuki bangunan itu.
Aku tertarik untuk masuk kesana, tapi aku berbeda agama. Apa boleh?
Aku terdiam, ada pergulatan batin dalam diriku. Aku rasa aku bisa memperhatikan mereka dari depan masjid, di depan masjid itu ada tangga. Aku berjalan mendekati masjid, kemudian memperhatikannya dengan seksama. Aku sangat terpesona, masjid ini penuh. Mereka melakukan beberapa gerakan yang biasa disebut sholat, mereka sangat kompak. Menakjubkan!
Aku memutuskan duduk di tangga masjid. Tunggu ada tulisan 'Batas Suci' wah, bahkan mereka menjaga kebersihan. Aku mulai membuka sepatuku dan duduk di ujung tangga paling atas. Tak bosan-bosan aku memperhatikan mereka,
Jujur saja aku tertarik dengan agama ini sejak aku kecil.
Aku memperhatikan mereka hingga selesai, setelah selesai sholat mereka berdoa.
Setelah berdoa banyak dari mereka beranjak pergi meninggalkan masjid, sedangkan di dalam hanya ada beberapa orang saja.
Aku menatap seorang pria 30tahunan yang duduk di dekat jendela, ia memegang sebuah buku, atau apalah itu namanya. Aku tak tahu.
Pria itu mulai membaca buku itu dengan suara agak pelan, namun aku masih bisa mendengarnya. Karena jarakku dengannya tidak jauh. Suaranya yang indah membuatku semakin terpesona, entah berapa lama aku memperhatikannya. Tiba tiba saja ia menoleh ke arahku, aku terkejut dan langsung memalingkan mukaku.
"Hey nak" sapa seorang pria, itu pria tadi, dan kini ia berdiri di belakangku.
"um, i-iya, hy" ucapku gugup sambil menatapnya.
Ia duduk agak jauh dariku, entah kenapa. Tapi itu terserah dia, untuk apa juga aku mengurus hal itu.
"kenapa kau menangis nak?" tanyanya.
"apa? A-aku tidak menangis" jawabku heran, pria itu terkekeh.
"coba kau sentuh pipimu" ucapnya.
Karena penasaran aku langsung menyentuh pipiku, basah. Rasanya aku sudah berhenti menangis tadi.
"kau benar" ucapku "tapi aku tak tahu apa yang membuatku menangis" lanjutku sambil mengelap pipiku.
"tidak mungkin seseorang menangis tanpa alasan, mungkin kau hanya bingung"
"ya, aku sangat bingung. Entah karena masalah yang menimpaku atau karena aku terharu mendengarmu membaca buku itu"
"haha, itu bukan buku, nak. Itu Al-Quran, kitab suci umat islam"
"suatu hari, bisakah kau mengajarkanku. Atau setidaknya bacakan itu untukku" pintaku.
"InsyaAllah, dengan senang hati"
Aku tersenyum "terimakasih"
"sama-sama" balasnya sambil tersenyum.
"hey, pak, sepertinya kau bukan warga Amerika asli" selidikku.
"ya, aku berasal dari indonesia" jawabnya "oh, aku lupa, siapa namamu?"
"aku Sarah Smith, anda sendiri?"
"Aldo Setiawan"
"itu nama yang bagus, tapi aku harus pamit" pujiku.
"kalau begitu hati hati"
Aku mengangguk dan segera bangkit, kemudian berjalan menjauh. Aku sempat kembali menengok ke arahnya, namun ia sedang bicara dengan seorang pemuda.
Entah berapa lama aku berjalan, aku lelah sekali. Beberapa pertanyaan terbesit di kepalaku, pertanyaan itu sesekali mengiris hatiku.
Bagaimana kalau aku benar-benar akan di jadikan tumbal? Kenapa hidupku seperti ini? Kenapa? Kenapa? Dimana aku harus tinggal sekarang? Bagaimana kalau mereka mencariku? Bagaimana kalau mereka menelepon polisi? Atau
Sebaiknya aku yang harus lebih dulu menelepon polisi!
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL
Mystery / ThrillerBiasanya keluarga adalah sekumpulan orang yang selalu mendukung. Tapi tidak semua orang menganggap itu benar, termasuk aku. Karena aku dilahirkan untuk dijadikan... . . . TUMBAL!