Papa Andrew menyuruhku duduk di sampingnya kirinya dan Melody di samping kanannya, ia mengelus puncak kepala kami dengan sayang.
"papa... aku ingin menginap disini, apa boleh?" tanyaku ragu.
"tentu saja boleh, ya, kan pa?" sela Melody.
"ya, tentu, ngomong-ngomong... Kau tak membawa pakaian?" tanya Papa Andrew.
"itu lah yang jadi masalahnya, aku tak bawa pakaian" jawabku sambil menggigit bibir bawahku untuk menghilangkan gugup.
"tak masalah, aku punya banyak pakaian" lagi-lagi Melody menyela dengan girang.
"kau bisa pinjamkan pakaianmu pada sahabatmu ini kan, sayang?" tanya Papa Andrew pada Melody.
"ya, tentu saja" jawab Melody.
"kalian memang baik" pujiku.
"ah, sudahlah, ayo kita ke kamar! Aku punya game baru" ajak Melody.
"ayo" seruku.
Kami berlari ke kamar Melody di lantai dua, di kamar ini lah biasanya kami bermain bersama.
*
Hari sudah malam, semua orang di sini sudah terlelap. Namun tidak denganku, aku berbaring dan masih terjaga di samping Melody yang sudah terlelap.
Ingatanku melayang jauh, tanganku menggenggam erat seduah kalung berhias cincin dengan nama seseorang.
Tak terasa liquid bening mengalir begitu saja, aku merindukannya.
'Jane Smith' itulah ukiran yang ada di cincin penghias kalung perak nan polos itu.
"Jane..." gumamku sambil terisak.
"Sarah?" tiba-tiba saja Melody memanggilku dengan lembut, ia langsung duduk di ranjang.
"apa aku membangunkanmu?" tanyaku ikut duduk di sampingnya.
"ya, tentu saja. Kau menangis, aku tahu ada yang kau sembunyikan. Dengar! kita sahabat, kau menangis atau pun bahagia. Aku akan merasakannya, jadi... Berbagilah penyebab kesedihan ini" ucapnya panjang lebar, aku sangat senang ia begitu menghargai persahabatan ini.
"terimakasih Melody, kau selalu jadi sahabat baikku" hanya itu yang bisa kuucapkan padanya, dan ia tersenyum manis.
"kau juga akan menjadi sahabat baikku" ia menarik napas panjang lalu menghembuskannya dengan lembut "jadi ayo ceritakan" lanjutnya.
"aku merindukan seseorang" jelasku.
"siapa? Pacar? Kau sudah punya pacar? Sejak kapan? Kenapa tidak memberi tahuku sejak awal"
"hahaha... Bukan pacar, tapi orang spesial"
"benarkah? Orang spesial, bukankah hampir sama dengan pacar, atau gebetan?"
"pfftt... Bukan Melody ku... Dia itu Kakakku"
"AP-?!" ia berteriak, namun segera ku bungkam mulutnya dengan tanganku.
"sssttttt.... pelankan suaramu!" ucapku sambil menurunkan tanganku dari mulutnya.
"kakak katamu? Sejak kapan kau punya kakak?! Setahuku, kau tak punya kakak" ucapnya setengah berbisik terdengar suaranya yang meminta penjelasan.
"kau tidak tahu apa yang terjadi" balasku.
"lalu apa yang terjadi, ayo jelaskan!" pintanya.
"oke-oke! Aku jelaskan!"
Aku mulai menarik napas dalam dalam, lalu menghembuskannya.
"ini terjadi 10 tahun yang lalu...."

KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL
Mystery / ThrillerBiasanya keluarga adalah sekumpulan orang yang selalu mendukung. Tapi tidak semua orang menganggap itu benar, termasuk aku. Karena aku dilahirkan untuk dijadikan... . . . TUMBAL!