MOS

106 9 0
                                    

Beberapa bulan kemudian..

Saat ini Nay sudah resmi menjadi anak SMA. Seragam putih abu-abu sudah melekat di tubuh rampingnya. Nay mengambil ransel dan cardigan biru yang terletak di atas tempat tidurnya yang lagi-lagi serba biru. Nay sangat menyukai warna biru.

Setelah mematikan lampu kamar dan menutup pintu, Nay turun kebawah melewati tangga yang berada di tengah rumah yang menjadi pemisah antara ruang tamu dan ruang TV lalu berjalan menuju dapur untuk sarapan bersama mamanya.

"Nay hari ini jangan bawa motor. Biar mama yang antar jemput kamu hari ini."

"Loh. Emangnya mama ga kerja?"

"Hari ini mama dapat libur. Ini kan hari pertama Nay sekolah. Mama mau nganterin anak mama dong."

"Asikkkk makasih ya, Ma."

"Yaudah cepet sarapan. Ntar kamu telat."

Nay tiba didepan gerbang sekolah barunya. Sekolah bercat hijau-putih dan dipintu gerbangnya bertuliskan SMA Negeri 98 Pontianak. Sekolah ternama yang berada di kota Nay.

"Nay masuk dulu ya, Ma. Dahhhh" sambil mencium pipi mamanya.

Nay keluar dari mobil merah mamanya lalu berlari menuju ke dalam sekolah sambil melambai ke arah mamanya.

"Brukkkk..."

Nay menabrak seseorang di depannya.

"Hati-hati dong kalo jalan" ucap seorang cowok yang juga memakai name tag peserta MOS.

"Oh seangkatan sama gue ternyata. Kirain gue senior. Kalo nggak mampus gue" batin Nay.

"Ehh maaf ya nggak sengaja" ucap Nay.

Setelah minta maaf Nay berlalu tanpa memperdulikan lebih lama cowok yang ditabraknya.

Begitulah Nay. Semenjak insiden perceraian orang tuanya, sikap Nay menjadi dingin kepada makhluk berwujud laki-laki.

"Elah ni cewek seenaknya aja" ucap cowok yang ditabrak Nay a.k.a Nabil.

Semua peserta MOS berbaris rapi di tengah lapangan memakai name tag bertali merah yang dikalungkan di leher mereka.

Setelah pembagian kelas dibacakan. Mereka berbaris sesuai dengan kelas masing-masing. Nay kebagian kelas 10a. Nay melirik ke arah teman-teman barunya.

"Gue bakalan bisa akrab sama mereka nggak ya" gumam Nay pelan.

"Bisa kok" jawab seseorang.

Nay menoleh ke samping kanannya. Tampak seorang gadis berwajah imut berambut hitam panjang tersenyum ke arah Nay.

"Hai.. Gue Mauren" ucap gadis itu sambil memperlihatkan gigi kelincinya.

"Gue Nayla" Nay membalas sapaan Mauren.

"Ih akhirnya gue punya temen hehehe"

"Iya gue juga. Gue pikir gue bakal susah dapat temen"

Percakapan mereka terhenti oleh kedatangan dua panitia MOS. Seorang cewek berwajah anggun dan yang satunya seorang cowok berwajah songong.

"Nama gue Shafa dan temen gue Alva. Kita yang bertanggung jawab buat ngurus kelas 10a" ucap senior berwajah anggun a.k.a Shafa.

"Gue sama Shafa bakal bagi kalian jadi 2 kelompok" ucap Alva.

"Eh cewek yang pake jam biru, siapa nama lo? Kesini deh."

Alva mengarahkan pandangannya ke arah Nay.

"Saya kak?"

"Iya iya lo"

Nay pun maju menuruti perintah Alva.

"Gue perhatiin lo daritadi mandangin gue. Ada masalah sama gue?"

Shafa geleng-geleng kepala.

"Dasar, Lo! Gak bisa liat cewek cantik dikit" bisik Shafa kepada Alva.

Alva ternyata sengaja mengerjai Nay. Nay yang sama sekali tidak melakukan apa yang dituduhkan seniornya hanya diam tertunduk, karena sesuai pasal-pasal MOS 'panitia MOS tidak pernah salah'. Nay terpaksa hanya diam dan menurut. Beginilah realita MOS disekolah barunya.

"Nah berhubung lo suka mandangin gue, sekarang gue kasi lo kesempatan buat mandangin muka gue selama 1 menit."

Mulut Nay ternganga mendengar ucapan Alva.

"Lah yang bener aja dia ngomong yang ada mah gue enek mandangin mukanya lama-lama!" Gerutu Nay dalam hati.

Mau tidak mau Nay harus menuruti perintah senior tengilnya a.k.a Alva. Nay mengangkat wajahnya lalu memfokuskan pandangannya kepada Alva. Ternyata Alva malah balas menatapnya sambil memasang senyum sok imutnya.

- - - -

Setelah 3 hari melewati masa-masa MOS yang melelahkan, akhirnya kegiatan belajar yang Nay tunggu-tunggu pun berlangsung hari ini. Nay duduk di bangku kelas 10A, ia juga sudah memiliki teman dekat, yaitu gadis cantik yang duduk disebelahnya a.k.a Mauren. Setelah insiden tatap-tatapan Nay dan Alva, saat jam istirahat Mauren menghampiri Nay yang tengah duduk sendirian sambil memasang wajah kesal. Mauren paham perasaan Nay. Jika Mauren jadi Nay, ia pun pasti akan kesal dengan Alva. Begitu Nay melihat Mauren berjalan kearahnya, ia langsung merengek meminta pembelaan. Nay menceritakan kekesalannya kepada Mauren. Membuat keduanya kini menjadi akrab.

"Nay. Lo ga bosen apa belajar mulu" Mauren berbisik kepada Nay disela-sela pelajaran.

"Elah bahasa lo 'belajar melulu'? Kita aja mulai belajarnya baru hari ini bae."

Mereka kembali memperhatikan pelajaran yang dijelaskan Bu Andar guru kimia.

Belum sempat Bu Andar melanjutkan penjelasannya tentang struktur atom, seketika suara guru lain yang belum mereka ketahui namanya itu memanggil Bu Andar. Setelah berbincang selama kurang lebih 3 menit, Bu Andar kembali ke kelas dengan membawa seorang siswa laki-laki disampingnya.

"Wih siapa tuh" ucap para siswi dikelas Nay dengan mata berbinar.

"Ini teman sekelas kalian. Dia pindahan dari kelas 10E. Jumlah siswa dikelas E ternyata kelebihan berhubung kelas kalian jumlahnya lebih sedikit dibanding kelas lain jadi dia dipindahkan disini" jelas Bu Andar panjang lebar.

"Nah. Silahkan perkenalkan dirimu" ucapan yang ia tujukan pada siswa baru itu.

"Hmm hai. Nama gue Nabil Alzaro Ginanda. Gue harap kalian mau nerima gue dengan senang hati" ucap Nabil sambil menyunggingkan senyum khasnya.

Sontak para siswi yang berada dikelas ini mulai memperlihatkan sikap 'lenje' nya. Tetapi tidak dengan Nay yang sibuk menatap keluar jendela kelasnya. Yap Nay duduk dipojok kiri dekat jendela yang sukses mendukung Nay mengalihkan pandangan dari cowok yang berhasil menjadi pusat perhatian dikelas dihari pertamanya pula.

"Nah Nabil. Kamu duduk di pojok kanan disebelah siswa cowok berkacamata" tunjuk Bu Andar.

"Nay liat deh. Anak baru itu cakep begete. Mirip artis korea siapa gituuu" Mauren tampaknya juga terserang virus ketampanan Nabil.

Nabil memang memiliki wajah tampan dengan mata sipit, hidung mancung, badan atletis, serta kulit putih yang membuatnya dijuluki 'kw Song Joon ki' oleh teman sekelasnya saat dikelas 10E. Seberapa tampan pun artis korea yang disamakan dengannya, Nabil tidak peduli. Ia benar-benar geli dengan artis-artis korea alay yang menurutnya bertampang gay. (Astagaaaa Song Joon Ki ini beda kali gilaaa aja ngata2in dia alay mirip gay-_- untung aja L tokoh utama cowok disini hft)

"Ah yaaa gue tau dia mirip siapa. Dia mirip Song Joon Ki, Nay. Pemain film DOTS yang lagi tenar ituuu lohh. Lo nonton gak sihhhh?"

"Dihhhh korea. Ga peduli gueee. Ogah gue nonton drama-drama alay gitu. Pantes deh idup lo banyak drama nya daritadi." (lahh kok tokoh utama cerita W pada benci korea sih. Awas looo ntar benci jadi cinta. Kek W nih awalnya benci drama korea lama2 jadi demam drama korea omg! Curhat deh-_-)

"Huhhh enak aja idup gue banyak drama."

Bel istirahat berbunyi.

"Nay. Kantin yuk"

"Kuy"

Nay dan Mauren berjalan keluar kelas. Nay yang sedang sibuk memainkan ponselnya tiba-tiba...

"Brukkk!!"

Unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang