First Day

69 6 1
                                    

"Bruk!!"

"Lah elo lagi yang nabrak gue?" ucap laki-laki yang ditabrak Nay a.k.a Nabil.

"Lagi? Emang kapan gue nabrak lo?"

"Lo amnesia apa gimana? Jelas-jelas pas hari pertama MOS lo nabrak gue di deket gerbang. Gue ingat banget yang nabrak gue itu lo."

"Masa sih?"

Nay kembali mengingat-ingat peristiwa dihari pertama MOS. Di saat ia turun mobil, lalu masuk ke dalam gerbang sambil melambai ke arah mamanya. Lalu tiba-tiba.... 'Oh ya' Nay ingat.

"Oh yang gue tabrak itu lo?"

"Menurut lo?"

"Gue kan kemaren udah minta maaf. Pendendam banget sih lo jadi orang."

Nay beranjak pergi dari hadapan Nabil sambil menarik tangan Mauren yang masih terdiam melihat celotehan mereka berdua, Nay dan Nabil.

"Lah tuh cewek main pergi aja. Bilang maaf juga nggak" gumam Nabil.

Tiba di kantin

Nay dan Mauren duduk di sudut kantin yang kini menjadi tempat favorit mereka. Alasannya biar orang lain nggak bakal dengar apa yang mereka gosipin.

"Eh lo kenal sama Nabil?" Tanya Mauren sambil mengaduk baksonya yang baru saja ia tuangkan sambal.

"Nabil siapa?"

"Yang lo tabrak tadi peaa."

"Oh namanya nabil?"

"Jadi lo nggak kenal?"

"Emangnya mesti kenal?"

"Lah malah nanya balik."

"Emangnya penting banget kenal sama dia?"

"Pentinglah. Dia kan temen sekelas kita sekarang. Terus lumayan juga kali punya temen cakep hehehe."

"Serah lo deh." Nay memakan bakso nya bulat-bulat.

Setelah menghabiskan semangkuk bakso dan segelas es jeruk, mereka kembali ke kelas karena bel masuk sebentar lagi akan berbunyi.

Guru pelajaran biologi sudah duduk dengan tentram di depan kelas, padahal bel baru berbunyi beberapa detik yang lalu. Sepertinya guru-guru di sekolah ini benar-benar disiplin soal waktu. Wajar saja jika sekolah ini menjadi sekolah nomor satu di Pontianak.

And you know what? Dihari pertama mereka sekolah, disaat sekolah-sekolah lain masih sibuk perkenalan, pendekatan, adaptasi sekolah atau semacamnya. Sekolah mereka malah sudah mulai belajar dan bahkan sekarang mereka kebagian tugas kelompok dihari pertama mereka.

Nay yang memang hobi belajar menerimanya dengan lapang dada dan senang hati. Namun tidak dengan teman-temannya yang lain.

"Bu.. Kita nggak ada perkenalan dulu, Bu?" Ucap seorang anak laki-laki gendut yang duduk di pojok depan sebelah kanan.

"Kalian perkenalannya tunggu jam wali kelas kalian." Jawab guru biologi sambil menaikkan kacamatanya yang turun.

Bu Nisa a.k.a guru biologi membagi mereka menjadi beberapa kelompok. Karena dikelas Nay hanya terdapat 27 siswa, jadilah mereka dibagi menjadi 9 kelompok sesuai absen yang masing-masingnya terdapat 3 orang siswa.

Nay dan Mauren tidak satu kelompok karena nama mereka tidak berdekatan diabsen. Nay tidak mengenal siapapun dikelas ini selain Mauren, selama MOS, Nay hanya sekedar tahu nama mereka. Itupun Nay tidak hapal semuanya. Wajar saja toh ini baru hari pertama mereka berada dikelas.

Mereka pun duduk sesuai kelompok masing-masing.

Terkadang... Kenyataan memang berbanding terbalik dengan harapan. Orang yang tidak Nay harapkan untuk satu kelompok dengannya kini malah berada disampingnya. Yap... Nay sekelompok dengan Nabil dan seorang teman sekelasnya yang lain a.k.a Nazmi. Ternyata nama Nay tepat berada di bawah nama Nabil. Kebetulan yang menyebalkan.

Nay yang tidak mudah akrab dengan cowok sekarang malah sekelompok dengan dua makhluk berwujud cowok ini.

"Baiklah. Berjuang Nay!" Batin Nay.

Nazmi. Seorang anak berambut klimis, bertubuh tinggi, dan berkulit putih. Walaupun tidak setampan Nabil, namun harus diakui bahwa wajahnya masih masuk kategori tampan. Nazmi duduk di bangku paling depan berhadapan dengan meja guru.

Awalnya Nay mengira Nazmi adalah anak yang pendiam dan polos. Ternyata dugaan Nay salah. Lihatlah sekarang Nazmi malah menjahili Nay yang sedang menulis.

"Apaan sih lo."

"Galak bener. Gue sekelas sama singa apa yak." Ucap Nazmi.

Nabil tertawa mendengar celotehan Nazmi. Nay tidak peduli dan tetap mengerjakan tugas kelompok bagiannya.

Nay memang sudah membagi tiga tugas kelompok mereka. Walaupun Nay memang hobi belajar, namun ia tidak ingin mengerjakan semuanya sendiri toh namanya tugas kelompok jadi harus dikerjakan bersama. Prinsipnya.

Tugas mereka sudah selesai. Namun waktu presentasi masih 10 menit lagi.

Walaupun mereka adalah anak yang usil, mereka tetap mengerjakan bagiannya dengan penuh tanggung jawab.

"Mi. Tau gak lo. Gue udah dua kali ditabrak sama ni singa." ucap Nabil pada Nazmi.

"Ya ampun.. Seriusan? Sabar ya, Bil. Namanya juga singa."

"Gue bukan singa!" Jawab Nay tak terima.

"Malah pas pertama kali ditabrak gue pikir dia beruang kutub ketimbun es. Tatapannya itu, Mi. Dingin banget."

"Jadi lo masih mau menyandang status singa apa beruang kutub, Nay?"

"Apa kata lo dah"

Nay pun larut dalam percakapan tidak penting Nazmi dan Nabil. Ternyata Nabil tidak semenyebalkan yang Nay pikir.

Bel pulang sudah berbunyi lima menit yang lalu.

Nay dan Mauren berjalan menuju gerbang sekolah. Mereka ternyata sama-sama sedang menunggu jemputan.

"Tittt.....titt" suara klakson motor.

Nabil dengan motor ninja hitamnya keluar gerbang sambil melambai ke arah Nay.

"Gue duluan ya" ucap Nabil dari balik kaca helm nya.

"Hmmm" gumam Nay mengiyakan pamitan Nabil. Entah Nabil dengar ataupun tidak Nay tidak peduli.

"Sejak kapan lo akrab sama Nabil?"

"Akrab apaan. Perasaan lo aja."

"Lah.. Itu ngapain dia ngelambai sama, Lo?"

"Cihh mana gue tau. Dia aja sok akrab sama gue." Nay tertawa mengingat ekspresi Nabil saat mereka satu kelompok.

"Gila lo ketawa sendiri."

"Ehhh kayaknya gue udah dijemput deh." Ucap Nay.

"Gue juga udah. Itu mobil bokap gue otw kesini."

"Yaudah byeee, Mauren" Nay ber-kissbye ria kepada Mauren.

"Bye alay."

- - - -

Jam menunjukkan pukul sebelas malam.

Nay merebahkan tubuhnya di atas kasurnya yang empuk. Nay benar-benar lelah hari ini. Setelah pulang sekolah tadi Nay tidak langsung pulang. Mamanya mengajak Nay makan siang dan berbelanja keperluannya.

Jika kalian membuka lemari berwarna biru-muda nya, kalian pasti akan mendapati lemari yang penuh dengan gantungan dress selutut entah bermotif floral ataupun polos, juga sepatu-sepatu bertali yang berderet rapi di rak paling bawahnya. Nay tetap saja seperti anak remaja lainnya yang gila dress dan sepatu lucu.

Nay melirik ponselnya yang berbunyi di atas nakas. Ternyata ada pemberitahuan undangan grup line.

"Apaan nih."

Nay membukanya.

"Gila. Cepet banget kelas gue bikin grup chat."

Nay menekan tulisan join dilayar ponsel. Setelah itu Nay mematikan ponselnya dan meletakkannya kembali ke atas nakas. Lalu ia pun beranjak tidur.

Unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang