Punishment

41 4 1
                                    

Nay melototi kertas dihadapannya. Kertas yang berisikan nama ketua OSIS baru beserta fotonya.

"Gak mungkin.. Pasti yang nempel salah nih" ucapnya meyakinkan diri.

"Apanya yang salah? Otak lo mungkin yang salah" sahut seseorang secara tiba-tiba.

Suara ini... Tanpa melihat siapa yang berdiri di sebelahnya, Nay sudah bisa menebak siapa pemilik suara berat tersebut. Entah kenapa lelaki ini suka sekali tiba-tiba muncul dihadapan Nay.

"Yaudah si gausah kaget gitu. Kan gue udah ngabarin lewat sms juga kemaren."

"Lah. Jadi ini beneran?!"

Senyum kemenangan jelas terukir di wajah lelaki itu. Bagaimana bisa ia terpilih menjadi ketua OSIS? Padahal jelas-jelas Nay mendengar MC menyebutkan nama Raka.

Nay mengurungkan niatnya untuk ke kantin. Nay segera kembali ke kelasnya dan mencari Mauren. Tidak peduli dengan aktivitas Mauren, Nay segera mengajak Mauren ke koridor kelas sebelas untuk mencari sosok Raka. Nay ingin meminta penjelasan kepada Raka. Tentunya lewat Mauren.

"Temenin gue ke kelas Kak Raka."

Mauren memang mengenal Raka karena mereka berada dieskul yang sama, yaitu melukis. Selain mengikuti ekskul basket Mauren juga mengikuti ekskul melukis.

"Nay. Lo gila apa ngajak ke koridor kelas sebelas. Males gue liat tampang senior-senior sok disitu."

"Kalo nggak kepepet mah gue juga gamau."

"Emang mau ngapain ke kelas Kak Raka?"

"Gue abis liat mading. Disitu ada foto ketua OSIS sekolah yang baru. Tapi bukannya foto Kak Raka malah foto si senior tengik."

"Hah?! Kok bisa?"

"Ya ini makanya gue mau nyari info. Lo tolong tanyain Kak Raka dong, Ren. Lo kan kenal sama dia. Ya ya ya?"

"Cih. Gue lagi yang jadi korban."

Nay dan Mauren berjalan cepat ketika melewati gerombolan senior cewek didepannya. Mereka benar-benar muak jika harus berurusan dengan para senior sok berkuasa itu.

Mauren melirik ke arah jam tangannya.

"Nay buruan. Bentar lagi bel."

Mauren langsung menarik tangan Nay setelah sadar bel masuk yang akan berbunyi lima menit lagi.

Tiba didepan kelas Raka. Kebetulan saat itu Raka sedang berada di depan kelas bersama dua orang temannya. Begitu mendapati sosok Nay dan Mauren dihadapannya mereka menatap kebingungan.

"Kak Raka. Boleh ngomong sebentar gak?" Ucap Mauren dengan hati-hati.

Walaupun Mauren memang mengenal Raka, namun ia tidak terlalu dekat dengannya. Di ekskul melukis, mereka saling berbicara jika memang ada hal yang penting. Selebihnya tidak. Karena lelaki itu sangat fokus jika sedang melukis.

Seakan mengerti dengan ekspresi kedua gadis ini, Raka bangkit dari duduknya lalu mengajak mereka sedikit menjauh dari tempat semula agar teman-temannya tidak mendengar obrolan mereka.

"Ada apa?" Tanyanya.

"Hmmm gimana nih nanyanya."

Nay dan Mauren saling menyikut. Mereka saling melemparkan pandangan.

"Sama gue mah nyantai aja. Gue gak makan orang kok."

Akhirnya Nay yang membuka suara.

"Kenapa dimading foto lo digantiin sama foto si tengik, Kak? Ehh maksudnya Kak Alva hehe."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang