Taruhan

70 6 1
                                    

Sebulan kemudian....

Sebulan sudah Nay menyandang status sebagai anak SMA di sekolahnya. Semakin hari masa putih anu-abu Nay semakin berwarna. Hatinya perlahan terobati.

Hari ini adalah jadwal latihannya. Seminggu setelah MOS Nay memang memutuskan untuk bergabung dengan ekskul tari. Selain hobi belajar Nay juga hobi menari. Sejak kecil Nay memang sudah diikutkan sanggar menari oleh mamanya. Menurut Nay, tarian dapat mengekspresikan perasaannya lewat gerakan tubuh yang gemulai ataupun tegas.

"Nay ntar malem gue ke rumah lo ya. Gue bosen dirumah" ucap Mauren sambil memasukkan buku tulisnya ke dalam ransel.

"Ga sekalian nginap lo? Nginap ajalah di rumah gue."

"Nggak. Sepupu gue besok mau datang ke rumah. Atau lo aja nginep dirumah gue."

"Sepupu lo cewek apa cowok?"

"Hmmmm cowok."

"Yahh nggak deh gue."

"Kenapa emang?"

"Bukan muhrim."

"Yaelah bahasa lo. Nyesel lo ntar ga nginep dirumah gue. Sepupu gue cakep tau. Seumuran sama kita juga."

"Gak makasih. Yaudah cepetan. Ngemasin buku aja lelet banget."

"Sabar elahh."

"Lo latihan juga kan hari ini?"

"Iya lah. Buat apa juga gue bawa tuh baju" Mauren menunjuk tas jinjing yang berisi baju basketnya.

Ya.. Sama seperti Nay, Mauren juga mengikuti ekskul yang sesuai dengan hobinya, yaitu basket. Mauren memang jago dalam olahraga basket. Berbanding terbalik dengan Nay. Jangan sekali-sekali mengajak Nay bermain basket atau olahraga apapun yang memakai properti bola. Nay benar-benar payah dalam hal ini.

Saat SMP Nay pernah di paksa ikut dalam pertandingan voli antar kelas. Nay terpaksa menggantikan temannya yang sedang sakit, jika tidak tim mereka akan gugur.

Nay yang menjunjung tinggi rasa solidaritas didalam kelasnya mau tidak mau harus ikut. Walaupun pada akhirnya tim mereka akan tetap kalah. Bagaimana tidak? Disaat bola melambung ke arahnya bukannya melakukan passing tetapi nay malah menjerit lalu berlari menjauhi bola. Begitu seterusnya. Lawan tim mereka memang sengaja memanfaatkan keadaan itu dan selalu mengarahkan bolanya kearah Nay. Alhasil tim mereka kalah dengan skor yang memalukan.

Sejak saat itu Nay resmi menjauhi olahraga yang bertemakan bola.

"Oke beres. Kuy keluar."

Nay dan Mauren berjalan keluar kelas. Mereka memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu, karena masih ada waktu satu jam sebelum ekskul dimulai.

Sekolah mereka memang banyak menerapkan peraturan. Salah satunya tentang jam mulai ekskul yang tepat dimulai satu jam setelah pulang sekolah. Tidak lebih dan tidak kurang. Terkecuali jika ekskul sedang persiapan perlombaan, maka peraturan tersebut tidak akan berlaku.

Mereka lagi-lagi memilih tempat duduk yang terletak dipojok kantin. Kali ini Mauren yang memesan makanan. Nay memilih posisi duduk yang menghadap ke arah dinding.

Mauren datang sambil membawa dua piring nasi goreng ditangannya. Lalu mengambil posisi didepan Nay sambil meletakkan dua buah piring ke atas meja.

"Nih pesenan lo. Minumnya diantarin mbak susi(penjaga kantin)."

"Hehehee tengkyu Maurenku...."

Nay langsung melahap nasi gorengnya. Baru beberapa suap ia makan, keringat sebesar biji jagung mulai membasahi pelipisnya.

Unpredictable LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang