2

15 1 0
                                    

Part 2....

Aku mengenal seragamnya. Ketika dia menaiki angkot, hanya dia yang menatapku. Ya, dia adalah cowok dengan rambut pendek yang rapi, tinggi, ganteng karena senyumnya. Dengan tak sadar aku pun menyapa nya dengan senyuman. Dia pun membalas dengan senyuman.
Dan senyuman itulah yang semanis gula dan selalu aku ingat. Entah kenapa aku tak bisa mengalihkan pandanganku untuk menatapnya. Ingin rasanya aku katakan pada sopir angkot tersebut "pak, kalau bisa jalan angkotnya jangan cepat, biar bisa lama sampai rumah" tapi tidak mungkin untuk alasan yang konyol itu. Apa yang bisa aku lakukan untuk bisa terus menatapnya. Ini perasaan seperti apa ya, baru kenal tapi ke ingat terus? Entahlah yang penting aku pernah bertemu dengan nya.
Tanpa ku sadari jalan menuju rumah tak terasa semakin dekat. Itu artinya waktu untuk bisa melihat nya semakin cepat. Oh, indah sekali senyumnya. Perasaan seperti apa ini?. Akhirnya aku sampai di depan rumah dan memberhentikan angkot. "Pak, kiri pak kataku pada sopir yang tengah asik sendiri dengan stir mobilnya. Sopir itu pun memberhentikan mobilnya tepat di depan rumahku. Entah kenapa aku memberanikan diri untu berpamitan padanya. Padahal aku baru saja mengenal nya dan belum tau siapa dia. Dan dia bersama teman-temannya yang lain, tapi kenapa aku hanya berpamitan pada dia?. "Aku duluan ya", kataku pada cowok yang sedari tadi aku lihat. "Iya", katanya ditambah senyumnya yang sangat ikhlas ku rasakan. Aku berpikir karena angkot yang kita naiki sama, mungkin kita akan bertemu lagi besoknya dan aku berharap begitu.
Sesampainya di rumah, aku terus mengingat senyum nya. Ya Allah, siapakah dia?, dimana dia tinggal? Tanyaku seperti ingin tau segala tentangnya. Aku harus mencari tau siapakah dia, pikirku. Lebih baik aku pergi shalat untuk menenangkan hati. 
Matahari mulai menyembunyikan sinarnya, digantikan dengan gelapnya malam. Malam dihiasi dengan bulan dan bintang yang memancarkan cahayanya, menggantikan sinar matahari. Ah, kenapa aku ini, bahkan hingga tidur pun aku masih mengingatnya. Bisakah dia memberi senyuman itu setiap hari?, aku berharap akan terjadi suatu saat nanti. Kenapa bisa? Kan pertama kali bertemu, kenapa bisa terus kepikiran?.

Maaf bila kurang menarik, mohon saran dan komentar, terimakasih:)

DiaUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum