Dedaunan berwarna hijau segar sudah kembali menghampar di sekitar jalanan. Bunga-bunga cantik sudah bermekaran dan bertebaran seakan berusaha berebut memamerkan pesona masing-masing. Pohon-pohon tinggi yang berada di setiap sisi jalan, sudah berdiri dengan kokoh dengan dedaunan yang baru bersemi. Matahari yang sudah terbit jauh sebelum pagi-pagi sebelumnya, menjanjikan hari yang cerah, persis seperti ramalan cuaca di televisi pagi hari ini.
Ah, hangatnya. Betapa asingnya satu kata itu ditelinga Adelaine. Terlebih di saat-saat mendekati musim dingin seperti ini, beribu kilometer jauhnya Ia dan Bundanya. Adelaine segera mengerjapkan matanya sembari menggeleng dengan keras, mengusir rasa melankolis yang tiba-tiba menyeruak. Wajar, hanya rindu saja. batinnya sembari kembali menyembunyikan tubuhnya di balik selimut.
Dari balik jendela kamarnya, Ia menatap ke luar jendela. Beberapa orang berlalu-lalang dengan santai dan cerianya—optimis sesuai dengan pepatah 'hari esok 'kan lebih baik'.
Ceklek.
Adeline menoleh ke arah pintu kamarnya yang terbuka pelan, dan munculah sosok yang wajahnya selalu mengisi hari-harinya. Adelaine berusaha duduk tegap sembari menyenderkan punggungnya di bahu ranjangnya.
"Comment vas tu?"—Apa kabarmu?—suara berat nan lembut milik Louis lebih dulu terdengar.
"Hmm, Ça va très bien."—Aku merasa sangat baik—Jawab Adelaine pelan.
Louis menjentikan jari telunjuk dan ibu jarinya di kening Adelaine, yang disusul dengan jeritan pelan dari si empunya.
"Apanya yang sangat baik kalau kamu terdampar di tempat tidur sepanjang hari dengan kening hangat seperti ini?" kerutan di kening Louis membuat Adelaine gemas dengan perhatian berlebihannya itu.
"Hahaha... kalian seperti tidak kenal aku saja. Kalian kan tahu, saat-saat menjelang musim dingin seperti ini aku sering panas dalam, dan disusul demam kecil hehehe. Tidak perlu khawatir, lusa juga aku sudah baikan." jawab Adeline dengan tenang sambil melempar senyum menenangkannya.
"Aish, kamu ini memang selalu optimis." Celetuk Louis dengan tangannya yang mengacak rambut panjang nan lebatnya Adelaine.
"Ini kubuatkan..."
Louis menghentikan kegiatannya ketika kepala Adelaine bergerak mencari suara di balik punggungnya.
"Salut, Cee!"—Hai—pekik Adelaine dengan riang seakan lama tak berjumpa—tak sadar dengan kecanggungan yang menyeruak tiba-tiba.
"Salut..." balas Cee, Cecilia—sahabat perempuannya di antara mereka bertiga—sembari melempar senyum kikuk.
"Apa yang kamu bawa? Apa itu sop? Aku sangat rindu sop buatanmu tiap suasana seperti ini!" Adelaine menggeser posisinya dan menepuk sisi kirinya agar Cee dapat duduk di sampingnya.
"Oui, semoga masih hangat, soalnya aku memasak ini sejam yang lalu." Cee duduk tepat di sisi Adelaine dan mulai menyendokan suap demi sesuap ke mulut kecil Adelaine.
Adelaine sendiri tidak terlalu peduli soal sop kesukaannya yang mulai dingin. Ia selalu suka rasa gurih dari kuah dan sayur-sayurannya—yang dipotong kecil-kecil dan tidak overcook, sehingga meninggalkan kesan masih segar saat dikunyah. Hanya Bundanya dan Cee yang mengerti betul cara membuat sop kesukannya.
"Jadi, aku ada di sini hanya untuk menontonmu makan, hm?" sungut Louis pura-pura cemberut. Yang disindir hanya menyeringai lebar dengan pipinya yang menggembung dan membuat kedua matanya menyipit.
Beberapa menit kemudian, suapan terakhir sukses mendarat di perut kecil Adelaine. Louis mengambil mangkuk bekas sop dari tangan Cee, lalu menyodorkan gelas berisi air mineral hangat.
"Bagaimana? Baikan?" tanya Cee dengan lembut—sangat keibuan—menurut Adelaine.
"Sangat baik! Hehehe...." Adelaine menggeser tubuhnya untuk merebahkan sedikit bagian tubuhnya. "Bagaimana dengan sekolah? Apakah meninggalkan tugas yang menumpuk?"
"Tidak juga, kemarin ada tugas kelompok. Seperti biasa, kita bertiga satu kelompok, ditambah le nouvel étudiant de l'Amérique."—seorang murid baru dari Amerika—Lapor Cee memasang wajah lelah.
"Nouvel étudiant?—Murid baru?—Kenapa tanggung sekali ya?"
Louis masuk ke dalam kamar sembari membawa roti-roti manis dan yogurt yang masih fresh dari dalam kulkas, kemudian meletakannya di atas nakas dan mengambil posisi di pinggir tempat tidur. "Kudengar orang tuanya sangat kaya. Pengusaha besar yang memiliki perusahaan di mana-mana." Tutur Louis panjang-lebar, "kurang lebih sih, begitu yang kudengar." Jawab Louis sembari mengedikkan bahunya.
"Kamu tahu banyak ya? kukira kemarin kamu tidak peduli dengan anak itu sama sepertiku." Ucap Cee tampak malas.
Adelaine mengernyitkan dahinya. "Memangnya dia kenapa?"
"Il est très beau!—Dia sangat tampan!—Aku tidak suka dengan anak laki-laki yang lebih tampan dariku!" Louis tampak menggebu-gebu, raut wajahnya benar-benar membuktikan ucapannya. Adelaine dan Cee tertawa menanggapi tingkah Louis yang memang seperti itu.
"Itu sih, karena kamu yang memang iri dengannya Louis! Hahahaha...." Cee masih berusaha mengendalikan tawanya yang meledak, "tapi hati-hati, kulihat kau tampak seperti stalkernya." Tawa kedua gadis itu kembali meledak. Terpingkal-pingkal hingga seprai menjadi sangat kusut. Yang diledek hanya mendengus kesal.
"Hahahaha aduh, rahangku sakit hahaha. Lalu, kamu kenapa tidak menyukainya, Cee? Bukankah Ia tampan?" selidik Adelaine sambil kembali menata selimutnya menutupi sebagian tubuh mungilnya.
"Ia sangat dingin, irit bicara, sekalinya bicara sangat kritis dan tidak jarang menyakitkan. Bahkan data-data tentang dirinya sengaja ditutup-tutupi olehnya dan pihak sekolah. Memangnya dia siapa? Huh...." kali ini Cee yang tampak benar-benar tidak suka. Adelaine paham betul dengan ekspresi sahabat-sahabatnya dalam setiap situasi. Walau ia diberi julukan 'Nona Lamban', Ia memiliki kepekaan yang luar biasa terhadap orang-orang di sekitarnya.
Diam-diam Adelaine kembali meresapi semua penuturan sahabat-sahabatnya—tampak tertarik, mengingatkannya pada seseorang yang pernah mengisi harinya dan kedua sahabatnya. Laki-laki seperti apa ya dia? Ah, aku harap bisa masuk sekolah secepatnya. Batin Adelaine sembari mengulum senyum.
---------------------------------------------------------
Untuk 2 bab selanjutnya, akan aku post secepatnya!
jangan lupa untuk tinggalkan pesan dan kesan, serta vote kalian, okay?^^
Je t'aime boucoup!!
![](https://img.wattpad.com/cover/74770554-288-k562832.jpg)
YOU ARE READING
Letter From Nowhere
Romance----------------- give me any comments (suggest and critic) also votes! sebagai upaya untuk perbaikan cerita yang lebih baik lagi dan juga bentuk apresiasi kalian terhadap karya-karya saya^o^