Hari , jam , menit , bahkan detik terlewati tanpa sapaan , hanya sekedar mengenal sebagai teman sekalas , selebihnya tak ada sesuatu yang lebih semenjak pertemuan itu .
Bel pulang sekolah berbunyi , semua siswa berjalan keluar gerbang menuju rumah mereka masing - masing . Kecuali anak - anak club musik dan club bahasa yang masih mengadakan pertemuan .
Jam menunjukkan pukul lima sore , sekolah sudah sangat sepi . Tetapi Vyanca masih berada diruang bahasa sendirian , untuk menyelesaikan sebuah makalah . Langit sekarang tertutupi awan hitam yang membawa banyak air hujan . Angin pun sudah mulai bergemuruh .
Melihat keadaan langit yang sudah sangat mendung , Vyanca langsung menyudahi pekerjaannya . Tetapi ketika membereskan barang - barangnya , tiba - tiba angin kencang membuat pintu tertutup dengan kencang . Vyanca berlari menuju pintu dan mencoba membukanya . Tetapi semua itu sudah terlambat , pintu sudah terkunci rapat dan sulit dibuka . Vyanca berteriak meminta tolong sambil mendobrak pintu , tapi kekuatan Vyanca tidak dapat membuat pintu terbuka . Vyanca hanya terus berteriak meminta tolong .
Keadaan sekolah benar - benar sudah sangat sepi , hanya saja Venza masih bermain gitar diruang club musik . Tetapi karena ruang club musik tidak berada jauh dari club bahasa , saat Venza berhenti memetik gitarnya , dia mendengar suara orang berteriak . Dia lantas berjalan keluar ruangan mencari sumber suara itu . Venza berjalan mendekati ruang club bahasa , ternyata benar saja , suara itu berada didalam .
"Tolong...tolong"
Suara itu terdengar sangat jelas dan kencang kerika Venza berada tepat didepan pintu .
"Siapa didalam ?"
"Tolong...tolong"
"Lo siapa ? Kenapa bisa didalam ?"
"Gue kekunci disini"
Jegeeeerrrrrr...jegeeeeerrrrrr
Suara petir dari langit membuat suasana semakin tegang .
"Sekarang lo jauh - jauh dari pintu , gue bakal buka pintunya"
"Tapi gue takut"
"Ya elah gak akan terkadi apa - apa"
"Satuu duaaa tigaaa"
Akhirnya pintu sudah bisa terbuka dan Venza melihat Vyanca sedang menangis dipojok ruangan . Venza langsung berlari menghampiri Vyanca yang sedang menangis sambil duduk berlutut .
"Lo ngapain nangis ? Gak usah nangis , pintunya udah kebuka , sekarang lo aman sama gue"
"Aku takut..."
"Yaudah sekarang gak ada yang perlu ditakutin"
Venza menatap wajah Vyanca lekat - lekat lalu tersenyum kecil dan perlahan memeluk Vyanca dengan lembut .
"Udah dong nangis nya , gue jadi bingung nih , sekarang kita pulang aja yuk"
Venza lalu berdiri dan menggandeng tangan Vyanca keluar dari ruangan .
"Rumah lo dimana ? Gue anter ya"
"Gak apa - apa kok , gue bisa pulang sendiri"
"Gak apa - apa lagian ini udah hampir malam dan masih gerimis , lo harus gue anter"
Vyanca akhirnya menyetujui tawaran Venza untuk pulang bersama dengannya .
Tuhan memang akan selalu mendekatkan kita pada sesuatu yang memang akan menjadi takdirnya . Jangan pernah menanyakan dimana dan dengan siapa , karena pada akhirnya , cepat atau lambat , dan bagaimanapun caranya takdir tidak akan pernah berdusta .
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Hati
Teen FictionIni bukanlah sebuah cerita bahagia atau kisah indah lainnya . Ini hanyalah sebuah kisah sederhana tentang seorang wanita yang tak pernah berhasil mendapatkan hati seorang yang dicintainya .