Miracle yang ke-8 : Kakak beradik

26 3 0
                                    

Drrrttt!!!! Drrrtttt!!!

Ari menghentikan niat untuk melajukan motor saat dirasakan ada pesan masuk di handphone nya. Di ambilnya handphone itu.

From : Bang Rio

Plang skola jemput w. Ad yg mo w omongin.

Guratan guratan bingung langsung terlihat di dahi Ari, "Tumben." Gumamnya.

*********

Pattimura sudah bubar. Saat ini Ari berada tepat di depan Pattimura. Beberapa pasang mata ada yang merperhatikannya, ada yang berbisik-bisik ria, ada juga yang langsung tahu bahwa dia adalah adiknya Rio. Pasalnya satu sekolah sudah mendengar gosip bahwa Rio memang punya adik yang begitu mirip dengan dirinya. Dan ternyata, semua itu bukan hanya sekedar gosip.

Tidak lama Rio menghampirinya bersama Brian, Adit, dan Angga.

"Ooooiiiiii! Whats up?" sapa Brian sambil menyalami Ari. Ari membalasnya dengan tersenyum.

"Akhirnya gue ketemu Rio kawe." Ujar Angga dan langsung disambut tawa oleh yang lainnya.

"Mau kencan lo berdua?" Tanya Adit dengan sekata-kata.

"Enggak tau nih temen lu pada lagi kangen sama gue kali." Jawab Ari sambil melirik Rio.

Di waktu yang sama, dari kejauhan Anggi menangkap sosok Ari yang sedang tertawa bersama Rio dan teman-temannya. Sebentar kemudian, Rio pergi bersama Ari. Anggi tersenyum maklum. Kakak beradik itu memang butuh waktu berdua, pikirnya.

****

Sudah hampir sejam Rio dan Ari hanya diam. Menatap langit yang kian lama berubah senja, memantulkan warna jingga yang indah diiringi hilangnya sang mentari. Mereka diam tapi mereka nyaman, rooftop yang mereka tempati saat ini memang tempat favorit mereka. Setidaknya sejak mereka tahu hubungan kedua orang tuanya sangat tidak baik. Di sinilah mereka berdua menangis layaknya anak kecil yang cengeng saat tahu bahwa ayah mereka masih hidup, namun tak akan pernah kembali.

Dari kecil yang mereka tau memang ayah mereka sudah meninggal, setidaknya itulah yang dikatakan ibu mereka. Tapi saat umur 8 tahun, saat mereka bermain-main di mall ini, saat itulah Ayah mereka datang dan ingin membawa Rio. Berusaha memisahkan Rio dan Ari. Tapi mereka tetap berpegangan tangan dan saat itu juga mereka lari ke rooftop ini dan menangis bersama.

Ari sudah tidak kuat lagi menahan rasa penasarannya, ditambah lagi nyamuk sudah mulai datang mengganggu ke cool-an nya, "Lo mau ngomong apa?"

Rio tak bergeming, lalu menunduk. "Tolong bantu gue." Katanya.

"Bantu apa?"

"Buktiin ke bokap kalo kita berdua anaknya." Jawab Rio dengan mantap.

"Ck! Anaknya Cuma lo." Ari berdiri beranjak pergi, "Ri..." sejenak Ari berhenti.

"Jangan biarin gue berjuang sendirian." Lanjut Rio. Ia yakin Ari belum sepenuhnya pergi.

"Susah. Saran gue, terima aja nasib lo punya keluarga ancur." Sepertinya kata-kata Ari sukses memancing emosi Rio. Rio langsung menghampiri Ari.

"Lo harus tes DNA."

"Buat apa, Yo?! Supaya semuanya makin jelas kalo gue Cuma anak haram?" Rio geram menghadapi adik kandungnya itu, ya, adik kandungnya.

"LO ADIK GUE, RI! KITA KELUARGA. LO ANAK BOKAP!" Ari diam.

"Gue mau tinggal bareng mamah, Ri. Gue Cuma mau bahagiain kalian berdua. Gue Cuma mau jadi tulang punggung keluarga. Tapi gue lebih mau lagi kalo papah bisa tinggal bareng kita. Buat bokap percaya."

Ari masih diam. Rio hampir prustasi menghadapi sikap adiknya. "Gue harus bantu apa?" kata Ari akhirnya angkat biacara.

"Ck! Tes DNA."

"Lakuin apapun yang lo mau." Balas Ari.

Rio tersenyum dan menepuk bahu Ari ringan.



Bihihih kayanya ini jadi part terpendek aku deh. tapi gapapadeh akhirnya update juga!! jangan lupa voment dan kunjungi http://tintaabis.blogspot.co.id/


thank you''

Miracle?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang