Dua

96 31 2
                                    

Ray menyeret Cakka dan membawanya pergi diam-diam lewat pintu belakang ke suatu tempat.

"Lho mas EL? Ibu? Kok tarik-menarik sebuah panci?" tanya Titis yang tiba-tiba muncul.

Wow? Benarkah Titis dan Cakka ada hubungannya? Hmm.. Hipotesis aku sih bilang 50:50. Kalau kalian gimana?

Oops!

"Ini lho, saya mau beli pancinya tetapi tidak boleh di beli cah ayu sama Mas ganteng ini," begitu penjelasan Bu Nisa kepada Titis.

"Oh, Ibu mau beli panci? Di toko lebih berkualitas, Bu," sahut Titis kepada Bu Nisa agar tak memperdebatkan masalah panci saat ini.

"Panciku kualitas e juga luwih apik,Tis. Tumbas nang mall malahan," dialog Mas EL dalam hati menatap Titis tajam.

"Wah, udah jam 7 Ibu pulang dulu ya, Nak!" pamit Bu Nisa tergesa-gesa.

"Bu, gak jadi beli pancinya?" seru Mas EL kepada Bu Nisa yang menjauh.

"Yaelah, mending tadi kasihkan aja Mas EL pancinya," cerocos Titis santai.

"Awww!" keluh Titis sambil merapikan rambutnya.

"Lara ra jitakkan ku?"

"Takon mas? Ya laralah!"

"Dingin banget sih, Tis."

"Sinar mataharinya belum muncul,"

"Silau mengko nang ngarepku," singkat Mas EL mengeloyor pergi ke taman sambil menyiram tanaman.

"Weh, aku ndak pakai behel!" protes Titis mengikuti langkah Mas EL.

"Ngapa isuk-isuk teka nang umahku?" celetuk Mas EL dibarengi dengan Cakka yang turun dari mobil Ray.

"Mbak Titis!" Nama kamu turun dari pintu belakang mobil Ray. Lalu pergi menghampiri Titis.

"Lho, kok kamu bisa naik mobilku?" tanya Ray penasaran di samping Titis menunjuk ke arah Nama Kamu.

"Hehehe. Maaf Ray, udah keppo dan tidur di mobil kamu dari semalem, sewaktu selesai subuhan. Soalnya, pintu mobil terbuka pas kamu parkir di depan rumah Mbak Titis. Jadi, aku masuk deh," penjelasan sedetail-detailnya Nama Kamu.

"Whats?" Titis, Ray, Cakka, dan Mas EL betapa serempak terkejut dan melototnya.

"Awas baksonya glundung mengko!" canda Nama Kamu sambil mengelendot di tubuh Ray.

"Tis, mana makanan pesanananku yang di Drummer Dream Caffe? Udah kamu kulkas tha? Itu lho, yang semalem kamu dititipin sama mbak-mbaknya via BBM," sela Raina muncul tiba-tiba di belakang Mas EL, bertanya kepada Titis.

Cakka, Ray, Mas EL, dan Nama Kamu menoleh memperhatikan Raina yang muncul tiba-tiba.

"Sorry muncul tiba-tiba. Sorry juga nih, ganggu. Aku ke sini dapat alamatnya dari dompet kamu, Mas EL," jelas Raina menyodorkan dompet Mas EL yang terjatuh di pintu keluar parkiran Caffe.

Lalu Cakka dan Titis mengambil dan menyodorkan milik Raina bersamaan.

"Tuhkan barengan lagi?" Ray berdecak kesal.

****

I still fall on my face sometimes. I can't color inside the lines 'cause I'm perfectly incomplete.

"Suara kamu merdu juga?" komentar Ray ketika mendengar lantunan lagu dari Nama Kamu.

Sementara Nama Kamu yang tak sadar ketika perasaannya berusaha ia sembunyikan. Ray berhasil memperhatikannya.

"Ray...," sapa Nama Kamu sambil menghapus air matanya. Lalu membalikkan tubuhnya, memandang Ray.

"Kamu berhasil mencuri sedikit hatiku. Disaat hatiku hancur melalui ribuan selinapan aksara. Tetapi bersamamu meskipun sedikit waktu, perasaan ini seakan baik-baik saja," dialog Ray membalas tatapan indah nama kamu.

"Senyummu manis, bagaikan manisnya madu yang kusruput tiap aku bersandar," dialog Nama Kamu menyimpan balasan senyuman termanis Ray.

"Biar waktu, sisakan sedikit cerita. Kamu tetap abadi dalam hidupku. Ray..," sahut dalam hati Raina ketika mendapati pertemuan singkat Ray dengan nama kamu yang berlangsung manis.

"Jalannya singkat tanpa belokkan. Memadukan dua gelombang bisikkan belaian angin. Di sini, aku tetap menjaga hatimu," sahut Titis membalikan tubuhnya. Seusai Ray membelai rambut Nama Kamu penuh dengan kelembutan.

"Kekasih tanpa menunggu isyarat. Maknanya---"

"Maknanya apaan?" gugah Cakka memotong kalimat kegalauan Raina dan Titis yang tak berjarak jauh di antara Cakka tetapi jauh di antara Ray dan Nama Kamu.

"Maknanya Cakka memotong," ceplos Raina tak kebablasan.

Titis dan Raina kini saling pandang-memandang. Keduanya saling bertanya tentang teka-teki perasaannya.

***

Kamulah bintang malamku. Kamulah embun pagi. Kamulah mentari hangatku. Bahkan kamulah alasanku melebihi diriku mencintai diriku. Tetapi apakah aku hanya sebatas penawar dukamu?

"Kapan kamu sadar aku mencintaimu?" Ray terdiam menikmati udara sekitar.

O Em G Ray, really-kah? KAPAN KAMU SADAR AKU MENCINTAIMU-nya untuk siapa?

Dag dig dug.

Letupan jantung Nama Kamu seakan terus memanggil nama Ray.

"Ray...," Nama Kamu mengatur napas dan mencoba menutupi rasa bahagianya.

"Iya?" jawabnya pelan, berirama merdu semerdu Ray pertama kali bernyanyi di depan Nama Kamu.

Hayo pasti penasarankan? Ray nyanyi pertama kali di depan Nama Kamu lagu apa? Dan kenapa Nama Kamu tak bisa move on dengan lagu yang Ray nyanyikan?

Stop!

FlashBack dulu yah lima menit.

Saat selesai sholat subuh.

Nama Kamu tertidur di mobil Ray diam-diam. Raypun sebenarnya mengetahui jika ada seorang gadis yang tertidur pulas di jok mobil belakang dengan selimut bercorak marmut merah jambu.

"Cantik. Tidur aja seperti malaikat," cakap Ray sambil menyetir mobilnya dan melirik ke spion dalam mobil.

"Kasihan kalau di bangunkan," bisik imajinasi Ray.

"Puter-puterin aja Ray. Kalau dia bangunkan pasti gak tahu jalan pulang. Secara, roman-romannya gitu anak mami," ganggu imajinasi Ray yang jail.

"Aku juga anak mami wkwkwk. Tancap gas!" Ray berdialog sendirian di dalam mobilnya.

Shuut set up!

"Yah, lampu merah," keluh Ray dan mendadak mengerem tiba-tiba.

(Awanku Menangis play on Ray radio karaoke)

Please, vote dan comment ya RR? Voment kalian sangat berarti untuk sejumput aksaraku. Thanks banget.

Awanku MenangisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang