4. Long Time No See

214 22 3
                                    


Ari Irham as Agaz Rifaldy Mahendra

<•>

"Lo sakit, ya?"

Itulah kalimat pertama yang terlontar dari mulut cowok super jutek di depannya ini. Ryan menatapnya seolah berkata lo-ngomong-opo-iki-ndeso-nggak-jelas.

Gita kontan menghembuskan napas panjang.

I knew it.

Laki-laki itu sudah pasti akan meledekkinya habis-habisan. Bagaimana tidak? Pasalnya, dua hari lalu, dia baru saja menyembur Ryan dengan omelan-omelan tajam yang disertai nada ber-oktaf maksimum.

Dan sekarang?

Dengan mudahnya Gita mengakui kalau dia ingin mencoba nge-date a.k.a kencan dengan satu-satunya cowok paling introvert seantero sekolah yang kemarin lusa dia benci setengah mati.

It doesn't make sense, memang. Namun, untuk kepentingan blog-nya--ya, juga sedikit rasa penasaran dan competitive-nya--ia harus melakukan ini, untuk mendekati dan tentunya untuk membuat Ryan jatuh cinta kepadanya kalau Gita ingin menjadi kekasihnya.

The truth is, menjadi seorang penulis adalah impian terbesar Gita sejak ia kecil. Ia ingin semua artikelnya dibaca oleh banyak orang dan pastinya bermanfaat bagi mereka. Dengan kesetiaan para pembaca yang setiap hari membaca artikel pada blog-nya, hal itu sudah menjadi suatu kehormatan dan kebahagiaan terbesar Gita. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan berusaha untuk tidak mengecewakan mereka. Satu-satunya cara adalah menulis artikel sesuai kebutuhan mereka saat itu.

Dan sejujurnya, bukan hanya karena kepentingan blognya saja. Namun, setelah memerhatikan Ryan seharian kemarin--

oke, Gita mengaku.

Dia memang kemarin diam-diam memerhatikan laki-laki itu dari jauh, mengikutinya kemana pun dia pergi selama di sekolah. Oleh sebab itu, Gita jadi tahu tempat-tempat Ryan suka menyendiri, salah satunya di atap sekolah ini.

Dan setelah memantau gerak-gerik Ryan, sepanjang malam memikirkan laki-laki itu, rasa keingintahuan Gita semakin membesar. Ia jadi ingin mengenal laki-laki itu lebih dalam lagi. Seperti apa kehidupannya sebagai cowok introvert, apa yang menyebabkan dia menjadi seperti itu, apa ada kemungkinan dia sebenarnya kesepian, dan masih banyak hal lainnya yang Gita penasaran ingin tahu dari seorang Ryan.

Such a misterious guy.

Ryan berdeham, sukses menarik Gita dari lamunannya. Iris mata gadis itu lantas bertemu dengan milik Ryan, cukup membuat Gita menjadi kikuk dan salah tingkah.

"Iya, emang gue sakit, Yan," sahut Gita pada akhirnya. "Sakit jiwa karena ngajak lo kencan."

Kemudian Gita berdiri, menepuk-nepuk roknya, dan melangkahkan kakinya ke tembok pembatas. Ia menarik napas dalam-dalam, membiarkan udara sejuk memasuki hidungnya.

"Gue serius, Yan."

Tidak ada respon dari laki-laki itu untuk beberapa saat. Mereka tinggal dalam diam; Gita memanjakan matanya dengan pemandangan kota Jakarta, sementara Ryan masih  memusatkan perhatiannya ke punggung Gita dengan tatapan penuh arti.

"Kenapa?" Ryan akhirnya memecahkan keheningan.

Gita berbalik, menatap Ryan. "Apa?"

"Kenapa lo pingin nge-date sama gue?"

Sial.

Gita sama sekali tidak mengira kalau Ryan akan menanyakan pertanyaan itu. Sebenarnya wajar, sih. Hanya saja Gita tidak pernah berpikir panjang ketika menyalurkan apa yang ada dipikirannya. Dia blak-blakan. Apa yang saat itu ada di benaknya, ya, dia keluarkan tanpa berpikir sebab-akibatnya.

Must Date The IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang