6. Mantan Sahabat

218 18 2
                                    


Cinta Brian as Putra Wijaya

<•>

"Si-siapa, sih? Kok gue nggak inget?" Gita bertanya dengan raut wajah super bingung disaat laki-laki berkacamata itu tengah memeluknya.

Sangat erat, sampai-sampai ia tidak bisa bernapas.

Lantas laki-laki itu melepas pelukannya, menatap Gita dengan alis bertaut, sementara air mukanya menunjukkan kekecewaan. "Lo serius lupa sama gue?"

Gita termenung, memerhatikan wajah laki-laki itu lebih seksama. Wajahnya, sih, familier--Gita seperti pernah melihatnya entah kapan. Tapi sumpah, Gita nggak ingat sama sekali. Otaknya benar-benar buntu.

Laki-laki itu menghembuskan napas kesal. "Gue Aldo, Git. Aldo. Temen masa kecil lo, masa nggak inget?"

Aldo?

Tunggu dulu.

Rupa seorang anak kecil tiba-tiba melintas di kepalanya. Anak cowok berumur delapan tahun, berbadan besar, dan berambut mangkuk yang menjadi khas-nya semasa kecil.

Gita dan anak laki-laki itu berteman saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Mereka sering bermain bersama di taman belakang sekolah, berpura-pura menjelma menjadi satu karakter alias bermain akting-aktingan, dan masih banyak lagi kenangan diantara mereka selama tiga tahun bersama di Makassar. Sampai akhirnya ketika lulus SD, mereka berpisah karena si anak berambut mangkuk itu harus pindah ke Jakarta untuk meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi disana. Dan setelah itu, mereka tidak pernah bertemu muka lagi.

Dan kini, anak laki-laki berambut mangkuk itu tengah berdiri dihadapannya dengan paras yang sangat-sangat berbeda.

Dalam sekejap, kebingungan yang melanda wajah Gita diganti menjadi binar-binar antusias dan juga rindu.
Seulas senyum lebar tersungging di bibirnya yang tipis. Sangking excited-nya, tanpa sadar Gita berjingkrak-jingkak hiperaktif dan lantas melingkarkan kedua tangannya pada leher Aldo.

"Astaga, Aldo! Gue baru inget sekarang!" seru Gita riang, kemudian melepaskan pelukannya. "Lo sekolah disini? Udah lama apa anak baru?"

"Gue baru, Git. Murid pindahan. Ini hari pertama gue sekolah disini," sahut Aldo, tersenyum.

Gita manggut-manggut, namun kedua bola matanya tak kuasa menahan untuk tidak memerhatikan seluruh bagian tubuh laki-laki itu--yang faktanya benar-benar berbeda seratus delapan puluh derajat dari Aldo dimasa kecil. "Ini serius Aldo temen masa kecil gue? Kok lo beda banget, sih, anjir? Oplas ya, lo?"

Aldo terkekeh geli. "Iya, ini gue Aldo. Emang banyak yang bilang gue oplas, tapi sebenarnya enggak. Gue mah emang udah ganteng dari lahir."

Gita menganga tidak percaya, kaget melihat perubahan Aldo yang signifikan. "Ini serius beneran Aldo? Kok lo jadi berubah seratus persen gini, sih? Kemana Aldo yang selalu minder, rendah hati, dan innocent itu?"

Sontak Aldo tergelak. "Udah lenyap ditelan bumi, Git. Gue bukan Aldo yang dulu lagi. People change, you know."

Gita kontan tersenyum, menampilkan baris giginya yang rapi dan lagi-lagi disertai lesung pipinya yang menawan.

Seperti magnet, sudut bibir Aldo juga ikut terangkat membentuk senyuman lebar, sukses membuat beberapa cewek yang ada di lapangan berubah wujud menjadi fan-girl. "Tapi gue akuin, lo makin manis aja, Git."

"Ah, bisa aja lo gombalnya," Gita menepuk bahu Aldo malu-malu, dan detik kemudian mengibaskan rambutnya kebelakang. "Tapi emang bener, sih. Banyak yang bilang gue makin manis." Ia lalu tertawa.

Must Date The IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang