Chapter 6: Bolehkah Aku Menyalahkan Seungcheol?

242 27 8
                                    

*

.

Orang orang itu berkata begini begitu dan kepalaku akan terasa pusing mendengarnya. Ada apa dengan mulut mereka? Maksudku, ini masalahku dan kenapa mereka malah ikut campur dengannya?

.

*

"Kau yakin aku harus masuk ke dalam?"

"Kenapa tidak?"

Wonwoo menatap datar ke arah Jisoo, dia memutar matanya bosan mendengar pertanyaan yang sama sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Tangannya baru akan membuka kenop pintu, tapi Jisoo malah menahannya dengan menuntut sebuah jawaban.

"Ada si brengsek Seungcheol itu." Jisoo menunjuk pintu bertuliskan nomor kamar Jeonghan. Ruangan yang tak pernah bisa ia masuki beberapa hari yang lalu. Dan Jisoo menyalahkan Seungcheol karenanya.

"Hyung, jangan jadi pengecut begitu. Kalau kau mau menjenguknya ya, jenguk saja."

"Aku hanya tak mau Jeonghan melihatku dan Seungcheol bertengkar lagi seperti kemarin-kemarin."

Masa bodo. Terserah apa kata Jisoo. Yang penting Wonwoo ingin membuat Jisoo dan Jeonghan bisa bertatap muka dan saling terbuka hari ini. Dia sudah janji pada Jeonghan untuk membawa Jisoo ke kamar rawatnya.

"Intinya hyung, yang penting kau masuk dulu." Wonwoo membuka salah satu pintu kamar rawat inap itu lebar-lebar, menampilkan dirinya dengan sweater kuning pucat dan plastik buah di tangan kirinya. Sesuai pesan singkat yang ia terima beberapa jam yang lalu dari Jun, Minghao dan Seungcheol juga ikut datang menjenguk Jeonghan saat ini. Jun dan Minghao duduk di sofa
panjang dekat jendela, sementara Seungcheol mengambil kursi besi dan duduk di tepi ranjang Jeonghan sambil membicarakan entah apa yang tak Wonwoo mengerti.

"Wonwoo—"

Jisoo ingin mencegat Wonwoo, menyuruhnya pulang saja sekarang. Atau kalau dia yang disuruh pulang malah lebih bagus lagi. Jisoo merindukan Jeonghan, tentu saja. Ingin bertemu, menatap manik indahnya, mengelus rambut panjangnya, membuat malaikat cantik itu tersenyum, dan berbicara sepanjang hari. Sesuatu hal yang sederhana yang terbiasa ia lakukan, mendadak menjadi terasa asing begitu saja. Bukan, ini bukan seperti dia menghindari Jeonghan dan lari masalah. Hanya saja, Jisoo merasa belum siap sekarang. Ia butuh lebih banyak waktu untuk menenangkan dirinya. Jisoo kekasihnya, tapi ia tak tau banyak tentang segala sesuatu yang Jeonghan sembunyikan. Benar-benar.

Jisoo melangkahkan kakinya ke dalam ruangan saat Wonwoo menyuruhnya masuk.
Ia berjalan mendekati ranjang Jeonghan bersama Wonwoo. Jisoo sadar ada seseorang yang menatapnya tak suka sejak ia menginjakkan kakinya di ruangan ini. Siapa lagi kalau bukan Seungcheol? Tapi demi raut wajah Jeonghan yang bahagia melihatnya, Jisoo bersumpah takkan memberi bogem mentah pada pria brengsek itu. Mengatai diri sendiri, eh?

"Kau!"

Belum apa-apa, Seungcheol sudah naik pitam melihatnya. Dia bahkan sudah berdiri dari kursinya. Kalau Jeonghan tak menahan tangannya, mungkin mereka akan bertengkar lagi. Jisoo jadi curiga jangan-jangan dia punya masalah dalam mengontrol emosinya. Terserah. Mungkin keluarganya tak mengajarinya sopan santun semasa kecil dulu.

"Jisoo, apa kabar?" Jeonghan bertanya sambil tersenyum. Ia menatap Jisoo dan Jisoo menatapnya balik.

"Harusnya aku yang bertanya seperti itu padamu." Jisoo menaruh buket bunga yang dibawanya ke atas meja nakas setelah Wonwoo menaruh plastik berisi buah-buahan segar lebih dulu. Balas menatap sengit Seungcheol yang duduk di sisi ranjang yang berlawanan. "aku baik seperti yang sekarang kau lihat. Kau sendiri?"

Jeonghan tersenyum lagi menampilkan deretan gigi putih bersihnya. "Semakin membaik."

Seungcheol berdehem. Memberi kode kasat mata agar keduanya segera menghentikan pemandangan menjijikkan yang membuat matanya sakit itu. Keduanya kembali canggung.

"Jeonghan-hyung, kau tak menanyaiku?" Wonwoo menginterupsi.

"Ah, bagaimana kabarmu Wonwoo-ah?"

"Sangat baik, hyung."

"Kau tak membawa Mingyumu kemari, hm? Kurasa aku bisa sembuh lebih cepat kalau bisa melihatnya." Jeonghan terkekeh melihat Wonwoo cemberut. Wonwoo itu sebenarnya anak yang manis.

"Jangan menyebut nama pria menyebalkan itu. Telingaku sakit mendengarnya." Wonwoo membuang pandangannya ke segala arah.

Jeonghan tertawa, ia puas sekali mengerjai Wonwoo. Jun dan Minghao juga tertawa kecil. Jisoo tersenyum lembut melihat Jeonghan yang sudah bisa tersenyum—bahkan tertawa—sekarang. Agaknya merasa heran, dia yang sakit, malah dia yang membuat orang lain tertawa.

"Kalau sudah mengobrolnya, cepat suruh dia pulang sekarang, Jeonghan." ujar Seungcheol sinis.

"Ge, mereka tidak apa-apa dibiarkan begitu?" Minghao mengecilkan volume suaranya dan berbisik di telinga Jun.

"Tenang saja, Hao. Kalau mereka bertengkar lagi, akan langsung kulaporkan pada Paman."

Jeonghan yang terbaring di ranjangnya menghela napas. "Seungcheol, boleh kuminta satu hal padamu?"

Seungcheol menoleh ke arah Jeonghan, lalu tersenyum. "Nde? Apapun itu akan kulakukan untukmu."

"Tolong biarkan aku berbicara dengan Jisoo."

"Hah? Ap—"

"Hanya berdua. Aku dan Jisoo." tukas Jeonghan.

"Jeonghan! Kau! Tidak, tidak. Suruh saja dia pergi dan jangan pernah kembali lagi." Seungcheol mengacak rambutnya frustrasi.

"Tapi, kau bilang akan mengabulkan semua permintaanku."

"Tidak untuk yang satu ini. Atau hal lainnya yang berkaitan dengan Jisoo. Jangan harap aku mengizinkanmu."

"Seungcheol aku hanya—"

"Apa, hm? Berduaan dengan selingkuhanmu lagi, begitu? Memangnya kau tak ingat apa? Semenjak dekat-dekat dengannya kondisimu jadi semakin parah, Jeonghan!"

"Seungcheol, tenanglah! Aku hanya akan mengobrol sebentar, tidak lebih."

"Tadi kau sudah berbicara dengannya. Kau menanyakan kabarnya, dia menanyakan kabarmu, lalu kalian saling menyapa. Itu sudah cukup. Kau tak perlu membicakan apapun lagi dengannya."

Jisoo menahan napasnya sesaat. Si Seungcheol itu berani-beraninya membentak Jeonghan. Benar-benar. Ini tak bisa dibiarkan. Jisoo mengepalkan tangannya keras.

"Seungcheol-hyung,"

Itu Jun. Dia dan Minghao sudah berada di ambang pintu. Wonwoo yang baru tersadar dari rasa terkejutnya ketika Seungcheol dan Jeonghan bertengkar tadi, buru-buru mengikuti keduanya.

Seungcheol menoleh ke arah Jun. "Biarkan saja, hyung. Biarkan Jeonghan-hyung dan Jisoo-hyung memiliki waktu mereka sendiri. Kau tak perlu mengganggunya. Lagipula mereka hanya akan mengobrol biasa, hyung."

Jun membela Jeonghan, teringat akan pesan kakak sepupunya bahwa ada banyak hal penting yang ingin ia ceritakan pada Jisoo. Dan sesuai perkataan Wonwoo yang datang membawa Jisoo hari ini, Jun tau Jeonghan ingin sekali berbicara dengan Jisoo sekarang.

"Kalau begitu aku akan menemani Jeonghan disini. Berbicaralah sesuka kalian. Aku akan pura-pura tak mendengar."

Flashback: SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang