Ku tapaki kakiku menelusuri taman pagi itu. Ketika ingin menduduki sebuah kursi, tak sengaja mataku menangkap dua sosok yang familiar bagiku.
"Gue mau kok, jadi pacar lo," Sekilas ku mendengar percakapan mereka. Aku merasa sangat familiar dengan suara itu.
Dengan rasa penasaran, ku langkahkan kakiku mendekati kedua sosok tersebut. Aku sangat terkejut ketika mendapati bahwa kedua sosok tersebut adalah kedua sahabatku, Arsa dan Clara.
Ada rasa sesak yang tiba-tiba menyeruak ke dalam dada. Pandanganku mulai buram, tanpa ku sadari, sesuatu yang basah telah mengalir melewati kedua pipiku.
Hatiku terasa sangat sakit, rasa perih ini terus menjalar di dadaku.Air mataku sejak tadi terus mengalir membuat mataku terlihat sedikit bengkak. Aku segera menghapus air mataku dengan kasar dan berpura-pura tersenyum ketika menyadari bahwa Arsa sedang menatap ke arahku. Setelah itu tampak Arsa berlari mendekatiku dengan senyum yang sedari tadi tak lepas dari wajahnya dan langsung memelukku Dengan erat.
"Vi, lo tau nggak? Barusan gue jadian sama Clara. Gue seneng banget." Ucapnya bahagia sambil memelukku.
"Wah, beneran nih? Selamat ya, Sa. Gue turut senang buat lo." Jawabku sambil memaksakan senyumku serta menahan sakit di dada yang sedari tadi tidak mereda.
"Makasih Vi. Lo emang sahabat gue yang paling baik." Ucapnya sambil tersenyum ketika melepas pelukannya dariku. Aku hanya dapat tersenyum pedih mendengar perkataannya. 'semoga lo bahagia, Sa' ucapku dalam hati.
Sejak kecil, aku sudah bersahabat dengan Arsa dan Clara. Tapi seiring berjalannya waktu, ada rasa yang tumbuh di hatiku. Aku menyukai Arsa. Tapi aku berusaha menyangkal perasaanku sendiri ketika mengetahui bahwa Clara juga menyukai Arsa.
Selama ini aku berusaha keras untuk tidak cemburu saat melihat mereka berdua sedang bersama, tapi rasa sakit di hatiku tidak dapat dibohongi. Akan tetapi, aku rela sakit hati demi kebahagiaan keduanya.
Tak dapat dipungkiri bahwa rasa sakit itu tidak dapat ku tanggung lagi, sampai akhirnya aku tidak dapat menahan air mataku ketika mendapati mereka telah jadian. Sakit sekali rasanya.
Pada akhirnya, aku memutuskan untuk pergi dan merelakan perasaanku sendiri. Aku pindah dan meninggalkan luka lama dan memulai hidup baru di kota lain.
Aku hanya berharap dapat menemukan kebahagiaanku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love at Desk
Teen FictionViola Adara Aloysius. Cewek biasa yang suka membaca novel. Ia sangat membenci Alvaro Adinata, seorang badboy 'most wanted' menyebalkan yang sering mengganggunya. Apa yang akan terjadi jika mereka dipertemukan karena sebuah meja? Akankah hubungan an...