Hari ini adalah hari biasa seperti hari-hari sebelumnya, dimana aku harus pergi bersekolah setiap paginya. Aku bersekolah di SMA Harapan Negeri, salah satu sekolah favorit di Jakarta.
Saat ini, aku sedang berusaha berlari secepat mungkin sambil sesekali menatap arlojiku yang terpasang manis di pergelangan tangan kiriku. 07.35. 'Sial, aku pasti sudah terlambat!' ucapku dalam hati. Dan benar saja, gerbang sekolah sudah di tutup rapat ketika aku sampai di depan sekolahku.
Aku langsung berjalan dengan lesu memasuki kawasan sekolah sambil merutuki kebodohanku karena lupa memasang alarm tadi malam. Setelah berjalan masuk melewati gerbang sekolah, aku mendapati seorang cowok yang familiar sedang berlari mengelilingi halaman sekolah.
"Hey, kamu yang pake tas biru. Kesini kamu!" panggil guru yang bertugas piket hari ini. 'oh shit! Yang tugas Bu Tuti lagi!' rutukku dalam hati.
"I-iya Bu," jawabku tergagap. Aku langsung menghampiri meja piket.
"Kamu tahu sekarang jam berapa!? Kenapa kamu terlambat!?" ucap Ibu Tuti dengan nada marah.
"Sekarang sudah jam 07.40, Bu. Tadi saya itu Bu, saya tadi.." jedaku. Aku mencoba memikirkan sebuah alasan yang masuk akal, ketika sebuah alasan terlintas di kepalaku.
"ke-kena macet, Bu. Ah iya macet Bu!" Sambungku cengengesan.
"Saya gak mau dengar penjelasan kamu. Udah, sana lari keliling lapangan 10 kali!" perintahnya dengan kasar.
"Hah? Yaelah Bu, saya kan cewek. Lagipula saya juga terlambat cuma beberapa menit doang, Bu. Ter-" ucapku tidak terima, walaupun sebenarnya aku yang salah karena terlambat.
"Kalau kamu ngomel terus, saya tambah hukuman kamu." Potong Ibu Tuti, memperingatkanku. Dalam hati aku sedikit tidak terima dengan hukuman yang diberikan Ibu Tuti. Jujur saja, aku kesal. Masa aku disamakan dengan cowok? Tapi daripada hukumanku ditambah, lebih baik aku terima saja hukuman yang diberikannya.
"Iya deh Bu. Ibu lagi PMS ya? Marah mulu bawaannya," jawabku dengan sedikit bercanda.
"Kalo Ibu marah-marah kayak gitu, muka Ibu yang udah serem jadi tambah serem, lho. Saya jadi takut ngeliatnya." lanjutku dengan suara yang pelan, tetapi masih dapat didengar olehnya.
"Heh, kamu lagi menghina saya ya!? Awas kalo nanti ketemu sama ibu lagi ya, ibu tambah hukuman buat kamu!" Ucapnya nyaring tapi hanya terdengar pelan olehku, karena aku sudah kabur dari hadapannya dan pergi berlari mengelilingi lapangan.
♦ ♦ ♦ ♦ ♦ ♦
Kriingg~
"Aah.. akhirnya, setelah beberapa jam otak gue dikuras sama mapel fisika, gue bisa istirahat juga." ucapku dengan rasa lega. Langsung saja aku bangkit dari bangku tempatku duduk dan berlari menuju kantin yang berada tak jauh dari kelasku.
"Bang, Orange juice-nya satu ya." ucapku kepada penjual langgananku di kantin. Tanpa menunggu lama, aku sudah mendapatkan pesananku. Kini, aku sedang berjalan menuju bangku favoritku di kantin.
Byuurr!
Sebelum aku sampai di sana, minumanku yang sebelumnya masih utuh, sudah tumpah kemana-mana, dan hanya tersisa gelas plastik yang sudah kosong yang masih ku genggam.
'Minuman gue! Siapa sih yang nabrak!?' Aku menoleh kearah orang yang menabrakku. 'Oh, si Bekantan Sinting. Nyari gara-gara ya, nih orang' pikirku.
"Ih, Elo apaan sih!? Nabrak-nabrak aja. Makanya mata tuh dipake, Al!" bentakku tepat dihadapannya. Cowok yang kusebut 'Al' itu hanya menatapku datar.
"Liat nih, minuman gue udah tumpah, padahal baru beli juga. Cepet ganti!" Lanjutku.
Alvaro Adinata, nama asli dari Bekantan Sinting, adalah cowok paling menyebalkan yang pernah gue temui. Dia adalah cowok 'most wanted' di sekolah ini. Gue akui kalau cowok itu memang hampir sempurna. mata yang tajam, hidung mancung, bibir tipis, rambut kecoklatan, badan tinggi dan sixpack, serta banyak kelebihan lainnya. Hanya saja, sikap menyebalkannya yang gak tanggung-tanggung menjadi nilai minusnya.
"Enak aja lo nyuruh gue ngeganti. 'kan ini salah lo yang gak liat-liat kalo jalan. Udah tau juga kalo orang mau lewat. Makanya kalo jalan tuh pake mata!" dia balik membentakku.
'Gila ya nih orang. dia yang salah, dia juga yang marah' ucapku dalam hati merutukinya.
"Yang ada juga, kalo jalan itu pake kaki! Dasar Bekantan Sinting!" Ejekku lalu melengos pergi. 'Sial banget sih gue. udah si Bekantan itu nggak ganti minuman gue, dia juga gak minta maaf. Emang dasar Bekantan Sinting! Liat aja nanti kalo gue ketemu dia lagi.' gerutuku dalam hati.
Sebelum aku pergi, aku dapat melihat wajahnya yang berubah masam. 'Yah, setidaknya gue udah bikin dia malu. Rasain tuh, Bekantan Sinting!' tawaku dalam hati.
♦ ♦ ♦ ♦ ♦ ♦
Hai hai hai..
Waahh akhirnya kami udah buat chapter 1 nya horeee... Ini cerita pertama yang kami buat lho. Jadi di maklumi kalo agak gimana gitu. Don't forget to Voment! 👌and share ya ketemen-temen kalian. O iya di follow juga ya. Kalo mau kasih kritik sama saran silahkan, kami tunggu ya..
Happy reading guys!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love at Desk
Fiksi RemajaViola Adara Aloysius. Cewek biasa yang suka membaca novel. Ia sangat membenci Alvaro Adinata, seorang badboy 'most wanted' menyebalkan yang sering mengganggunya. Apa yang akan terjadi jika mereka dipertemukan karena sebuah meja? Akankah hubungan an...