"Maaf"
Mungkin kata ini tidak cukup untuk menebus semua yang dilakukan Rendra dimasa lalu. Aku saat ini terkalut sendu, membuat tetesan yang keluar dari mata ini tak kunjung mereda.Batinku meronta, ini semua tidak adil! Dia dulu begitu mencampakkanku, tapi mengapa takdir ini malah berpihak padanya?
Dulu, aku memang mencintainya, bahkan aku sangat mengharapkannya. Dan bodohnya aku kira cinta itu sudah kuhapus seiring waktu yang bercampur luka membawaku pergi jauh darinya.
Saat ini, dia tiba-tiba hadir kembali dan menghidupkan cinta itu kembali. Cinta yang dulu sudah kubuang jauh-jauh tanpa pernah kutengok walau hanya sebentar.
"Apa harus aku pasrah dan mencintainya kembali?"***
Bandung, 8 Februari 2016"Matahari terbit, Ra."
"Gak peduli Ren." Raisya mengernyit lalu kembali memeluk gulingnya.
"Ini udah pagi sayang, ayo dong liat tuh mataharinya udah ngintip dari jendela.." Dengan lembut tangan Rendra membelai kening Raisya yang tidak kunjung membuka matanya. "Ayo dong Raisya kusayang" Suara lirih nan sabar Rendra serta belaian lembut tangannya terus mencoba membangunkan puteri tidur Rendra itu. Tapi, Raisya tetap tak kunjung membuka matanya.
Maklum saja, Raisya memang sangat kecapekan karena kemarin Rendra mengajaknya memutari seluruh isi Kota Bandung melihat sisi demi sisi keindahannya hanya berdua. Rendra dan Raisya.Namun sepertinya Rendra tak sabar. Dia menarik lembut tangan Raisya, memaksa Raisya untuk bangun dari ranjangnya.
"Kenapa kamu bisa di kamar aku sih?"
Raisya menghela nafasnya karena malas untuk mengikuti Rendra yang terus menariknya.
"Emang sengaja, aku mau ngajak kamu liat sunrise dari puncak, kamu belum pernah kan?"Rendra terus memegangi tangan Raisya dengan erat, sambil menaiki anak tangga menuju rooftop villa.
Raisya hanya menganggukkan kepalanya, menatap Rendra yang sangat senang pagi itu.
Setelah menaiki seluruh anak tangga itu, akhirnya mereka sampai di rooftop villa."Wahh.. Indah banget Ren, bener katamu"
Raisya tersenyum kagum pada keindahan matahari pukul 05.10, matanya yang bulat nan indah seolah tak berkedip sekalipun.
Beberapa menit mereka tak berbicara walau sepatah kata. Keduanya sangat asyik menyaksikan indahnya terbit mentari dari rooftop villa. Hingga akhirnya.
"Ra" Rendra memanggil Raisya tiba-tiba
"Ya?"
"Aku mau ngomong"
"Iya ada apa?" Seketika matanya melirik ke arah Rendra yang berada agak jauh darinya.
"Ra, kamu cukup jadi bumi ya?"
"Maksut kamu Ren?" Raisya tampak tidak mengerti apa yang dimaksut Rendra. Memang Raisya bukan orang yang puitis apalagi romantis. Dia membalik badan tepat menghadap ke Rendra.
"Iya Ra, kamu cukup jadi bumi ya? aku yang akan siap jadi matahari penghangatmu. Kamu diam aja, aku akan terus berada disisimu. Kamu tetap disini aja, aku yang akan mendekat padamu. Kamu cukup menunggu Ra, biar aku yang bergerak."
Raisya yang posisinya agak jauh dari Rendra mendengar jelas pernyataan Rendra barusan. Raisya mengerutkan alisnya. Dia tampak bingung harus berkata apa."Langkah demi langkah, seperti ini" Tiba-tiba Rendra melangkah perlahan menuju Raisya.
"Aku akan terus mendekatimu. Tapi Ra, kamu harus janji untuk tetap ditempatmu. Itu sudah lebih dari cukup buat aku"
Rendra menatap Raisya penuh pengharapan, tersenyum lembut penuh rasa sayang. Bagi Rendra hanya Raisya saat ini dan saat yang akan datang.Raisya tersenyum, dia juga menatap lembut Rendra yang tepat di berada hadapannya.
"Ren, ... "
Kedua tangan Raisya memegang lengan Rendra. Dia ingin mengatakannya. Tapi, dia takut mengungkit masa lalu itu kembali.
"Aku bukan Rendra yang dulu Ra, percayalah."
Raisya tertunduk, lantas memeluk Rendra perlahan.
"Iya Ren aku percaya" Suara lirih Raisya menjawab pernyataan Rendra.
Raisya sebenarnya sangat mencintai Rendra, lebih dari yang Rendra tahu. Namun, dia hanya memilih untuk tidak terlalu menunjukkannya. Raisya masih takut, sakit itu masih sedikit membekas di relung hatinya.'Bagi Raisya, cinta bukan cara kita mengungkapkannya tapi bagaimana kita ada di sisi nya.'
YOU ARE READING
PERGI untuk KEMBALI
AcakSemua ini tentang takdir. Takdir tidak bisa ditebak, tidak bisa dikira kira, maupun direncanakan. Takdir akan terus membawamu mengarungi alunan waktu yang juga memberikan alunan kenangan. Termasuk kembali ke suatu masa yang mungkin tidak ingin kau u...