4

19 1 0
                                    


"Key, Haikal itu orangnya gimana ?"

Sepulang dari sekolah Mikaila mengunjungi rumah Juan, dan keheranan mendengar pertanyaan tiba-tiba yang dilontarkan wanita paruh baya itu. Ia kembali meletakkan es jeruk yang akan ditenggaknya ke meja, kemudian melipat kedua kakinya di atas sofa memposisikan tubuhnya menghadap wanita paruh baya yang duduk santai di sebelahnya sedang menonton sebuah drama korea bersamanya dengan semangkuk kacang di tangan.

"Muhammad Haikal ?". Wanita paruh baya itu mengangguk agak ragu. Seingatnya memang nama itu yang ia baca di tag nama seragam laki-laki itu.

"Yang kulitnya sawo matang ?". Yang ditanya me-respond dengan sebuah anggukan.

"Badannya bagus ?". Anggukan lagi.

"Yang.."

"Iya, yang senyumnya manis. Wajahnya oval. Rambutnya hitam legam yang panjangnya hampir setelinga. Punya lesung pipit. Iya, Muhammad Haikal itu yang tante maksud, Key" wanita paruh baya itu memotong kalimat Mikaila. Sebagai gantinya ia yang menjelaskan detail dari Haikal yang membuat Mikaila cengengesan.

"Tante kenal Haikal darimana ?" gadis itu mencomot segenggam kacang dari mangkuk yang dipangku wanita paruh baya dan memasukkannya kedalam mulut.

"Tadi pagi dia jemput Juan kesini. Mereka lagi deket, ya ?. Juan jadi udah move on nih, Key ?"

"Widih udah sedekat itu ya mereka ?. Asem Juan engga cerita"

"Lah, jadi kamu enggak tau toh, Key ?. Ih kuno abis" tahu Mikaila tidak mengetahui kabar panas tersebut wanita paruh baya itu menyombongkan diri . Berhasil membuat Mikaila mencibir. Juan berhutang penjelasan padanya pikir Mikaila.

"Udah hampir malam tapi Juan belum pulang juga. Mereka kerja kelompoknya enggak yang macem-macem kan, Key ?. Beneran kerja kelompok, kan ?" Tanya wanita paruh baya itu mulai khawatir.

Mikaila menangkap kekhawatiran itu. Saatnya balas dendam, teriak batin Mikaila. "Oh, tante kurang informasi ya soal Haikal ?".

Wanita paruh baya itu mendengus, ia menangkap kalimat pembalasan dendam Mikaila.

"Tante kalem aja. Juan pasti aman kok kalau sama Haikal"

"Wah anaknya pasti bertanggung jawab ya, Key ?"

Mikaila menggeleng, menyembunyikan senyum jahil.

"Dia gay"

Bibir wanita paruh baya itu menganga. Matanya membulat. Sebentar lagi bola matanya akan jatuh ke lantai. Ia lemas, menjatuhkan tubuhnya ke punggung sofa. Setengah tak percaya melihat Haikal yang memiliki fisik 'laki-laki sekali' ternyata tidak tertarik pada lawan jenis. Baru saja wanita itu menaruh banyak harapan pada Haikal untuk membahagiakan anaknya. Dasar Mikaila si pemberi harapan palsu. Harusnya sedari awal dia memberikan informasi penting itu agar wanita paruh baya ini tidak keburu berharap dan kecewa seperti ini.

Mikaila terbahak, membuat wanita paruh baya memicingkan matanya.

"Kamu serius ?"

Mikaila menjawab dengan menggelengkan kepalanya, ia masih tertawa hingga keluar air mata. Wanita paruh baya itu kembali bersemangat. Ia menegakkan tubuhnya. Juga kembali berharap tentunya. Tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, deretan rencana untuk mendekatkan Juan dengan Haikal tertanam di kepalanya.

"Aku tebak. Tante punya rencana buat mendekatkan Haikal dengan Juan, kan ?"

Wanita paruh baya itu mencibir "Bukan urusanmu".

Keyword.Where stories live. Discover now