Beautiful Sunflower : "Aku Mencari Hinata."

3.1K 238 2
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

"Ino, apakah kau lihat bukuku?"

Aku mengobrak-abrik bawah mejaku dan melihat-lihat ke bawah meja milik Ino. Bukuku hilang. Baru kusadari saat sampai di rumah. Ku pikir, buku itu ada di sekolah, taunya juga tidak ada disini. Aku merasa hampir putus asa. Buku itu sangat ingin kubaca, tapi belum sampai seperempat halaman aku sudah menghilangkannya.

"Maksudmu, buku tentang Bunga Matahari itu?"

"Ya!" Balasku penuh harap. Jika Ino berkata begitu, biasanya dia akan tau.

Ino menggeleng, "Tidak tau."

Raut wajah senangku berubah seketika. Kupikir dia tau. Sia-sia saja aku menampilkan ekspresi antusias yang terbilang sangat jarang. Bocah ini, masih sempat-sempatnya mengajak bercanda. Rasanya jadi kesal sendiri.

Aku kembali mencari di sekitar meja sekali lagi, membiarkan Ino dengan muka menahan tawanya. Hah, Ino menyebalkan.

"Hinata, tenanglah. Mungkin kau kelupaan menyimpannya."

Lupa? Ya, aku memang tak ingat dimana aku menyimpannya. Setauku, kemarin aku membawanya ke taman karena harus melakukan aktivitas rutin disana. Hari kemarin pula, aku menemukan sebuah ponsel tergeletak dikursi taman, bertepatan dengan menghilangkan bukuku.

Apakah mungkin…

"Ino! Aku tau dimana buku itu!" Kutarik lengan Ino dengan paksa, dan menyeretnya keluar kelas.

Ino memberontak, "Ish, pelan-pelan Hinata. Kau ini!"

Baiklah, sikapku berlebihan. Kadang, aku yang dikenal pemalu akan berubah menjadi lebih heboh dari sahabatku karena hal semacam itu. Lupakan image-ku! Yang terpenting, aku harus memastikan ke taman bahwa bukuku ada disana.

"Tunggu sebentar, Hinata!"

Ino menghentikan langkahku, dengan berbalik menarik lenganku. Aku mendesah, Ino selalu saja seperti itu. Situasi gawat darurat, masih saja mengulur-ulur waktu.

"Ino, ayolah!"

"Tidak, Hinata. Lihat! Di koridor sekolah ramai sekali."

Aku melihat, tepat ke arah Ino menunjuk dengan telunjuknya. Ada kehebohan yang sedang berlangsung. Aku tak paham ada apa, tetapi banyak kaum pria yang hampir memenuhi koridor juga murid dari kelas lain ikut berkerumun disana.

"Hinata, kesini!" Aku diseret Ino ke persimpangan koridor, bermaksud bersembunyi, kurasa.

Layaknya seorang detektif, Ino menyembunyikanku dibalik tubuhnya, sementara dia mengintai dari balik tembok.

"Ah, kau tau siapa mereka?" Ucapnya sambil sesekali menengok ke arahku.

"Tidak." Aku menggeleng. Sebetulnya, aku belum sempat melihat siapa yang dimaksudkan sahabatku. Jika berbicara masalah gerombolan pria tadi, aku benar-benar tidak tau. Sudah kukatakan berulang kali, aku tidak terbiasa jika berhadapan dengan mereka. Aku akan terlihat bodoh dan kaku. Jadi, kalau aku tak tau perihal mereka wajar-wajar saja.

"Yang kudengar, salah satu dari mereka adalah berandalan. Dia baru pindah dua minggu yang lalu, dan sudah puluhan kali dipanggil oleh Guru Konseling."

"Eh, kenapa?" Kok, aku tidak tau ada murid baru yang masuk ke sekolah ini, ya? Uh, aku memang sulit bergaul dengan banyak orang.

"Kau tidak tau sama sekali?"

Aku menggeleng. Ya, Ino dan aku memang berbeda. Ino lebih mudah berinteraksi juga pandai mencari teman. Apalagi, kudengar dia memiliki seorang pacar dari sekolah lain.

Ino membalikkan badannya ke arahku, lalu berkata, "Dia selalu memukul orang. Siapapun yang berurusan dengan dia, pasti akan berakhir di rumah sakit."

Ino bergidig ngeri, dan aku juga merasa takut akan hal itu.

"I-itu mengerikan."

"Makanya, jangan berurusan dengan Naruto Uzumaki."

Naruto Uzumaki?

"A-ap-apa?" Apakah aku tidak salah mendengar? Laki-laki itu, ada disini? Seketika aku menegang di tempat.

"Hinata, kau kenapa? Kau mengenalnya?"

Aku hanya bisa diam. Ino, dia tidak tau tentang Naruto Uzumaki. Dialah laki-laki itu. Tapi, sepertinya sekarang bukanlah waktu yang tepat menceritakan hal semacam itu. Aku akan memberitau Ino, tapi bukan hari ini.

"Hinata, kau jangan----"

"Aku mencari Hinata."

Deg!

Mataku dan mata Ino sama-sama melebar karena mendengar pekikan suara yang menggema di koridor. Pula, jantungku berpacu tak beraturan. Siapa yang mencariku? Apakah aku pernah berurusan dengan salah satu dari mereka?

Ino kembali mengintip dari balik tembok, mencari tau siapa orang yang mencariku.

"Adakah yang bernama Hinata?" Suara itu memekik kembali.

Seluruh murid terdengar riuh dan berbisik-bisik. Aku semakin tidak tenang.

"Aku Hinata, ada perlu apa?" Sahut seseorang.

"Oh, jadi kau. Apakah kau yang menemukan ponselku kemarin?"

"Oh, maaf. Aku tak tau masalah itu."

Lagi-lagi, jantungku semakin berdentum keras seakan ingin keluar dari asalnya. Dia mencariku, astaga!

"Hinata, mengapa kau berurusan dengan si berandalan itu, huh?" Ino tampak kesal. Maksud berandalan itu, Naruto 'kan? Jadi, ponsel yang kemarin…

"A-aku t-tak tau jika i-itu ponsel miliknya."

Ino kebingungan ditengah rasa kesalnya, sedangkan aku teramat gugup mengetahui bahwa yang mencariku adalah Naruto. Tetapi, jika dipikirkan mendalam, Naruto yang berandalan mencariku bermaksud apa, ya?

"Oi, kenapa kau tidak cari ke kelas 3-2 saja? Aku dengar ada yang bernama Hinata disana." Ucap seseorang.

"Ini gawat!"

Ino menarik tanganku, lalu berlari menjauh. Perasaanku menjadi tidak tenang. Apa yang akan terjadi setelah ini?

Bersambung…

[ 8 ] Beautiful Sunflower [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang