Beautiful Sunflower : "Pengakuan"

3K 227 21
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

...

Ino mendekatkan wajahnya padaku dengan mata membelalak, "Apa?!"

Sahabat pirangku memekik sangat keras, sampai-sampai membuat teman-teman yang lain merasa terganggu. Aku pun tak menyangka, akan membuatnya seheboh itu.

Sebagai jawaban, aku menganggukan kepala dengan ragu. Namun, tampaknya, ia tidak senang dengan hal tersebut. Malah, kali ini Ino berkacak pinggang sambil menghentakkan kakinya beberapa kali sebagai tanda kekesalannya.

"Hinata, apa kau sudah gila? Naruto itu berandalan sekolah, loh!"

Gila? Mengapa Ino mengatakan aku gila? Memangnya, aku salah, ya, menyukai orang seperti Naruto?

Oh, ayolah. Disini, hanya aku yang tau Naruto seperti apa. Bukannya diriku sombong, tapi aku adalah teman Naruto. Ingat? Aku pernah satu sekolah bahkan satu kelas ketika SMP. Bahkan, dulu Naruto juga sempat berkata, "Kau adalah orang pertama yang kuanggap sebagai teman."

Aku tidak tau, bagaimana awal mula perasaan suka itu muncul. Naruto, dia selalu menyapaku setiap pagi dengan sebuah cengiran khasnya. Pria itu sangat baik, bahkan kerap kali menjadikanku tempat mengadu disetiap ingin berkeluh.

Hanya satu, aku tak tau alasan pasti mengapa dia pindah sekolah.

"Ino, bukannya kau ingin tau siapa pria yang kusukai? Dialah orangnya." seruku tegas, dengan pipi sedikit menghangat kurasakan. Mungkin, aku merona sekarang.

Ino menghela nafas gusar, lalu mengalihkan pandangannya ke arah samping agar menghindari kontak mata denganku. Kupikir dia benar-benar marah.

Dia mengatupkan nertanya, sambil melipat kedua tangan di depan dada, "Hinata, apakah kau yakin menyukai berandalan itu? Kelinci sepertimu, tidaklah pantas bersama dengan serigala jahat!"

"Tapi, aku tidak mau menyerah." dan bahkan ini belum dimulai. Aku tidak tau, bagaimana perasaan Naruto kepadaku. Bukannya ini adalah pertemuanku lagi setelah sekian lama tidak bertemu?

Sekali lagi, aku melihat Ino begitu kacau. Dia benar-benar tampak tidak suka jika aku jatuh cinta pada Naruto. Meskipun iya, Naruto terdengar sangar dan nakal, aku sama sekali tidak peduli. Cinta itu buta, itupun kata Ino.

"Ya sudahlah, terserah kau saja." sahabatku mengibas-ibaskan tangannya dengan malas.

Mataku berbinar, "B-benarkah?"

"Ya, asalkan sebisa mungkin kau harus mengubahnya jadi tidak berandalan lagi."

...

Istirahat kedua, aku dan Ino berencana untuk makan siang di taman. Sahabatku akhirnya sadar, Bunga Matahari yang kuurus selama kurang lebih dua setengah tahun ini, membuahkan hasil yang menakjubkan. Lingkungan disekitar taman nampak hidup dan indah. Apalagi, kudengar Kepala Sekolah mewajibkan anak-anak kelas 1 untuk bisa menanam banyak bunga-bunga juga pohon. Akhirnya, aku bisa tenang jika aku lulus nanti, akan ada generasi penerus yang melestarikan keindahan lingkungan.

"Hinata, ada Naruto!"

Aku melihat ke arah yang ditunjukkan Ino. Ada Naruto di taman. Dia, sedang asyik mencabut rumput liar yang tumbuh disekitar Bunga Matahari.

"Dia sedang apa? Mengapa melakukan hal seperti itu?" kata Ino.

"Sudah kukatakan, Naruto sangat menyukai Sunflower."

"Oh, jadi hobimu ini karena Naruto, ya?"

BLUSH. Pipiku merona seketika. Aku menunduk, menyembunyikan wajahku yang mungkin sudah seperti kepiting rebus. Ayolah Ino, ini sama sekali tidak lucu!

Ino terkekeh pelan, lalu berjalan mendekati Naruto yang masih sibuk sendiri. Aku hanya mengekorinya dari belakang, dengan perasaan teramat gugup.

"Hei, sedang apa kau disini?" Tanya Ino pada Naruto. Laki-laki itu melirik sekilas, lalu kembali pada aktivitasnya.

Sejujurnya, aku ingin tertawa karena melihat Ino yang diacuhkan seperti itu, tapi kutahan saja. Aku tak ingin merusak suasana.

Perempat siku muncul didahi Ino. Sahabatku ini sudah terlihat sangat kesal karena tidak ditanggapi. Namun sesaat, dirinya menarik nafas lalu tersenyum kembali.

"Hei, namamu Uzumaki Naruto, 'kan? Salam kenal, aku Yamanaka Ino dan ini sahabatku Hyuuga Hinata." ucapnya sekali lagi.

Dan, lagi-lagi Naruto mengacuhkan Ino. Aku tidak mengerti, apa sebenarnya yang Ino rencanakan. Dari rasa geliku, pada akhirnya berubah penasaran.

"Ah, Naruto-kun... Bolehkah aku meminta nomor ponselmu?"

Eh? Kok, Ino meminta nomor ponsel pria yang aku sukai? Untuk apa? Entah mengapa, rasanya ada perasaan panas tiba-tiba menjalar diulu hatiku. Disana juga sesak, seperti tak ada ruang.

Naruto berdiri, lalu melihat ke arah Ino. Tatapannya dingin, bahkan menakutkan. Sangat berbeda dengan kemarin, ketika dia mengembalikan buku tentang bunga matahari milikku.

"Tidak." jawab pria itu.

Ino menggembungkan pipinya, "Mengapa? Kalau begitu, jika sahabat indigoku ini yang memintanya, apakah kau akan memberikan nomor ponselmu?"

"E-eh?!" aku terkejut.

Naruto beralih menatapku, dengan pandangan sedikit berbeda. Mata kami bertemu disatu titik, sampai seolah aku merasa tersengat karena tatapannya. Seketika itu, aku mengalihkan pandanganku karena kurasakan pipiku kembali menghangat. Setelah itu, kudengar laki-laki itu pergi.

"Yah... kok dia pergi?" ucap Ino.

Aku bertanya-tanya di dalam hati, dengan mata terus memandang langkah Naruto yang kian menjauh.

...

Bersambung...

[ 8 ] Beautiful Sunflower [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang