Beautiful Sunflower : "Kejadian Tak Terduga"

3.6K 254 7
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Matahari semakin tinggi, membuat pandanganku tergoda karena melihat air mengalir dari selang yang kugunakan untuk menyiram Bunga Matahari.

Tapi, melihat mereka tumbuh menjulang tinggi membuatku lupa akan panasnya hari ini. Aku senang, benih yang ku tanam sejak tahun pertama di SMA, akhirnya sudah menjadi sebuah kebun yang ditumbuhi puluhan Bunga Matahari.

Beruntunglah, pengajuanku untuk membuat sebuah kebun bunga dikonfirmasi dengan baik oleh Kepala Sekolah. Taman disini memang cukup luas, tetapi sangat disayangkan para murid kurang peduli terhadap lingkungan.

"Mereka bermekaran, dan menghadap pada sang surya yang bersinar."

Mataku berbinar. Aku tergila-gila karena bunga berwarna kuning itu. Mereka unik, indah dan membuat perasaanku damai. Jika harus diingat, Bunga Matahari menyimpan banyak kenangan dimasalalu. Dia, aku ingat dirinya.

"Bunga matahari itu sangat indah, seperti wajah Ibuku yang sudah damai di Surga."

Sesaat, wajahku merona karena mengingat kata-kata itu. Bunga Matahari, dia berkata bunga itu indah. Dan, karena hal itu aku sangat semangat mengurusi mereka dan menobatkan semua ini sebagai hobi.

Jika melihat mereka mekar, seakan perasaan yang sempat tersendat tumbuh kembali. Apakah mungkin kita bisa bertemu lagi, seperti yang kau katakan dulu?

"Kuharap, kita bisa bertemu lagi, Hinata."

Aku tersenyum, dengan rasa lega karena aku masih punya perasaan normal. Hatiku masih berfungsi dengan baik. Aku masih bisa merasakan debaran itu lagi. Semua ini, karena Bunga Matahari.

Bunga Matahari yang indah.

"Sudah selesai."

Aku mematikan keran, agar air berhenti mengalir. Hari ini, rutinitasku berlalu begitu cepat. Aku melirik jam tanganku, masih ada sekitar 15 menit lagi menuju bel istirahat berakhir.

Aku membawa buku kemarin, yang tertunda untuk ku baca. Semua ini karena Ino, dan lagi-lagi tugas menumpuk. Jadi, tidak ada kesempatan untuk melanjutkan sisa halaman yang belum ku baca.

Aku mengambil buku itu, yang ku simpan di dekat kolam ikan. Baiklah, aku memang ceroboh menyimpannya sembarangan. Jika buku itu tercebur, aku akan menangis seharian. Bukan masalah membelinya, di kota tempatku tinggal hanya ada satu toko buku. Dan, tempo lalu aku membelinya, hanya tersisa satu lagi.

Setelah aku mengambilnya, aku berjalan menuju kursi taman di bawah pohon Sakura yang rindang. Aku akan bersantai disana, sambil menikmati kata demi kata yang tercatat di bukuku.

"Eh, ponsel siapa ini?"

Saat aku hampir akan duduk, aku melihat ponsel berwarna hitam tergeletak begitu saja dikursi taman. Baru kali ini, ada orang lain yang datang berkunjung ke taman. Tapi siapa?

Biasanya aku atau Ino, tapi ini bukan ponsel Ino. Lalu, ini milik siapa?

DRRRTTT----

Tiba-tiba, ponsel itu bergetar otomatis membuatku terkejut dan hampir menjatuhkan buku yang kupegang.

Dilayarnya tercatat nomor tidak dikenal sedang memanggil. Aku jadi bingung, apakah harus kuangkat? Tapi, ini bukan milikku. Bagaimana jika sang pemilik marah padaku, dan menuduh aku pencuri?

"Tidak." Aku berpikiran apa sih? Aku hanya menemukannya, bukan mencurinya.

Alangkah lebih baik, aku angkat saja.

"Ha-halo."

"Halo, eh… apakah kamu yang menemukan ponselku?"

Deg!

Ini, suara laki-laki! Astaga, aku sangat takut. Aku benar-benar gugup jika berhadapan dengan laki-laki. Ah, bukan. Mendengar suaranya saja membuat merinding.

"A-ano… e-eto---"

"Hei, kamu kenapa?"

"T-tidak." ucapanku jadi gagap, rasanya aneh sekali.

"Ah, itu tidak penting. Sekarang, kamu dimana?"

"I-itu, t-t-taman sekolah."

"Baiklah, tunggu disana. Secepatnya aku kesana."

Tut----

Apa? Dia akan kesini?

Ini tidak beres, aku harus berbuat apa sekarang? Aku tidak akan bisa jika berhadapan dengan laki-laki. Aku tidak bisa.

"Lebih baik aku pergi dari sini."

Dengan sekuat tenaga, aku berlari meninggalkan taman.

Bersambung…

[ 8 ] Beautiful Sunflower [ Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang