AMI - Chapter 2

231 16 0
                                    

Ali tak bisa lagi menahan emosinya. Langsung saja ia membuka pintu dan menonjok lelaki itu.

DUAK!

"Eh! Jangan deketin bini gua lagi! Dasar lo ga tau malu! Berani ngedeketin bini orang!"

Emosi Ali meledak-ledak. Dadanya naik turun. Raut wajahnya yang masih sayu karena pengaruh alkohol berbaur dengan amarah. Sudah lama teman istrinya itu tak muncul kembali semenjak setahun lalu. Ia tak mengerti mengapa si Bani Bani itu begitu perhatian pada istrinya.

"Astagfirullah, Yah. Dia cuma nganterin aku sama Maliq ke dokter, Yah. Jangan salah sangka dulu," ujar Prilly panik. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Tuh.. Lo denger sendiri, kan? Gua berniat baik kok nolongin bini lo. Lo tenang aja, Li," jawab Bani tenang.
Senyumnya mengembang bermaksud menenangkan hati Ali.

"Jangan macem-macem ya lo ama bini gua. Awas lo!" Ali menuding lelaki di hadapannya tak sabar.

Mendengar keributan di sekitarnya, Maliq yang sedang tidur di gendongan Prilly terusik dan menangis. "Nda.. Huuaa!!!"

"Cup..Cup... Sayang, bobok lagi ya," Prilly menenangkan, "Yah, udah dong. Maliq terganggu nih."

Ali masih menatap tajam ke arah Bani sejenak, kemudian akhirnya melangkah masuk ke rumah.

***

"Prill!! Mana kopi panasku? Cepetan! Aku buru-buru nih! Ada rapat di kantor!" Ali buru-buru memakai kaos kaki dan sepatunya.

"Sebentar, Yah. Ini udah jadi." Prilly menaruh cangkir kopi ke atas piring kecil.

Disuguhkannya kopi itu kepada suaminya. Dan Ali buru-buru meminumnya.

BYURR

Seketika Ali menyemburkan kopi panas itu ke wajah Prilly.

"Kopi apa ini?! Panas banget! Nggak becus banget sih kamu!"

"Maaf, Yah. Aku tadi baru masak air. Soalnya ngurusin Maliq dulu."

"Ahh.. Alasan! Aku ini suami kamu! Layanin yang bener dong!" bentak Ali. Segera ia keluar dan berangkat ke kantor.

Prilly meringis kesakitan merasakan wajahnya seperti terbakar. Sudah jadi makanan sehari-hari ia diperlakukan Ali dengan kasar seperti ini. Tapi ia selalu bersabar.

Setelah mendinginkan wajahnya dengan kain basah, kembali ia mengurus rumah. Hanya rumah kontrakan yang kecil inilah harta yang mereka miliki saat ini. Dan juga mobil tua butut yang sudah setia menemani hari-hari mereka selama bertahun-tahun. Suaminya yang bekerja di sebuah perusahaan swasta hanya menjabat sebagai karyawan biasa, dan gajinya pas-pasan untuk menafkahi dirinya dan Maliq. Ingin ia bekerja membantu suaminya mencari nafkah. Tapi ia tak tega meninggalkan Maliq sendirian di rumah. Lagipula, apa suaminya setuju?

***

Malam itu, setelah menidurkan Maliq, Prilly kembali menunggu suaminya di ruang tamu. Ia duduk di kursi yang ada di situ.

Beberapa jam kemudian...

Prilly terbangun. Rupanya ia telah tertidur cukup lama. Dilihatnya jam di dinding, sudah lewat dari jam 12 malam dan suaminya tak kunjung pulang.

Tak lama kemudian...

DOK DOK DOK

Cepat-cepat Prilly membuka pintu dan bersiap menyambut sang suami. Tapi...

"Yah, siapa dia?" Prilly terkejut melihat siapa yang bersama suaminya itu.

"Eh.. Lo yang siapa? Ngapain coba di rumah cowo gue? Babe, dia siapa sih?" Wanita yang sedang membopong suaminya itu malah balik bertanya.

Ajarku Menjadi Imammu (Remake)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang