Satu

411 20 0
                                    

Hujan begitu deras mengguyur kota jakarta di pagi hari. Hiruk pikuk kota metropolitan yang macet setiap waktu sudah menjadi rutinitas bagi Kania. Di dalam mobil Kania terpekur dalam lamunannya.

Dia menatap jendela yang sudah basah dengan air hujan. Pikirannya melayang pada sosok laki-laki yang dia cintai di bangku SMA sampai sekarang saat umurnya yang ke 24 tahun dan bekerja di perusahaan pertambangan sebagai asisten manager dia tidak pernah bisa melupakan laki-laki itu.

Sahabat-sahabat nya sudah menyuruhnya untuk move on dan buka lebaran baru. Tetapi tetap saja dia masih stuck ditempat. Dari keenam sahabatnya hanya dialah yang masih mejomblo. Bahkan Nadira dan Viola sudah melepas masa lajangnya.

Mobil berhenti tepat di depan kantor, Mang Engkus menyadarkan lamunannya.

"Neng udah sampe" mang Engkus menengok kebelakang.

"Eh udah sampe ya mang, yaudah kalo gitu saya turun. Nanti gausah di jemput ya mang saya mau jalan sama temen" Kania membuka pintu mobil dan berjalan menuju lobby kantor.

Di lobby dia bertemu si gendut Monalissa. Sahabat Kania dari SMA yang satu kantor.

"Kania sayanggg" selalu Mona memanggilnya seperti itu.

"Hai mon, gue berasa lo pacar gue tau gak dipanggil gitu terus huh" Kania mendengus.

"Eits kan udah jadi kebiasaan gue manggil lo pake sayang, lagian cepetan makanya punya pacar biar bisa dipanggil sayang tiap waktu, tiap detik, tiap saat uuuu co cweeet" Mona terkekeh.

"Dasar lebay! Lo kira cari pacar gampang kaya beli kacang apa. Lo enak udah punya Raka lah gue" kania sewot.

"Duh jomblo, makanya buka hati lo Kania, masih aja mikirin dan nunggu si Nathan yang belum tentu mikirin dan nunggu lo. Lagi juga banyak tuh cowok yang deketin lo tapi lo nya malah cuek bebek."

Kania diam tak menjawab malah mengalihkan pembicaraan.

"Emm... Nanti jadi kan kita hangout bareng sama red karpet"

"Bisa bat deh ngalihinnya, jadi dong yuk ah naik lift". Mereka berdua melenggang menuju lift.

KANIA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang