Tiga

278 19 0
                                    

Kania berjalan keruangan Tama sang manager ganteng. Suara sepatu heels Kania rupanya menyadarkan Lila yang sedang mengetik komputer dimejanya. Lila tersenyum kearah Kania dan Kania membalasnya.

"Silahkan bu langsung masuk saja pak Tama sudah menunggu di dalam."

"Oke makasih Lil".

Kania mengetuk pintu, kemudian suara bariton menyuruhnya masuk.

"Hai Kania" Tama menyapanya. Perasaan Kania tidak enak. Biasanya kalau Tama sudah menyapanya seperti ini pasti ada sesuatu.

" Hai juga tam, what's up? " tanya Kania to the point.

" To the point sekali kamu, ayo duduk dulu".

"Oh come on, Aku sudah lama kenal kamu tam, kalo kamu bersikap kaya gini pasti ada maunya".

" Kamu emang mengerti aku" Tama tersenyum.

Tama dan Kania sudah saling kenal saat SMA wajar saja mereka bersikap seperti sahabat bukan seperti atasan dan bawahan, dan Tama juga tidak mau di panggil pak dia merasa tua toh umur mereka sama.
Kania duduk di kursi dan menatap Tama.

"Jadi ada apa?" Kania tidak sabar, apa yang mau disampaikan Tama terus menganggu pikirannya.

"Aku mau besok kamu ke Jogja gantiin aku".

Deg! Jantung Kania berdegup kencang. Dia lemas seketika. Jogja adalah kota yang paling dihindari olehnya karena disana ada Nathan bagian masa lalunya yang tak bisa dia lupakan. Raut muka Kania cemas.

"Kenapa aku? Kamu tahu kan aku tidak bisa" Hanya itu kata-kata yang bisa dia ucapkan. Rupanya Tama sadar akan perubahan muka Kania.

"Kamukan asisten aku, Istriku sedang hamil besar aku tidak bisa meninggalkannya. Hey! Lagi pula belum tentu juga kamu bakal ketemu sama dia walaupun di kota yang sama Jogja luas Kania"

"Berapa lama? Untuk apa aku kesana tam?" Kania mulai bertanya.

" 1 bulan Kania, disana ada pembangunan proyek kamu gantiin aku sementara, dan kamu juga harus menemui Pak Teddy Julian arsitek yang mau mendesain bangunannya."

" Hell! Lama sekali tam, aku gak mau" tolak Kania lagi.

"Aku yakin kamu bisa handle semuanya. Please kamu mau yah, aku tau ini berat. Tapi masa kamu gak mau tolongin aku sih kita kan sahabatan udah lama. Nanti aku kasih kamu sepatu converse 10 pasang deh".

Tawaran Tama sungguh menggiurkan, Tama memasang pupy eyes. Kalo kaya gini Kania bisa apa. Tama memang tahu kelemahan Kania yang tidak tegaan dan penggila converse.

"Baiklah" ucap Kania lirih.

"Thanks a lot cantik, conversenya ga jadi aja yah?" Tama meledek.

"Enak aja itu bonus buat aku"

"Hahaha aku bercanda nanti aku kirim kerumah kamu, oh iya kamu pergi sama Lila, tiket pesawat dan hotel udah siap kamu tinggal berangkat aja"

"Iya tam, bye" Kania berjalan gontai.

"Bye good luck honey"

"Aissh lo kira gue lebah?!. dasar Tama kampret" umpat Kania sebelum pergi.

"Aku denger loh kamu ngomong apa" Tama terkekeh geli.

"Masa bodo" Kania pergi meninggalkan Tama yang tertawa puas.

KANIA STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang