PROLOG

3K 107 2
                                    

"Berawal dari tatap mata saat pentas seni, ia seakan menjadi magnet yang ingin selalu aku dekati."

"Kka." Panggil gadis itu kesekian kalinya. Namun lelaki yang dipanggilnya masih tetap diam.

Gadis tersebut menarik napas panjang sebelum berteriak. "KKA!"

Cakka hanya menoleh tanpa minat. "Apa sih?" Dingin.

"Lo kenapa sih daritadi? Gue manggil lo berkali-kali tapi lo ga nyaut. Lo ga lagi sakit kan?" Ujar gadis tersebut dengan raut wajah khawatirnya.

"Apaan sih. Gue baik-baik aja. Kita pulang sekarang." Balas Cakka sambil beranjak dari tempat duduknya dan –sedikit- menyeret gadis tersebut. Baru beberapa langkah ia berjalan, matanya terkunci pada satu objek dari arah berlawanan yang kini semakin dekat dengannya. Matanya tak teralihkan sedikitpun.

Gadis yang ada di balik punggungnya menaikan kedua alisnya. "Kka ko berhenti?" Tanyanya yang seketika menyadarkan Cakka dari lamunannya. Cakka tak menjawab. Ia segera melanjutkan perjalanan tertundanya.

"Ini aneh. Gue ga pernah seperti ini sebelumnya. Ini bener-bener aneh." Batin Cakka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Membuat si gadis tadi semakin kebingungan dengan tingkah kekasihnya tersebut.

The Hearts Wants What It WantsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang