Gabriel keluar dari ruangan OSIS setelah selesai dengan segala urusannya. Ia berniat kembali ke taman belakang untuk melihat kondisi Shilla disana karena Gabriel tau gadis itu sedang tidak baik-baik saja. Gabriel takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Selama perjalanannya menuju taman belakang, pemuda ini terus saja berkutat dengan pikirannya sendiri. Dia tersadar saat matanya tak sengaja menangkap sosok gadis yang sedari tadi ia khawatirkan sedang duduk sambil memijat kepalanya. Gabriel berdecak, ia sepertinya datang terlambat karena sakit di kepala gadis itu sudah semakin menjadi. Langkahnya ia percepat supaya sampai dengan tepat. Jarak sudah semakin dekat, dan ia tersentak ketika pada akhirnya tubuh gadis itu ambruk dan hampir terjatuh.
"SHILLAAAAA!!!"
Gabriel berlari dan tepat waktu menangkap tubuh lemah Shilla. Tanpa banyak kata, ia langsung membawa Shilla menuju UKS. Adegan tersebut tentu saja menjadi tontonan anak satu sekolah. Termasuk seorang pemuda yang tadi sempat berlari untuk menyelamatkan gadis yang sama. Mereka mungkin heran dan bertanya-tanya, ada hubungan apa antara ketua OSIS di sekolah mereka dengan gadis itu? Mengapa wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang begitu besar?
Pemuda itu –Cakka- menghela napasnya dan memilih melanjutkan perjalanan menuju kelasnya karena sebentar lagi proses belajar mengajar akan dilanjutkan.
********
Gabriel segera membaringkan tubuh Shilla sesampainya di UKS, tak lupa juga ia memberi kabar pada Rio tentang kondisi Shilla. Pemuda itu panik tentu saja, untuk kesekian kalinya ia harus menyaksikan kelemahan Shilla. Perlakuannya tadi terhadap Shilla mungkin bisa menjadi gosip panas yang akan beredar tapi ia sungguh tidak peduli. Urusannya saat ini adalah Shilla-nya.
Gabriel mengelus pipi Shilla pelan, "Shill, udah terlalu lama gue liat lo baik-baik aja. Kenapa sekarang bisa kaya gini lagi Shill?" tatapan pemuda ini sendu. "Lo bener. Gue gaakan bisa gak peduli sama lo. Seberapa seringpun lo bikin gue repot. Bangun Shilla, ini masih jam sekolah. Masa lo mau bolos sih Shill?"
Sedang sibuk dengan prolognya, pintu UKS itu terbuka dengan keras. Gabriel tetap tidak menoleh, ia tau siapa yang datang.
"Kenapa bisa sampai kaya gini sih Yel?!" pemuda yang baru saja datang itu –Rio- tak kalah paniknya.
"Harusnya gue yang tanya sama lo, Rio! Lo tuh sekelas sama dia. Gimana bisa lo ga sadar kalo dia lagi gak baik-baik aja Rio!" Gabriel membalas ucapan pemuda itu dengan nada sedikit membentak.
Rio menghela napasnya. Ia sadar Gabriel benar. Seharusnya dia menjaga Shilla lebih baik karena memang dia satu kelas dengan gadis itu, dan itu sebenarnya lebih mudah. Rio lengah. Dirinya memang salah. Pandangannya meredup ketika mata elangnya menatap wajah gadis cantik yang sedang tak sadarkan diri itu. Tangannya terulur untuk membenahi rambut yang menutupi wajah gadis itu dan mengelus lembut puncak kepalanya. "Maafin gue. Gue udah lengah. Gue gagal jaga lo. Lo baik-baik aja kan Shill? Lo Cuma kecapean aja kan gara-gara tes mendadak tadi?"
Melihat itu amarah dalam diri Gabriel mereda. Ia tau ia tak bisa menyalahkan Rio sepenuhnya. Shilla itu urusan mereka berdua, dan mereka harus kompak bukan saling menyalahkan dan berujung dengan sesuatu yang fatal nantinya. Lagi-lagi Gabriel menghembuskan napasnya kasar, "Gue keluar dulu sekalian ambil tas dan bikin surat izin sakit supaya dia bisa pulang dan istirahat. Lo tungguin dia disini atau langsung aja bawa ke mobil. Biar nanti gue susul lo langsung ke parkiran." Rio mengangguk mengerti, "Lo langsung ke parkiran aja biar lo gausah capek bolak-balik. Sekalian izin in gue juga biar gue ga perlu balik lagi ke sekolah. Gue mau ngurus dia dan nemenin dia aja di rumahnya, gue tau lo lagi sibuk sama urusan OSIS lo. Jadi saat ini biar dia sama gue aja, lo fokus dulu sama urusan lo. Dan lo gak usah hubungin orang tua lo atau keluarganya Shilla, gue gak mau mereka ikutan panik. Dia akan baik-baik aja. Lo harus tenang." Gabriel pun hanya mengangguk dan segera berlalu untuk melakukan apa yang harus ia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hearts Wants What It Wants
FanfictionBukan cinta namanya jika tak memberikan luka. Bukan cinta namanya bila tak mengundang air mata. Bukan cinta namanya jika selalu bahagia. Bukan cinta namanya bila selalu sama. Kisah ini mungkin hanya satu dari beberapa kisah cinta yang ada di dunia i...