Seorang laki-laki berambut kecoklatan berjalan malas dengan mata sayu. Tak ada sedikitpun aura bersemangat yang keluar dari tubuh laki-laki itu. Mungkin dia menyesal dan berkata dalam hati, 'sial mengapa aku harus masuk hari ini,' atau semacamnya. Yang pasti, ia sangat tidak bersemangat--ah tidak, dia sangat tidak berniat untuk masuk ke sekolah.
Dia adalah laki-laki yang menyedihkan. Dia masuk kedalam tipe orang yang lebih mementingkan game online daripada sekolah. Tipe orang yang hanya akan menjadi sampah masyarakat di kemudian hari.
Kalian mungkin bingung mengapa aku tau hal itu. Tentu saja aku tau, karena akulah laki-laki itu. Aku seorang murid SMA normal yang biasa yang tak punya kelebihan apa-apa.
Tunggu.
Kurasa aku sudah tidak normal karena aku sedang berbicara dengan diriku sendiri. Tapi bukankah banyak orang yang berbicara pada diri mereka sendiri? Kurasa iya. Tapi aku jauh lebih aneh dari mereka karena aku beranggapan kalau saat ini aku merupakan bahan tontonan para penonton yang sedang mendengarkanku berceloteh sendiri.
Tidak. Bukan berarti aku bilang bahwa aku ini aneh. Memang kata-kataku tadi terdengar seperti aku mengakui bahwa aku ini orang aneh, tapi--ah, sudahlah. Bukan berarti aku tidak ingin mengakuinya--dan kurasa aku sudah bilang tadi bahwa aku ini aneh. Bukan, bukan orang aneh sungguhan seperti seorang masochist [1] atau seorang psychopath [2], argh--
Cukup.
Intinya, aku hanya ingin mengatakan bahwa aku ini hanyalah laki-laki SMA normal yang mungkin agak aneh karena sering berbicara sendiri, tapi bisa kupastikan aku bukanlah orang yang mencurigakan, oke?
Kembali ke pembahasan awal. Dan lagi-lagi--tunggu. Memangnya kita membahas apa? Coba kuingat-ingat. Yang pasti, kita tidak sedang membahas soal meronpan [3] yang sudah mulai berjamur karena aku melupakannya di kulkas sejak minggu lalu, kan?
Apa?
Akhirnya aku ingat sekarang, dimana aku meletakkan meronpan tersebut. Dan--lagi-lagi kita melenceng dari pembahasan awal. Maafkan aku. Kurasa kalian telah membuang-buang waktu kalian yang berharga untuk membaca tulisan tak berguna ini, tapi kuharap kalian mau terus membacanya.
Aku menamakan ini sebagai Hyper Self Syndrome dimana aku akan terus berceloteh kepada diriku sendiri. Uh, abaikan.
Oke.
Sambil berkata begitu pada diriku sendiri, aku meneruskan perjalananku menuju sekolahku--SMA Yatagarasu. Mungkin kalian akan bingung begiu mendengar nama sekolahku yang merupakan nama salah satu dewa Jepang, tapi aku serius.
Sebuah kelopak bunga sakura yang berwarna pink berhembus melewati ujung hidungku karena terdorong oleh angin musim semi. Angin musim semi itu terasa hangat dan nyaman. Sebuah keadaan yang sangat sempurna untuk memulai tahun ajaran baru. Rasa malas yang tadi menghantuiku kini hilang seolah tertiup angin.
Kurasa aku belum memperkenalkan diriku. Namaku--
"Enomoto-kun,"
Sebuah suara menjawabnya. Wah, hebat sekali. Baru kali ini aku merasakan Hyper Self Syndrome dengan sangat nyata. Bahkan, aku sampai mengira seseorang sedang memanggil namaku.
Seperti yang kalian dengar tadi--ya, itulah namaku. Enomoto Tatsuya. Itulah aku. Seperti yang tadi sudah kuberitahu, aku hanyalah seorang murid SMA normal yang biasa yang tak punya kelebihan apa-apa.
Ah, mungkin harus ditambahkan dengan; pengidap Hyper Self Syndrome kelas akut, ya. Aku bahkan bisa merasakan seperti ada seseorang yang berbicara denganku, seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ordinary School Life
Novela JuvenilEnomoto Tatsuya hanyalah seorang murid SMA biasa. Yang ia lakukan setiap harinya hanyalah tidur, makan, belajar, sekolah, dan berbagai kegiatan biasa lainnya. Hanya itu. Tak ada yang istimewa dari kehidupannya, terutama kehidupan sekolahnya. Ia hany...