Chapter 3

3K 265 7
                                    

Luhan POV

Aku menekuk wajahku kesal, Mama benar-benar menyebalkan. Bagaimana tidak? Kukira Mama hanya akan mengantarku ke sekolah baruku saja, tapi ternyata dia malah melamar kerja menjadi guru BK disekolah baruku. Hah, Mama selalu susah ditebak.

"Hey, kenapa? Apa Mama berbuat salah?" Tanya Mama saat kami berdua jalan di koridor sekolah. Aku menatap Mama tajam.

"Kenapa Mama tidak bilang padaku kalau ingin melamar kerja disini? Dan apa ini? Mama melamar kerja menjadi guru BK? Haish, yang benar saja.." gerutuku kesal, aku melirik Mama sekilas.

"Kenapa? Kau takut kalau Mama menghalangi kebiasaan burukmu itu? Contohnya saja, membolos dari pelajaran?" Aku membulatkan mataku, jadi Mama tahu soal kebiasaan burukku di Guangzhou? Astaga, aku harus berhati-hati setelah ini.

Langkahku terhenti saat melihat sebuah ruangan yang terlihat padat dengan manusia. Saat kulihat papan nama ruangan itu bertuliskan ruangan BK. Kulihat Mama berjalan masuk, menerobos gerombolan siswa yang sedang melihat kedalam entah apa itu.

"Ada apa ini?"

Mama bertanya saat kami berdua berhasil masuk. Aku meringis melihat seorang siswa yang wajahnya penuh luka lebam. Aku memang nakal, tapi aku tak pernah berurusan dengan orang apalagi sampai harus berkelahi. Aku lebih suka menyendiri dan melakukan kenakalanku sendirian.

"Eoh, apa kau guru baru itu?" Tanya pria gembul dengan aksen Koreanya yang aneh. Kulihat Mama mengangguk lalu mendekati anak itu.

"Dia kenapa?"

"Dia berkelahi entah karena apa. Padahal ini masih pagi, tapi dia sudah berkelahi tidak jelas. Apalagi musuhnya adalah kakak kelasnya sendiri." jelas pria gembul itu.

"Lalu dimana anak senior itu?"

"Sudah saya beri hukuman. Tinggal anak ini yang belum karena dia terlalu banyak melanggar di sekolah ini." ujar namja gembul itu sambil menunjuk siswa yang lebam tadi.

Aku hanya diam dibelakang Mama hingga seseorang datang dengan tergesa-gesa menerobos segerombolan siswa.

"Sehun, ada apa ini?" Pemuda yang tingginya sama denganku itu terlihat sedang menetralkan nafasnya. Peluh membanjiri wajahnya, tak luput dari pandanganku guratan khawatir yang kentara itu.

"Ini dia. Hey, Byun Baekhyun! Lihatlah kelakuan adik nakalmu ini! Masih pagi dia sudah berkelahi tidak jelas dan lawannya adalah kakak kelasnya. Kira-kira hukuman apa yang pantas untuknya?" Tukas si pria gembul itu pada pria yang sedang mengatur deru nafasnya.

Tunggu dulu... kenapa aku merasa familiar dengan wajahnya? Seperti ada beberapa bagian yang begitu mirip dengan wajahku. Aku menatap Mama yang mematung melihat lelaki yang bernama Byun Baekhyun itu.

"S-Saem, maafkan Sehun. Aku janji, Sehun tidak akan berkelahi lagi. Aku akan merubah sifatnya," ujar Baekhyun sambil menunduk dalam. Terdengar dengusan kesal dari pria yang sedang duduk, membuatku menoleh karena penasaran bagaimana ekspresi wajahnya sekarang.

"K-Kau Byun Baekhyun?" Aku mengernyit melihat Mama yang mendekati pria bernama Baekhyun itu. kulihat dia itu mengangguk menjawab pertanyaan Mama.

"E-Em, Maaf, bisa tolong tinggalkan kami berempat?" Pinta Mama pada pria gembul tadi. Dia mengangguk lalu mengusir semua siswa yang menumpuk di depan pintu.

Author POV

"Nama saya Byun Baekhyun." Baekhyun membungkukkan badannya ragu saat keadaan terlihat sepi. Ibu Luhan yang melihatnya dengan tatapan tak terdefinisikan.

"Dan kau," ibu Luhan menatap Sehun yang sejak tadi menunduk "Siapa namamu?"

"Sehun." jawab Sehun datar dan dingin. Ibu Luhan tersenyum maklum.

"Ah, ini anakku, Luhan. Dia murid baru di sini. Mohon bantuannya, ya?" Baekhyun hanya tersenyum tipis menatap Luhan ramah.

"Kau sudah mengenal mereka kan, Lu?" Luhan menatap ibunya lalu mengangguk samar "Kalau begitu jaga mereka." lanjut ibunya.

Luhan membelalakkan matanya, "Apa? Tapi Mama—"

"Panggil aku Hwang Saem." Luhan tak bosan-bosan membelalakkan matanya. Heol, Ibunya benar-benar niat sekali menjadi guru BK. Pria surai coklat itu lalu menghela nafas gusar.

"Tapi Hwang Saem, aku bahkan mengenal mereka hanya sebatas nama saja. Kenapa aku harus menjaga mereka?" Baekhyun memasang wajah bingung. Yang Luhan katakan itu benar. Untuk apa Luhan menjaga dirinya dan Sehun? Mereka bahkan baru mengenal beberapa menit yang lalu.

"Kau akan tahu nanti, Lu. Ini perintah dari seorang guru untukmu." Ujar Hwang Saem lembut namun menuntut. Luhan hanya mendengus.

Hwang Saem beralih menatap Sehun "Apa ada luka lain selain wajahmu?" Ujarnya lembut, Sehun sempat terkesiap namun ia dengan cepat merubah mimik wajahnya.

"Tidak ada, Saem."

"Baekhyun, bisa antarkan Luhan ke kelasnya? Kelasnya di 12-2. Aku akan mengobati adikmu ini." Baekhyun mengangguk patuh, Luhan sekelas dengannya jadi mereka bisa pergi ke kelas bersama.

"Ayo, Luhan!" Ajak Baekhyun ramah. Luhan yang masih bingung dengan keadaan hanya bisa menurut pada Baekhyun.

※MY POOR TWINS※

Sehun menatap Hwang Saem dalam diam. Ditelusurinya lekuk wajah wanita yang sama sekali tidak terlihat tua. Dia merasa sangat familiar dengan wajah wanita di depannya ini. Apalagi dengan anaknya yang bernama Luhan itu.

"Kenapa berkelahi?" Tanya Hwang Saem lembut—membuat Sehun tersadar dari lamunannya. Pemuda surai hitam itu memilih diam.

"Kau terlihat seperti anak baik, menurutku. Pasti kau punya alasan, kenapa kau melakukannya, bukan?" Sehun hanya meneguk salivanya, menatap apa pun itu asalkan bukan iris hazel wanita di depannya ini.

"Kau tinggal dimana?" Tanya Hwang Saem mengalihkan pembicaraan.

"Di Songpa-dong." jawab Sehun singkat.

Hwang Saem tersenyum penuh makna. "Kau hanya tinggal berdua dengan kakakmu?"

"Kami tinggal bertiga. Aku tak ingin menyebut yang satunya lagi." Si wanita mengernyit.

"Apa yang kau maksud itu Ayahmu? Atau Ibumu?" Wajah Sehun langsung muram mendengar perkataan Hwang Saem.

"Ibuku entah kemana," kata Sehun. "Aku bahkan ingin mencarinya, tapi aku tidak tahu bagaimana ciri-cirinya. Namanya saja aku tidak tahu," lanjutnya lalu tertawa remeh. Hwang Saem hanya tersenyum.

"Ayahmu?"

"Aku tidak mau lagi memanggilnya dengan sebutan itu. Dia brengsek!" Ujar Sehun sambil mengepal tangannya, ingatannya kembali terulang saat Ayahnya menyiksanya dulu.

"Kau tidak boleh seperti itu. Biar bagaimana pun dia tetap Ayahmu. Kau tidak akan hidup jika dia tak ada bukan?" Sehun hanya terdiam lalu menatap manik Hwang Saem yang teduh.

"Aku membencinya. Dia merusak segalanya. Bahkan yang kudengar, dia hampir membunuh ibuku. Makanya Ibuku lari dari rumah dan membawa Kakakku."

Hwang Saem terkejut, 'Sehun tahu cerita itu?' Batinnya.

"Pasti ibumu punya salah pada Ayahmu. Tidak mungkin seseorang disiksa jika orang itu tidak berbuat salah, bukan?" Sehun kembali terdiam. Memang benar yang dikatakan Hwang Saem, tapi dunia ini terlalu banyak kemungkinan yang terjadi bukan? Bisa saja memang Ayahnya sudah gila.

"Baiklah, sudah selesai." ujar Hwang Saem sambil tersenyum. "Kembalilah ke kelasmu,"

Sehun hanya diam "Terima kasih," gumamnya lalu beranjak pergi. Hwang Saem menghela nafas lalu tersenyum lagi.

"Aku menemukan kalian."

Tbc

MY POOR TWINS [EXO FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang