EPILOG

2.2K 153 27
                                    

"Byun Ahjussi, dia di sini."

Kepalaku yang tadinya tertunduk, kini mendongak. Pandanganku menatap lurus perawakan pria yang rupanya sungguh mirip dengan Baekhyun. Ia menggenakan baju yang terakhir kali dikenakannya, baju kemeja biru gelap dengan celana hitam yang terlihat lusuh. Bibirku mengering, perasaanku meluap-luap. Aku senang bisa melihatnya lagi.

Di samping kiri, ada Baekhyun yang tersenyum lebar. Matanya berkaca-kaca karena kerinduan yang ku yakini sudah ia tahan selama sepuluh tahun ini. Ia tiba-tiba berdiri dari duduknya, memeluk Appa erat. Aku pun ikut berdiri dan memasukkan tanganku di saku celana. Sungguh bahagianya kami ini.

"Kami akan berbakti padamu, Appa. Kami janji," itu yang kudengar dari Baekhyun saat ia mengusap wajahnya karena air mata.

"Appa ingin pulang." Aku yang merasa ditatap oleh Appa hanya mengangguk patuh. Baekhyun membawa Appa pergi, sedang aku masih terdiam dalam keheningan. Aku memikirkan seseorang.

Aku menatap Chanyeol yang sekarang menjadi Polisi dan tersenyum tipis kemudian. Jujur, aku merindukan teman tinggiku yang satu itu. Ia terlihat gagah dengan baju seragamnya, kumis tipis nampak di wajahnya. Sejenak aku tertawa dalam hati, apa dia tak sempat mencukur kumisnya?

Ya, kami memang tak pernah bertemu sejak hari kelulusan karena aku pergi ke China guna melanjutkan pendidikanku sebagai Pengacara. Tak pernah kudengar tentang mereka. Yang selalu berhubungan denganku hanya Baekhyun. Sehun? Dia menghilang sehari sebelum hari kelulusan—kata Baekhyun. Semua orang telah mencarinya hingga ke pelosok Korea, namun nihil. Adikku, Byun Sehun, dia hilang ditelan bumi.

Tapi, setahun kemudian, aku mendengar kabar bahwa ia mendaftarkan diri menjadi Polisi dan lulus tes. Sekarang ia telah menjadi bawahan Chanyeol, dan yah dia tak ingin bertemu denganku dan Baekhyun entah karena apa. Chanyeol saja atasannya sering merasa heran dengan tingkah Sehun yang berlebihan menghadapi kami.

"Dia tak di sini. Aku menugaskannya namun setelah itu dia tak kembali." Chanyeol mendekat ke arahku lalu tangan kekarnya merengkuh tubuhku sesaat.

"Besok, bantu aku menemuinya. Aku harus bertanya padanya." Ujarku meminta tolong. Chanyeol hanya diam, namun dari tatapannya aku yakin kalau dia menyetujui permintaanku ini.

"Besok kita akan bertemu dengannya juga dua orang lainnya."

.

.

.

"Tambahkan es batu,"

Pintaku sembari menyodorkan gelas anggurku pada Chen. Ia mengambil alih gelasku dan meletakkan sebiji es batu di dalamnya.

"Anggur merah dengan es batu sebiji? Apa itu enak?"

"Masih seperti dulu, Chen. Kau cerewet!" Ujarku seraya terkekeh samar. Ia hanya mendengus lalu kembali membersihkan meja pantry.

Kai mengangkat gelasnya, lalu kami berdua bersulang. "Pengacara Byun, dimana Chanyeol?" Tanyanya yang kujawab gelengan.

Hari ini, aku disuruh Chanyeol untuk datang ke sebuah Bar milik Chen yang sudah berdiri sejak lima tahun lalu. Dan tak kusangka, di sana ada Kai yang masih lengkap dengan setelan jas ala orang kantoran. Bisa kau tebak dia kerja apa?

"Aku sedang malas menandatangani berkas-berkas itu. Jadi CEO bukanlah gayaku, kalian tahu itu, bukan?" Jawabnya saat Chen bertanya kenapa ia tak pergi bekerja.

Aku merapihkan kemeja kotak-kotak berwarna merah bata yang ku kenakan. Ponselku tiba-tiba berdering, membuatku sedikit terburu-buru untuk mengangkatnya.

"Yeoboseyo?"

'Hyung,'

Nafasku tercekat. Suara husky ini membuatku tak bisa bernapas sejenak. Segera kulihat nama si penelpon, nomor Chanyeol? Tapi kenapa suaranya mirip—

MY POOR TWINS [EXO FANFICTION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang