"ohh !! Jimin-ah kau datang !!"seru Seohun ketika melihat kedatangan Jimin di kafenya saat ini. "kau ingin minum apa ??"lanjutnya.
Jimin masih terdiam kemudian berlalu menuju bangku yang baru-baru ini sering ia duduki.
"Aigoo !! kau masih saja dengan sikap dinginmu itu"Seohun melirik Jimin dengan tatapan tajam meskipun ia tidak bersungguh-sungguh untuk memberikan tatapan itu. jimin menoleh kemudian mengucapkan apa yang ingin dipesannya. "seperti biasa"ucapnya
"okk !! Nari-ah 1 Caramel Macchiato"ucap Seohun kepada Nari yang berada didepan mesin peracik kopi. "hangat ??"Seohun menoleh pada Jimin saat menanyakan hal itu. jimin mengangguk menyetujuinya.
"Dan hangat Nari-ah !!"teriaknya pada Nari. Nari meringis mendengar teriakan dari bossnya itu. sungguh keterlaluan bagaimana bisa ia berteriak ditempat yang sepi dan tak seberapa luas ini.
"bagaimana Jimin-ah ?? apa masih terasa sakit ??"ucap Seohun ia duduk disebrang bangku yang sedang diduduki oleh Jimin sembari menunjuk wajahnya sendiri.
"sudah tidak terlalu sakit"balasnya. Seohun heran dengan jawaban yang diberikan Jimin. Bagaimana bisa ia tidak merasakan sakit pada wajahnya. ya.. meskipun masih 'tidak terlalu' katanya. Tapi tetap saja. wajahnya masih membiru di bagian tertentu.
"wajahmu masih sama, dan kau hanya merasakannya sedikit ??"ucap Seohun. Dahinya mengkerut kemudian mendecakkan lidah. "kau Bohong"ucapnya lagi. Jimin menunjukan Death Glare-nya. Seohun menyengir menunjukan jajaran giginya yang rapi.
Beberapa menit setelah percakapan itu, keduanya terdiam. Tenggelam dalam pikiran masing-masing. Hingga pelayan itu datang mengantarkan caramel macchito milik Jimin. Seohun menoleh kearah pelayan itu, kamudian mengucapkan terima kasih padanya.
Sedangkan Jimin hanya menatap Caramel macchiatto yang berada tepat didepannya itu. Apakah aku bisa menyebutnya sebagai melamun? Karena yang Jimin sekarang ini lebih tepatnya melamunkan-sesuatu . Seohun menatap Jimin, "ada apa dengan anak ini?"pikirnya.
Ia hendak membangunkan Jimin dari alam lamunannya yang sepertinya indah, karena yang ia tahu, Jimin sudah melakukannya sudah sangat lama. Namun hendak saja tangannya terangkat, suara Jimin mencegah Seohun melakukan hal itu.
"Lee Seohun"panggil Jimin. Seohun mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menyimpan tangannya kembali."apa kau bisa membantuku ?"lanjunya.
Seohun mengeriyitkan dahinya tak mengerti. "membantu ? tentu saja ! memangnya apa yang kau butuhkan ?"tanyanya.
"nanti kau akan mengetahuinya"ucapnnya kemudian. Seohun memandang Jimin tak mengerti. Ia masih mencerna apa yang dikatakan oleh Jimin.
Sejak beberapa hari lalu Seohun dan Jimin menjadi lebih dekat. sejak kejadian Seohun menemukan Jimin di taman dengan keadaan babak belur. Sebenarnya saat ia melihat Jimin dengan keadaan itu ia masih heran kenapa Jimin muncul dengan wajah yang benar-benar asing untuk di pandang, banyak sekali luka lebam pada wajahnya, terutama pada bagian sudut bibir dan pelipisnya. padahal jika ia fikir-fikir Jimin tak pernah mempunyai seorang musuh.
Dan karena hal itulah Seohun mngetahuinya. Kejadian tiga tahun yang membuat hidup Jimin kacau, sangat-sangat kacau. Dan karena hal itu juga, Seohun mengetahui semua. Semuanya..
FLASHBACK~
"Aiisshh... kau sangat berat Park Jimin"Seohun Membopong Jimin menuju Kafenya. ia mengusap peluh yang membasahi Dahinya. 'Namja ini makan apa saja ?? kenapa sangat berat sekali ?? padahal tubuhnya juga tidak terlalu tinggi atau besar, bahkan bisa di bilang pendek dan bantet' pikirnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/69625718-288-k185836.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring And Destiny
Romancekarenaku mereka pergi.. karenaku mereka tersakiti.. dan karenaku juga mereka tak pernah kembali.. karena musim ini aku mendapat kebahagiaan dan juga kehancuran..