Phiaka Kirzten E.
Sepulang kuliah aku berjalan kearah lokerku. Mengambil pakaian karena sekarang pukul 18.00am yang artinya aku harus bekerja untuk kehidupanku sehari-hari. Keluar dari area gedung dan mencari kendaraan menuju ke tempat kerjaku.
Sampailah aku di club ternama yang berlokasi di London. Merah. Itulah tempat kerjaku.
Masuk kedalam dan disambut riang oleh sahabatku Xenia. Teman kerjaku disini, "Ahh, gue kira lo gak akan masuk.." ya, aku selama seminggu ijin kerja karena kurang enak badan akibat begadang dengan tugas kuliah yang amat sangat buanyak banget.
Aku tersenyum kepadanya, "Siapa bilang? Buktinya gue disini.. cup" Aku pun mengecup singkat bibirnya, sudah lama tidak bertemu membuatku kangen tingkat dewi padanya. Aku bukan lesbi itu sudah biasa kita lakukan setiap bertemu. Perlakuan itu bukan hanya dengan Xenia, tapi dengan temanku yang lain juga.
Xenia tertawa, "Ah, oke. Sekarang mending lo ganti pakaian deh. Pelanggan kita hari ini lagi banyak." Dia pun menepuk pantatku.
Xenia sangat liar.
Aku pun membalas, "Oke bibeh.." sambil meremas lembut payudaranya yang kecil.
Kalo tidak ada kerjaan. Aku aja deh yang besarin payudaranya.
Aku memasuki toilet umum untuk mengganti pakaian. Tapi, dengan tak berdosanya seorang lelaki mendorongku hingga aku menabrak dinding.
Aku menatap marah lelaki dibalik pintu yang ditutup, "What the fuck!!!" Umpatku sambil memukul-mukul pintu toilet tersebut.
Gdorr.. gdorr.. gdorr..
Tak lama orang dari dalam bersuara, "Jangan ganggu gue bitch!!" Oke, ini keterlaluan. Aku tau, aku hanyalah seorang pelayan tapi aku masih punya harga diri.
Dengan lebih kuat aku menggebrak pintu itu dengan kasar, "Dasar tidak tau diri. Gue bukan bitch brengsek!!!" Aku menendang pintu itu dengan kuat dan pergi dari tempat itu.
Sebenarnya ada ruang ganti khusus untuk para pelayan di lantai 5. Tapi aku sangat lelah naik keatas walau menggunakan lift. Hanya toilet umum inilah yang paling dekat dengan pintu masuk. Sialnya ada lelaki yang mendorongku hingga aku menabrak dinding.
Dengan malas-malasan aku pergi menuju lift khusus untuk para pelayan. Shitt!!. Kenapa hari ini aku sangat sial. Ini sangat tidak lucu demi dewi fortuna. Liftnya mati. Oh Godness, untuk siapa pun aku sudah tidak kuat.
Aku pun berbalik arah menuju tangga darurat. Oke, naik tangga yang ruang gantinya berada di lantai 5? Bunuh saja aku.
Menaiki tangga setengah berlari? Untungnya aku masih hidup sampai diatas. Ah, ini sangat melelahkan.
Aku berjalan masuk ke ruang ganti dan mengganti pakaian kuliah dengan pakaian pelayan.
Sexy
Satu kata yang menggambarkan bahwa pakaian ini sangat terbuka. Bagaimana tidak? Atasannya berlengan panjang, namun bagian punggung memperlihatkan kulit putih mulusku juga dada yang terbuka memperlihatkan payudaraku yang tidak terlalu kecil. Tak lupa juga dengan bawahan yang seperti celana dalam superman. Itulah mengapa club ini sangat diminati banyak orang karena pelayannya kebanyakan perempuan sexy dan cantik.
Sampainya dibawah, aku berjalan menuju Bartender dan menyapa salah satu temanku, "Hai, Joshh.."
Ia berbalik saat aku memanggilnya, "Eh, Hai Phii... tumben baru keliatan.." ucapnya sambil memberikan segelas Vodka. Namun aku langsung mengecup singkat bibirnya sambil tertawa dan ia juga ikut tertawa.
Aku menggeleng dan tersenyum padanya, "Tidak Josh, aku baru saja masuk kerja. Aku tidak ingin mabuk saat pulang.." Josh hanya mengangguk dan nyengir lebar.
Ia menghela nafas, "Baiklah, aku mengerti nona Phiaka yang sexy..." ucapnya sambil menjilati bibir bawahnya. Oke, aku mengerti dia pasti berusaha menggodaku karena ia melihat dibagian dadaku yang terbuka.
Saat aku ingin membalas menggodanya, "Aa-" seseorang memanggil, "Pelayaannn?" aku mencari-cari kekiri-kekanan namun tidak terlihat, "Siapa sih?" Ucapku pelan.
Karena Josh mendengar ucapanku, "Dibelakang sana Phiaka..." ucap Josh sambil menunjuk dengan matanya kearah belakang badanku.
Aku memutar badan, "Ah, ternyata disana. Makasih Josh. Kita ngobrol dilain waktu ya. Aku harus kembali bekerja.. bye" pamitku dan dibalas anggukan oleh Josh.
Menuju kearah lelaki yang memanggil, "Apa?" Tanyaku ketus. Ternyata lelaki yang memanggilku adalah lelaki yang menyebabkan hari sialku. Ya, lelaki tadi yang mendorongku ditoliet hingga menabrak dinding juga menyebabkan aku harus berganti pakaian dilantai 5 dengan menaiki tangga darurat. Sial, bukan?!
Ia menatapku bingung, "Hey, nona. Berbicaralah dengan sopan kepada saya. Saya adal--" hey, kamulah yang tidak sopan karena mendorongku..
Aku memotong ucapannya, "Ya-ya, seharusnya anda yang sopan kepada wanita karena anda sudah melakukan kekerasan terhadap saya!!" Ucapku menggebu-gebu.
Ia berdiri didepanku, "Apa maksdumu?" Orang ini bertanya tanpa mengetahui perlakuannya tadi? Good job darl.
Aku menatapnya dengan marah," Hei, Tuan yang terhormat, tidak sadarkah anda telah mendorong saya di toilet tadi?" Aah, bahkan dia menganggap angin lalu ucapanku.
"Astaga nona, cuma masalah itu?"
Apa? Dia bilang cuma?
"Lelaki macam apa anda, sama skali tidak merasa bersalah?" Sinisku.
Dia menatapku dengan senyum meremehkan, "Oke-oke, kalau begitu Maafkan kelakuan saya tadi. Puas?!" Ucapnya dengan menekankan kata 'Maaf'.
lelaki didepanku ini sangat menyeramkan tapi dia begitu Tampan. Tapi aku sama sekali tidak takut dengannya. Eh, what? Tadi aku bilang Tampan? No, no, no. Mungkin kepalaku kena benturan tembok tadi makanya jadi sedikit miring.
Aku pun membalas dengan senyum miring dengan tangan bersedekap. Balik badan dan langsung pergi dari hadapan lelaki seram itu. Lupakan saja apa yang akan dia minta, aku tidak perduli dengan pelanggan seperti itu.
Berjalan semakin menjauh, terdengar ia memanggilku tapi aku menulikan pendengaranku. Biarkan saja dia, masih banyak pelayan yang lain, bukan?!.