Chapter 3

7.6K 11 0
                                    

Phiaka Kirzten E.

Sudah pukul 18.00am, aku masih berada diarea kampus. Bodohnya aku, kenapa mengambil kelas malam di hari senin-kamis. Tapi, yasudahlah. Semuanya udah terjadi. Terima saja dan jalani lebih baik.

Jujur... kelas malam, banyak diminati di kampusku. Entah, apa yang membuat mereka tertarik.

Berjam-jam kulewati, suasana kelas menjadi lebih sepi. Maklum, jika dosen-dosen tidak datang atau bahkan datang tapi terlambat, mereka sudah keluar dan dipastikan tidak akan kembali lagi.

Begitulah mereka

Tentunya tidak denganku. Aku juga bekerja untuk mendapatkan uang dan untuk membiayai kuliahku. Jadi, untuk apa mencari uang buat kuliah tapi ujung-ujungnya bolos...?!

Aneh, tapi itulah nyatanya

Duduk diam sambil membaca sebuah buku atau lebih tepatnya cerita alias Novel, membuatku lupa akan sekitar. Ya, inilah aku. Jika sudah bersanding dengan Novel, semua orang disini tidak akan ku pedulikan...

Tidak sadar atau terlalu fokus pada Novel, "Hei, nona. Ini jam kelasku. Beraninya kau mengacuhkanku...!!!" ucap seseorang dengan tidak tahu dirinya. Tapi kuhiraukan sama sekali dan tetap membaca tanpa melihat orang gila mana yang menggangguku saat membaca Novel.

Tiba-tiba tangan seseorang memegang daguku dan mengangkatnya ke atas d--

Orang itu menatapku datar, "masih mau membaca nona?" Ucapnya dengan nada ketegasan.

Aku gelagapan, tidak tahu harus berbuat apa...

Menangis? Tidak mungkin...

Aduh, aku harus bagaimana ini...

Kabur dan bersembunyi? Itu sangat memalukan...

Aku menengok kekanan-kekiri yang otomatis tangannya yang memegang daguku mengikuti kemana arah kepalaku bergerak...

Loh, mana mereka...

Orang itu melepaskan tangannya dari daguku, "mau nyari siapa? Temanmu?" Aku melotot padanya, "kamu lucu sekali... hahaha..."

Wah~ udah gila kali ni orang.. katanya ini jam kelasnya. Eh tapi, kok tinggal aku sendiri disini...

Aku langsung berdiri dan menatapnya menantang, "eh, bapak!! Temen saya yang lain mana?! Bapak usir ya? Wah~ parah..." tuk' tiba-tiba tangannya menyentil kepalaku. "Eh, bapak jangan kasar dong sama murid sendiri.. saya lapor polisi baru tau..."

Bapak itu membengkokkan mulutnya karena mendengar ucapanku yang tak henti-hentinya, "yah sudah. Kalo kamu tidak mau belajar di sini keluar sana!!" Tatapannya kemudian menjadi tajam, setajam silet....

Aku melotot padanya, "yasudah, kalo begitu... saya permisi!!" Aku keluar tanpa melihat kembali dosen songong itu.

Eh tapi, tadikan aku ngomongin orang yang bolos. Kok jadi aku sih yang ikutan bolos...

Tapi tidak apa deh bolos sehari. Dari pada cuma aku yang sendiri di kelas. Siapa juga yang mau belajar berdua bareng dosen itu. Ntar diapa-apain lagi.

Ganteng sih, tapi rada-rada gila...

30 menit berputar-putar area kampus, hingga kembali menuju ke kelas asal, terdengar samar jeritan suara-suara aneh entah dari mana asalnya.

Langkah demi langkah kuberjalan lebih jauh, suara tersebut sedikit jelas di pendengaranku.

"Aduh... pak, pelan-pelan dong. Sakit tau... ah-ah..."

Seperti itulah suara yang kudengar.

Pikiran-pikiran aneh yang mulai menghantuiku menghantarku keasal suara dengan pergerakkan kaki dipercepat.

Aku memang tidak mengerti dari suara itu. Tapi jika disandingkan dengan beberapa Novel yang kubaca, itu berarti mereka sedang melakukan,

Making Love?

Oh, yaampun. Apa itu benar mereka melakukan itu di kampus? Astaga... apa ini pertama kalinya atau sudah kesekian kalinya orang orang disini melakukan itu?

Apalagi sekarang, koridor-koridor sepi. Ada sih beberapa orang yang lewat tapi, kenapa tak terlintas di pikiran mereka tentang jeritan suara itu?

Apa mereka sudah terbiasa mendengar jeritan itu...

Apa yang harus kulakukan?

Aku berdiam sejenak, dan memikirkan apa yang harus kulakukan jika aku mendapati mereka sedang melakukannya...

Oh ayolah, apakah tidak ada ide sedikitpun di otakku ini untuk berpikir?

Apa karena aku belum pernah melihat langsung pikiranku jadi sulit memproses kata-kata?

Baiklah... lakukan sekarang daripada... tidak-oke tidak boleh terjadi lagi... kampus ini tempat untuk meningkatkan prestasi lewat pendidikan bukan untuk membuat anak sembarangan...

Sekian lama berpikir akhirnya aku memberanikan diri untuk menghentikan perbuatan terlanggar secara langsung dengan tangan-badanku sendiri.

Mulai berjalan mengikuti suara tersebut hingga aku mendapati sebuah ruangan...

Mengingat-ingat ruangan apakah ini?!

Setelah lama berikir... yaampun, ini kelasku. Kelas yang kutinggalkan beberapa menit yang lalu karena diusir oleh dosen gila.

Sebenarnya aku juga mau sih

Mengendap-endap hingga tiba didepan pintu. Suaranya amat sangat jelas. Tidak salah lagi.

"Ah... pak... perih nih"

Apanya yang perih? Ayolah, seseorang beritahu aku.

"Tidak apa-apa sayang, bentar lagi tidak akan sakit kok..."

Sayang? Siapa sih orang orang didalam sana? Apa dosen gila yang aku tinggalkan tadi?

"Tapi kalo terjadi apa-apa gimana dong pak?"

Terjadi apa? Duh kok aku panik sih...

"Nanti saya akan tanggung jawab kok"

Tanggung jawab apa lagi? Jelasin yang sejelas-jelasnya kali...

"Bener ya pak?"

Duh kok, aku ngerasa sakit ya... padahal baru sekali doang lihat dosen gila itu, udah nyesek aja. Tapi belum tentu sih itu si dosen gila.

Apa aku sudah mulai menaruh hati ya? Tapi kenapa secepat ini?

Karena sudah tidak sabar melabrak mereka pintu didepanku tiba-tiba terbuka. Tapi bukan tanganku yang membukanya.

"Apa yang kalian lakukan?" Teriak seorang lelaki kepada mereka yang berada di dalam ruang kelas.

Tidak kuat melihat perbuatan apa yang dilakukan mereka. Aku berlari dan langsung pulang ke tempat tinggalku. Tidak peduli dengan kejadian sadis bahkan kelewatan sadis mungkin. Tapi jauh di lubuk hatiku yang paling dalam banyak pertanyaan terlintas diotakku yang semuanya belum terjawab...

Apa yang mereka lakukan...
Apa yang mereka lakukan...
Apa yang mereka lakukan...
Apa yang mereka lakukan...
Apa yang mereka lakukan...

My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang