2

32 21 2
                                    

Daisy POV


Setelah aku memutuskan sambungan telponku. Aku berlari ke kamar Blue. Aku ingin memberikan novel kesukaanya yang tadi sore kubeli. Aku menegtuk pintunya dengan keras. Blue keluar dari kamarnya dengan rambut acak acakan.

"Ada apa?" ia bertanya dengan nada bicara yang berbeda. Ia tidak seperti biasanya.

"Kau kenapa Blue?" tanyaku.

Blue langsung menarik badanku kedalam pelukannya. Novel yang kupegang langsung terjatuh kelantai. Aku kaget dengan perlakuannya. Sebenarnya ada apa dengannya.

"Aku mencintainya Das. Aku tak mau melepaskannya. Dia milikku Das, hanya milikku" suara Blue bergetar. Apa dia menangis? Tidak mungkin Blue menangis. Aku tak pernah melihat Blue menangis. Tidak sama sekali.

"Kau kenapa Blue? Apa yang sebenarnya terjadi?" aku bertanya lagi kepada Blue. Tapi Blue tak menjawabku. Ia malah mempererat pelukannya.

"Aku mencintainya Das, sangat mencintainya. Aku tak mau ia tersakiti karena ku Das. Aku tak mau ia menang-" kata katanya terpotong saat aku mendorong paksa badannya yang sedari tadi memelukku. Dan betapa kagetnya aku saat melihat Blue mengusap air matanya dengan kasar.

"Apa yang sebenarnya terjadi Blue? Dan siapa yang kau maksud?" Aku meraih tangan Blue.

Blue menundukkan wajahnya. Ia diam untuk beberapa saat.

"Pyper Das" suaranya semakin bergetar. Aku melepaskan genggaman tanganku. Aku meraih wajahnya dan mendongakkan wajahnya agar aku dapat menatap wajahnya dengan mudah.

"Apa yang kau maksud?" aku bertanya lagi.

"Py-pyper akan kembali ke London Das. Dan bagaimana dengan Anggie? Aku lupa memutuskan hubunganku dengannya Das, dan sebentar lagi ia akan kembali untuk menemuiku. Aku mencintai Anggie Das. Aku tak mau menyakiti hatinya Das" Blue menangis dihadapanku. Sebesar inikah cintanya kepada Anggie.

Aku langsung memeluknya. Ia juga langsung membalas pelukanku. Aku bisa merasakan bahunya naik turun.

"Aku bingung Das. Aku harus bagaimana sekarang?" sekarang Blue yang bertanya padaku. Tapi aku bingung harus menjawab apa. Jadi aku hanya diam.

Blu mencengkeram lenganku lalu mendorong badanku. Ia menatapku intens.

"Kenapa kau diam Das! Bantu aku agar Anggie tidak tersakiti" teriak Blue didepan wajahku. Aku takut sekarang.

"Pu-putuskan saja hub-hubunganmu dengan Pyper" jawabku terbata bata.

"Tidak segampang itu Das" jawabnya lalu menundukkan wajahnya.

"Apa kau masih mencintainya Blue?" Aku bertanya padanya dengan nada menyelidik. Tapi ia hanya diam. Aku memegang bahunya.

"Jawab aku Blue! Apa kau masih mencintainya?" Aku menaikkan suaraku dan mengguncang guncangkan bahunya.

"Se-benarnya a-aku masih mencintanya. Tapi aku lebih mencintai Angela Das!" Jawab Blue kepadaku.

"Kalau begitu apa yang kau tunggu? Putuskan Pyper, Blue! Putuskan dia!" perintahku.

"Aku tak bisa Das. Aku mencintai keduanya" aku langsung mendorong badannya pelan.

"Apa yang kau maksud Blue? Kau ingin memiliki keduanya? Jangan egois Blue!! Kau malah akan menyakiti hati keduanya. Lebih baik kau putuskan hubungan salah satu dari mereka" jawabku dengan nada tinggi.

"Inginku juga begitu Das, tapi aku tidak bisa" jawabnya dengan suara kecil.

"Terserah padamu Blue. Tapi ku ingatkan padamu bahwa jangan kau sakiti dua duanya. Pilihlah salah satu dari mereka" setelah aku menyelesaikan perkataanku, aku memutuskan untuk kembali kekamarku. Tapi langkahku terhenti saat aku menginjak sesuatu. Ternyata itu novel yang akan kuberikan kepada Blue. Aku mengambil novel tersebut. Aku berbalik dan menemukan Blue masih diam didepan pintu kamarnya.

FALSOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang