Foto Angela ada di mulmed ya guys..
Angela POV
Aku berjalan menelusuri koridor sekolahku. Sean berjalan di sampingku dengan sesekali melirik kearahku.
"Kau duluan saja Se. Aku akan mengambil beberapa buku di loker" aku melihat Sean mengangguk.
"Baiklah An. Jangan merindukanku lagi ya" ia tersenyum menggoda. Dan sebelum ia pergi aku meninju pelan perutnya.
"Awww An. Sakit" dasar lebay. Aku kan hanya meninjunya pelan.
"Sudah sudah jangan berlebihan! Cepat sana pergi ke kelas! Hushh hushh.." usirku. Ia langsung saja pergi tanpa mengeluarkan satu katapun. Dan itu lebih baik.
Aku berada tepat di depan lokerku. Kubuka tasku, kucari kunci lokerku didalam tas merahku ini. Tapi hasilnya nihil, kunci lokerku tetap tidak ada didalamnya.
Aku sudah terlalu lama berdiri di depan lokerku. Aku frustasi.
Kurang 10 menit lagi kelas akan di mulai. Aku mendengar langkah seseorang dengan keras. Dan aku juga mendengar seseorang meneriaki namaku. Lantas aku menoleh kebelakang dan kutemukan sosok Daisy yang sedang berlari ke arahku.
"Untunglah satpam itu mengizinkan aku masuk. Ia sangat baik padaku. Dan kau tau An? Hanya aku yang di perbolehkan masuk. Yaa, aku tau aku memang cantik" ia baru datang tapi ia sudah berbicara padaku panjang lebar.
"Sudah bicaranya nona yang sangat percaya diri?" tanyaku datar. Daisy langsung menunjukkan deretan gigi putihnya.
Aku tidak menggubrisnya lagi. Aku sibuk mencari kunci lokerku yang sedari tadi kucari.
"Hey An! Kau mencari apa? Kenapa kau gelisah seperti itu?" Tanya Daisy.
"Aku mencari kunci lokerku Das. Aku sudah mencarinya di tasku tapi tidak ada. Dan 5 menit lagi jam pelajaran akan dimulai" aku panik.
"Kau sudah mengecek sakumu?" Ohya, bagaimana bisa aku lupa mengecek sakuku. Kumasukkan tanganku kedalam saku bajuku. Dan benar! Kunciku berada disana.
"Dasar bodoh!!" Daisy menonyor kepalaku dari belakang. Dan aku hanya menyengir kuda ke arahnya.
Setelah aku mengambil bukuku, Daisy langsung mengajakku masuk ke dalam kelas.
Aku duduk di tempat biasa. Yaa, di samping Sean.
Jam pelajaran telah di mulai. Tiba-tiba saja Sean menepuk bahuku. Dan aku hanya menaikkan satu alisku ke arah Sean. Lalu Sean menunjuk ke arah Daisy yang duduk jauh di belakangku.
Aku melihat Daisy berbicara tanpa mengeluarkan suara. Tapi aku mengerti apa yang sedang ia bicarakan. Setelah ia berbicara, aku fokus memperhatikan guruku yang sedang mengajar.
~~~
Daisy POV
"Kau ingin berbicara apa Das?" Anggie bertanya padaku.
Aku diam. Aku tak berani menjelaskan semua inj. Aku takut menyakiti hatinya. Tapi jika aku tak memberitaunya dengan segera, ia malah akan semakin sakit. Aku bingung sekarang.
"Hey Das. Kenapa diam? Apa ada sesuatu?" Aku semakin bingung. Lebih baik ku katakan sekarang atau kubiarkan Blue yang mengatakannya sendiri?
"Eumm emm.. Tak apa. Tidak jadi. Aku lupa ingin berbicara apa padamu. Lagipula bukan hal yang penting" aku berbohong. Sekarang aku memberi kesempatan Blue untuk memilih. Ku biarkan ia menjelaskannya sendiri pada Anggie.
"Baiklah Das. Kau memang sangat aneh" ucap Anggie dengan wajah aneh. Aku langsung menepuk dahinya dengan cukup keras.
"Hey An! Kau juga aneh. Tidak sadarkah kau?!" Ujarku.
"Hehe, iya iya Das" Anggie tersenyum malu.
'Kau yang terbaik An' batinku
Blue POV
Apa yang harus kulakukan sekarang. Aku mencintai keduanya. Aku tak bisa memilih mereka salah satu. Aku ingin memiliki keduanya.
Sekarang aku seperti orang gila. Aku tak bisa berpikir jernih. Aku selalu ingin keduanya. Aku memang egois. Kuakui itu.
Tok! Tok! Tok!
Mendengar suara ketukan pintu, aku langsung bangkit dari tempat tidurku dan berjalan lesu menuju pintu kamarku. Aku membuka kunci pintu kamarku lalu kembali membaringkan badanku di atas tempat tidurku tanpa membukakan pintu untuk seseorang yang mengetuk pintu kamarku.
Tok! Tok! Tok!
Aku mendengar suara ketukan itu semakin keras. Aku muak sekarang.
"Pintunya tidak ku kunci!!" Kukeraskan suaraku agar seseorang itu dapat mendengar dengan jelas suaraku.
Kulihat Daisy sudah berada di ambang pintu. Ia menatapku dalam. Aku tau memang keadaanku sangat kacau sekarang.
"Boleh aku masuk?" Tanya daisy sopan.
"Jelas saja boleh" ucapku datar.
Daisy jalan menghampiriku. Ia duduk tepat disampingku. Yaa, ia duduk di tepi tempat tidurku.
"Sekarang apa yang akan kau lakukan, Blue?" Ia membuatku semakin bingung.
"Aku tak tau Das. Jujur aku mencintai keduanya dan aku tak mau kehilangan keduanya. Aku tau aku memang egois" aku menundukkan kepalaku. Air mataku serasa ingin jatuh. Aku tak pernah seperti ini sebelumnya. Apalagi hanya karena wanita.
"Kau memang egois Blue. Sangat egois. Ohya, sebenarnya tadi aku ingin menjelaskan semuanya kepada Anggie, tapi kurasa itu hakmu untuk memilih. Jadi kuurungkan niatku untuk menjelaskan semua itu" aku bernafas lega. Aku kira Das sudah mengatakan semuanya. Itu semua karena aku belum siap kehilangan Anggie. Aku sangat mencintainya. Tapi disisi lain, aku juga mencintai Pyper.
"Pilihlah salah satu Blue. Pikirkan itu matang matang. Jangan terlalu lamban Blue. Atau kau akan kehilangan keduanya" perkataan Das memang benar, tapi apa daya aku belum siap kehilangan salah satu dari mereka.
Angela POV
Kenapa akhir akhir ini Blue tak membalas pesanku.
Akhir akhir ini Blue juga tidak begitu sering menghubungiku.
Apa dia sakit? Tapi aku yakin ada yang tidak beres dengannya.
Aku harus menceritakan semua ini kepada seseorang agar hatiku lebih tenang. Tapi siapa? Apakah Das? Tidak tidak, ink akan menjadi lebih sulit jika Das mengetahuinya. Kau sendiri juga tau kenapa sebabnya. Lalu siapa lagi?
Kenapa aku melupakan Sean. Yaa, ada Sean. Aku harus bercerita kepada Sean. Pasti Sean memiliki jalan keluar untuk semua ini.
Sekarang yang harus kulakukakn adalah menghubungi Sean.
"Halo, Sean?"
"Yaa? Ada apa An?" Suaranya seperti orang bangun tidur.
"Apa aku mengganggu tidurmu Se?" Kenapa aku jadi tidak enak seperti ini. Padahal itu hal biasa yang selalu kulakukan dulu. Yaa, mengganggunya tidur. Hobbyku dari kecil adalah mengganggu Sean tidur. Karena Sean paling tidak suka kalau tidurnya di ganggu.
"Tidak An. Ini memang jamnya untuk bangun bukan" oke, tumben ia tidak marah.
"Baiklah, jadi begini. Aku ingin mengajak kau keluar malam ini. Aku ingin membicarakan sesuatu. Apakah kau ada acara malam ini?" Tanyaku sopan.
"Tidak. Aku tidak ada acara malam ini. Akan ku jemput kau pukul 7" jawab Sean semangat. Ada apa dengan pria ini.
"Baiklah. Sampai jumpa nanti malam"
Aku memutus sambungan telponnya. Dan kenapa sekarang jantungku berdegub kencang. Apa yang sebenarnya terjadi padaku?
Apa ini ada sangkutannya dengan aku habis menelpon Sean? Tapi itu tidak mungkin.
Tapi jika tidak Sean apa lagi. Aku baru saja menelponnya. Yaa, pasti ini karena aku habis menelpon Sean.
Tapi apa yang sebenarnya terjadi padaku?
Gimana sampe sini? Cerita gue gadanta banget pasti. Iyakan? Tapi kalo emang ada yang kurang, comment aja oke.
Gue tunggu vote and commentnya ya guys...
KAMU SEDANG MEMBACA
FALSO
Teen FictionKalo udah baca, jangan lupa vote and comment ya guys. Sorry kalo cerita gue gak jelas. Vommentnya gue tunggu.