Di Sekolah

47 0 0
                                    

Di part 1 ini semoga author bisa menulis dengan baik ya sobat...
Partisipasinya aja

Pagi ini Edo tampak berbeda. Mukanya yang biasanya berseri-seri kali ini berubah 180 derajat.
Di bangku paling depan dekat dengan meja guru Edo duduk termenung memikirkan Ayahnya yang usai bertengkar dengan Ibunya tadi malam. Hal ini sudah biasa bagi Edo,karena sering terjadi bahkan hampir setiap hari. Namun meskipun itu sudah biasa tapi bagi Edo itu merupakan suatu beban yang menghantuinya setiap hari.
Ditengah lamunannya itu tiba-tiba terdengar suara lambut memanggilnya dari balik punggungnya yang hampir mengagetkannya.
"Edo"
"Oh,ya ta. Lo ngagetin aja sih"
Ternya Denta yang memanggilnya
"Ngagetin gimana,orang lo diem mulu dari tadi gue panggil-panggil"
"Yaudag deh,sorry gua nggak kedengeran soalnya"
"Okelah,gapapa. Tapi lo kenapa sih kok muka lo gak kayak biasanya. Pasti ada masalah ya??" Tanya Denta dengan wajah penuh prihatin
"Engg...nggak. Nggak ada kok" Jawab Edo menyembunyikan masalahnya
"Udahlah,ngaku aja gue tau kok kalo lo lagi ada masalah. Coba deh cerita sama gue. Yaa siapa tau gue bisa bantu
"Sebenernya gue pengen cerita ke elo ta,tapi gue cuma nggak pengen lo kelibat dalam masalah keluarga gue" batin Edo
"Loh,lo kok diem sih do. Tu kan ngelamun lagi. Sebenernya ada apa sih do?" Tanya Denta semakin mendesak
"Aaah,udahlah dari pada bahas hal yang nggak penting mending kita ke kantin yuk. Gue laper belun sarapan"
"Oke deh,lo yang traktir ya.." Ucap Denta seraya menyenggol lengan kanan Edo
"Iya deh iyaa... Apa sih yang enggak buat sobat gue yang terbaik ini" jawab Edo dengan nada agak terpaksa

Akhirnya ajakan Edo mampu merubah suasana,yang tadinha tegang sekarang menjadi fun.

---------

Sehabis dari kantin mereka pun kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran hingga selesai.
Bel pulang pun berbunyi dan siswa-siswa bisa pulang.
Dari ujung lobi tampa Edo dan Denta berjalan bareng menuju arah parkiran.

"Eh,ta. Lo ntar sore ada acara nggak?" tanya Edo pada Denta
"Acara?emmm enggak sih. Emang kenapa?"jawab Denta sambil berpikir sejenak
"Tolong ajarin gue ngaji dong. Tau sendiri kan bacaan Qur'an gue masih acak-acakan" Edo memohon dengan agak memelas
"Hahahahaaaa..."
"Yaaah,kok lo ketawa sih. Lo pasti ngetawain gue gara-gara gue nggak bisa ngaji ya?"
"Enggak kok"
"Lha terus?"
"Gue ketawa ngeliat wajah lo yang super ngenes,memohon-mohon diajarin ngaji.ahahaha"
"Yaelah... Yaudah deh mau apa nggak nih?
"Ya deh ya,gue mau kok. Jam berapa?"
"Emmmm jam berapa ya.... Jam 5 sore gimana?lo bisa?"
"Gue sih bisa-bisa aja. Tapi ya liat sikonnya dulu, gue diizinin sama Abah atau nggak. Yaudah deh gini aja,kalo misalnya nanti gue diizinin gue kabarin lo terus kita ketemuan. Tapi kalo misalnya nggak diizinin kita belajar ngaji besok aja di sekolah. Gimana?"
"Oke,ide bagus tuh"

Perbincangan mereka tak terasa mengantarkannya ke parkiran.
"Bu ustadzah,saya duluan ya" ucap Edo pada Denta seformal mungkin
"Ih,apaan sih pale bu ustadzah segala"
"Ahahaha,nggak papa donk kan bentar lagi lo bakalan jadi guru ngaji gue. Yaudah deh Assalamu'alaikum" salam Edo sambil berlalu dari hadapan Denta.
Denta yang sedang sibuk menyetarter motornya bergumam sendiri karena tingkah sahabatnyTaufik
Saat akan menjalankan motornya tiba-tiba Denta merasa ada yang aneh.
Diliriknya ban bagian belakang. Dan ternyata bannya kempes
"Yaah,kok kempes sih"
Muncul seseorang dari belakangnya
"Hai ta. Kenapa?ban lo kempes ya?" tanya Taufik temen sekelasnya
"Iya nih fik,mana gue lagi buru-buru lagi"
"Yaudah biar gua pinjemin pompa dulu ya,ntar sekalian gua pompain"
"Iya deh. Cepet sedikit ya fik"
"Oke,siap"

Dari dulu Taufik memang mengagumi Denta. Tetapi dia tak pernah berani mengungkapkannya pada Denta. Sebaliknya dengan Denta,di belum pernah merasakan yang namanya jatuh cinta. Selama ini semua teman lelakinya hanya dianggap sebagai sahabatnya.

Tiiiiiiiiiiinnnnnnnnnn
Suara klakson motor Taufik dari belakang mengagetkan Denta
"Cepet amat fik"
"Iya donk,siapa dulum Taufik gituuu"
"Ah lo ada-ada aja fik. Yaudah buruan pompain ban gue"
"Buru-buru amat sih,emang habis ini mau ke mana sih?"
"Gue lagi ada janji sama Edo"
Jawaban Denta merubah ekspresi Taufik menjadi sedih
"Kenapa fik?kok lo jadi sedih gitu?ucapan gue ada yang salah ya?" tanya Denta merasa bersalah
"Enngg,,,nggak. Nggak ada yang salah kok. Yaudah mana biar aku pompain ban lo"
"Oh ya,ini nih yang kempes. Nggak tau kenapa nih tiba-tiba kempes"

"Sorry ta,sebenernya gue yang ngempesin ban motor lo. Tapi ini semua gue lakuin biar lo simpati sama gue ta. Tapi ternyata lo lebih milih deket sama Edo ta"
Batin Taufik
Ternyata yang ngempesin ban motor Denta adalah Taufik sendiri.

"Nih,ta. Udah beres" ucap Taufik pada Denta
"Waah makasih banyak ya fik,gue nggak tau deh harus gimana buat ngebales kebaikan lo"
"Ah,udahlah nggak papa. Lagian gue ikhlas kok ngebantu lo"
"Alhamdulillah Ya Allah disini aku punya banyak sahabat yang baik" ucap Denta sembari menengadahkan tangannya lalu mengusapkanya ke wajah peelahan
"Yaudah dik,gue duluan ya soalnya udah sore nih hampir jam empat". Ucap Denta sambil melihat jam di tangannya.
"Iya ta,ati-ati ya"
"Siaap,Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam"

Oke sobat kembali lagi bersama author... Gimana ceritanya?bikin penasaran nggak
Author harap sih gitu :v
Kira-kira gimana kelanjutannya ya. Kira-kira Denta diizinin abahnya keluar nggak,lalu gimana dengan Edo?ayahnya bisa diatasi nggak tuh.
Tunggu di part selanjutnya ya sobat
Jangan lupa vote dan commentnya......

Hati yang Haus Akan ImanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang